TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Padi menjadi masih menjadi komuditas utama Indonesia karena sebagian besar masyarakat kita masih menjadikan nasi (padi) sebagai pangan pokok. Walaupun peningkatan produksi padi menjadi program utama, tetap harus ada strategi agar tidak mengalami penurunan. Oleh karena itu, ada sembilan jurus untuk memperkuat pertanian padi.
Sembilan jurus ini dikelurakan oleh Ahli Bioteknologi, Inez H. Slamet-Loedin dalam paparannya di acara Webinar Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (PATAKA), Serial Forum Diskusi Publik Menghadapi Resesi Ekonomi ‘Shortcuts Memperkuat Sektor Pangan (Padi dan Jagung), Rabu (19/8). “Perakitan varietas, perbenihan, alat dan mesin pertanian (alsintan) yang sesuai, budidaya dan pascapanen, pemberdayaan kaum wanita, subsidi hulu/hilir, penyuluhan, akses tanah, dan akses pasar yang memadai,” ungkapnya.
Perakitan varietas. Setiap wilayah di Indonesia memiliki alam dan lingkungan yang berbeda-beda. Sehingga dibutuhkan varietas yang beragam. Menurut Inez perakitan varietas ini sangatlah penting karena dapat menghasilkan varietas yang sesuai, sifatnya agronomis, dan kualitanya memang dibutuhkan kebanyakan petani di Indonesia. “Dengan adanya perakitan varietas ini, tentu akan memudahkan pemulia dan petani dalam mendapatkan varietas yang diinginkan sesuai dengan wilayahnya,” jelasnya.
Perbaikan perbenihan. Inez menjelaskan gambaran perbenihan saat ini adalah 52 persen benih yang beredar di petani adalah benih bersertifikat dan sisanya merupakan benih yang berasal dari hasil sendiri, bank benih petani dan tukar-menukar antar petani. Makanya banyak sekali terjadi problema di pihak pengguna, yakni viabilitas turun, mutu genetic tidak seragam, tidak bebas hama dan penyakit serta tidak ‘true type’.
“Makanya saya menyarankan untuk persebaran 48 persen benih yang non sertifikat ini harus diawasi dan diadakan pelatihan serta sertifikasi untuk perbaikan benih tersebut agar menghasilkan benih yang bermutu dan berkualitas,” terang Inez.
Alsintan yang sesuai. Sering sekali alsintan yang beredar di masyarakat tidak sesuai dengan kondisi alam dan lingkungannya, sehingga terbengkalai. Oleh karena itu, agar alsintan yang beredar sesuai, diperlukan adanya perhitungan kondisi tanah serta ketersediaan suku cadang yang memadai. “Kalau bisa alsintan ini dapat juga digunakan oleh kaum wanita kalau sebagian besar pekerja utamanya adalah wanita.”
Teknik budidaya dan pascapanen yang sesuai. Untuk budidaya diperlukan adanya penentuan kalender tanam dan ekologi serangan hama atau penyakit agar dapat mengontrol hama utama padi, yakni wereng dan tikus. Selain itu, diperlukan juga teknologi budidaya hemat air karena ini akan berimbas ke penggunaan saprotan dan pola tanam. Begituga di pascapanennya, harus ada teknologi pengeringan. Setelah itu, penggilingannya harus sesuai dengan varietas dan ada pengontrolan dalam penimbangan. “Di pascapanen ini peran koperasi di petani sangat penting. Jadi koperasi akan sangat berguna apabila difungsikan secara maksimal dan dipercaya. Ini seperti di Uruguay, Australia, dan Cina,” jelas Inez.
Pemberdayaan kaum wanita. Contohnya dengan mengikutsertakan dalam pemilihan varietas, memanfaatkan alsintan yang dapat digunakan oleh kaum wanita, dan pengikutsertaan organisasi wanita di level desa untuk membantu penyuluh. Inez mengatakan ini menjadi sangat penting dalam strategi penguatan pertanian di Indonesia. “Seperti di India yakni memanfaatkan kaum wanita dalam program Digital Green,” ungkapnya.
Subsidi hulu/hilir. Subsidi ini perlu dilakukan karena apabila keuntungan petani yang didapat sedikit, petani akan sulit sekali menerapkan teknologi baru. Makanya diperlukan subsidi oleh pemerintah.
Penyuluhan. Ini memang menjadi salah satu kunci agar pertanian di suatu daerah berhasil. “Kalau perlu penyuluhan direvitalisasi dan dikuatkan kembali yang mengikutsertakan petani dan wanita,” pesan Inez.
Permudah akses tanah dan akses pasar. Akses tanah memang menjadi kendala, apalagi di tengah maraknya konversi lahan pertanian ke non pertanian. Inez menyarankan akses tanah untuk petani dipermudah, caranya dengan sistem pelelangan untuk tanah yang tidak digunkan (tanah terlantar). “Akses tanah dapat diatasi, lalu akses pasarnya pun harus diperhatikan karena ini sangat penting,” pungkasnya.