Senin, 14 Oktober 2024


Cegah Blas agar Padi Tak Bablas

18 Agu 2014, 09:52 WIBEditor : Kontributor

Blas merupakan salah satu penyakit penting pada lahan kering di Indonesia, terutama pada tanaman padi gogo. Tapi sejak akhir 1980-an, perkembangan penyakit ini kian mengganas.

Apa sebabnya? Penyakit blas yang semula hanya menyerang tanaman padi di lahan kering, justru mulai merambah tanaman padi di sawah irigasi. Karena itu, penyakit ini menjadi tantangan yang serius bagi petani, karena banyak ditemukan serangan penyakit blas leher pada lahan sawah irigasi.  Lebih menguatirkan penyakit ini mampu menurunkan hasil yang sangat besar pada tanaman padi.

Perlu diketahui, penyakit blas disebabkan cendawan Pyricularia grisea. Cendawan ini berkembangbiak cepat pada tanaman padi yang berjarak tanam rapat. Pada jarak tanam yang rapat memiliki kelembaban udara mikro yang tinggi. Kecepatan pertumbuhan cendawan P. grisea  juga makin tinggi jika pemupukan urea berlebihan.

Kini luas serangan penyakit blas menduduki posisi kelima. Rata-rata luas serangan penyakit blas dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mencapai 9.778 ha/tahun. Pada tahun 2005, tanaman padi varietas Fatmawati seluas 500 ha di Tulang Bawang, Lampung, bablas (puso) terserang penyakit ini. Bahkan pada varietas rentan, serangan blas leher dapat mencapai 90% dan menyebabkan kehilangan hasil padi mencapai 50-90%.

Sebaran Penyakit Blas

Data Kementerian Pertanian, selama ini daerah endemik penyakit blas di Indonesia adalah Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Jawa Barat. Penyakit blas, terutama blas leher menjadi tantangan yang lebih serius karena banyak ditemukan pada beberapa varietas padi sawah di Jawa Barat (Sukabumi, Kuningan), Lampung (Tulang Bawang, Lampung Tengah) dan Bali (Tabanan). Bahkan kini penyakit blas dijumpai juga pada tanaman padi pasang surut dan rawa di daerah Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Penyebaran penyakit blas sangat luas dan bersifat destruktif. Apalagi jika kondisi lingkungan menguntungkan. Penyebaran yang demikian luas karena penyakit ini dapat menyebar melalui benih, angin, sisa tanaman padi di lapangan dan tanaman inang lainnya, terutama dari golongan graminae/rerumputan.

Jamur P. grisea akan berkecambah pada kondisi optimum. Cendawan P. grisea dapat menjadi patogen pada beberapa tanaman penting lainnya. Misalnya, pada gandum, sorgum dan serealia lainnya. Bahkan lebih dari 40 spesies gulma rumput-rumputan dan gulma lainnya.

Kenali Gejala Penyakit

Cendawan P. grisea dapat membentuk bercak pada daun padi, buku batang, leher malai, cabang malai, bulir padi dan kolar daun. Bercak pada pelepah daun jarang ditemukan. Penyakit blas menimbulkan dua gejala khas, yaitu blas daun dan blas leher.

Bentuk khas dari bercak blas daun adalah belah ketupat dengan dua ujungnya kurang lebih runcing. Bercak yang telah berkembang, bagian tepi berwarna coklat dan bagian tengah berwarna putih keabu-abuan.

Bercak bermula kecil berwarna hijau gelap, abu-abu sedikit kebiru-biruan. Bercak ini terus membesar pada varietas yang rentan, khususnya bila dalam keadaan lembab. Bercak yang telah berkembang penuh mencapai panjang 1–1,5 cm dan lebar 0,3–0,5 cm dengan tepi berwarna coklat.

Bercak pada daun yang rentan tidak membentuk tepi yang jelas. Bercak tersebut dikelilingi warna kuning pucat (halo area). Terutama pada lingkungan yang kondusif, seperti keadaan lembab dan ternaungi. Perkembangan bercak juga dipengaruhi kerentanan varietas dan umur bercak itu sendiri.

Bercak tidak akan berkembang dan tetap seperti titik kecil pada varietas yang tahan. Hal ini karena proses perkembangan konidia dari jamur P. grisea dalam jaringan inangnya terhambat. Pada lingkungan yang kondusif, bercak-bercak tersebut dapat menyatu dan menyebabkan rusaknya sebagian besar daun. Blas daun menyebabkan kematian seluruh tanaman pada varietas rentan yang masih muda sampai stadia anakan.

Sedangkan blas leher berupa bercak coklat kehitaman pada pangkal leher mengakibatkan leher malai. Akibatnya, tidak mampu menopang malai dan patah karena tangkai malai membusuk.

Jika infeksi terjadi sebelum pengisian bulir dapat menyebabkan kehampaan bulir tanaman padi. Tidak hanya pada bagian daun dan malai, bagian batang juga dapat terinfeksi sehingga batang padi membusuk dan rebah. Serangan P. grisea pada kolar daun (daerah pertemuan antara helaian daun dan pelepah) menimbulkan gejala blas kolar berwarna coklat. Blas kolar yang terjadi pada daun bendera atau pada daun kedua terakhir berpengaruh nyata pada produksi padi.

Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066

Editor : Julianto

BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018