Senin, 14 Oktober 2024


Cegah Tangkal Tungro

03 Sep 2014, 12:04 WIBEditor : Nuraini Ekasari sinaga

Ibrahim Naswari Gandana kesal saat mengetahui lahan padinya terserang penyakit tungro. Bagaimana tidak kesal, impiannya mendapatkan hasil besar dari kerja kerasnya harus terpangkas karena penyakit kuning.

Bukan hanya Ketua Kelompok Tani Oriza Satyva ini saja yang kesal. Hampir seluruh petani di Desa Ciwalen, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat harus menerima nasib sama. Penyakit ini merebak dan menyerang lahan pertanaman padi di Kabupaten Cianjur dan mengakibatkan 200 ha tanaman padi puso.

Menurut Ibrahim, petani sudah berinisiatif mengendalikan secara mandiri mulai dari penyemprotan secara rutin hingga pengurangan pupuk kimia. Tapi serangan penyakit ini tidak juga bisa dikurangi secara signifikan. “Kami perlu bantuan Dinas Pertanian untuk pengendaliannya,” ujarnya.

Selama ini varietas padi yang petani tanam memang sangat rentan serangan penyakit kuning pada daun atau lazim disebut tungro. Penyakit ini dapat meluas dengan cepat, terutama bila faktor perkembangannya mendukung. Misalnya, tingginya kepadatan populasi serangga penular, tersedianya sumber inokulan, adanya tanaman varietas peka, pola tanam tidak serempak serta faktor lingkungan sesuai. “Serangan penyakit menyebabkan penurun kualitas ataupun kuantitas produksi. Jika dikendalikan tidak bisa membuat tanaman padi sembuh total,” ujarnya.

Penyakit lain yang kerap muncul pada tanaman padi petani adalah penyakit kerdil rumput agak mirip dengan penyakit tungro karena daun tanaman padi akan berwarna kuning. Gejala yang ditunjukkan penyakit ini adalah dalam satu rumpun yang terserang kadang hanya beberapa anakan, bahkan beberapa daun saja. Gejala daun kuning kadang hanya terjadi pada daun bawah/daun tua yang pada akhirnya akan mengering dimulai dari bagian ujungnya.

Ibrahim menyesalkan, hingga kini petani yang terkena puso belum mendapatkan bantuan. Padahal dalam UU No. 19 Tahun 2003 itu ada UU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani dinyatakan petani berhak mendapat penggantian. Tapi kata dia, sampai saat ini belum dapat bantuan.

Sementara itu, Toni Mustari, Petugas Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dari Dinas Pertanian Jawa Barat, khususnya Kota Cianjur mengatakan, pihaknya sudah melakukan penanganan sesuai prosedur. Misalnya, sosialisasi ke petani, bahkan berdasarkan pengamatan harusnya sudah ada tindakan penyelamatan produksi. “Kami merencanakan gerakan massal untuk membasmi wabah tersebut bersama petani,” katanya.

Saat ini menurut dia, OPT yang paling banyak menyerang tanaman padi di Cianjur adalah penyakit kresek yang disebabkan bakteri. Cara membasminya dengan mengatur pola tanam yang baik, serta memperhatikan jarak tanam. Biasanya proses terjadi penyakit kresek karena gesekan daun akibat angin besar. Kedua, biasanya petani sebelum ditanam bibit padi dipotong dulu.

Selain pengendalian OPT secara teknis, ungkap Ibrahim, petani melakukan penanaman varietas padi baru yaitu Inpari Sidenuk. Varietas padi yang merupakan hasil rekayasa teknologi BATAN ini memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan dan memiliki tingkat ketahanan penyakit yang lebih tinggi dibandingkan varietas padi lainnya.

Varietas Sidenuk

Salah satu untuk mencegah OPT adalah dengan menggunakan varietas yang tahan terhadap kondisi lingkungan. Salah satu varietas tersebut adalah Inpari Sidenuk. Varietas ini merupakan salah satu dari dua puluh varietas padi yang telah dihasilkan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) melalui teknik mutasi radiasi.

Moch Ismachin, Pakar Pemulia Mutasi Inpari Sidenuk mengatakan, awal mula pertanaman Inpari Sidenuk di kelompok tani ini saat dia bersama beberapa rekan peneliti memiliki pupuk yang biasa untuk tanaman hortikultura. Tapi kemudian diujicobakan pada tanaman padi Inpari Sidenuk untuk melihat tingkat produktivitas, apakah sama dengan hortikultura.

Pertanaman padi ini disinkronisasikan dengan aplikasi pupuk Horti Grow Rice. Setelah ujicoba ternyata ada kenaikan 19%. Setelah dikeringkan total kenaikan sekitar 9%. Kenaikan ini dinilai cukup tinggi. “Benih ini merupakan benih FS yang jika disertifikasi bisa dikomersilkan, namun BATAN hanya mampu memberikan 200 kg benih varietas Inpari Sidenuk ini kepada petani Cianjur. Padahal mereka membutuhkan lebih dari 500 kg,” tutur Ismachin. Echa

Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066

Editor : Julianto

BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018