TABLOIDSINARTANI.COM, Cilacap---Diversifikasi pangan menjadi salah satu dari empat Cara Bertindak Program Peningkatan Ketersediaan Pangan di era Normal baru. Guna menindaklanjuti program pemerintah itu, Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji mengajak petani menanam pangan alternatif, ubi jalar.
Dalam pengembangan diversifikasi pangan berbasis kearifan lokal, pemerintah menetapkan enam komoditas yakni ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang dan talas. Selain itu, pemanfaatan lahan pekarangan melalui program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) sebanyak 4.300 kelompok, terdiri dari 2.600 kelompok penumbuhan dan 1.700 pengembangan
“Saya mengapresiasi usaha tani ubi jalar sebagai sumber pangan alternatif dan karbohidrat yang dikembangkan petani di masa pandemi Covid 19 sekarang ini,” kata Tatto di sela panen ubi jalar bersama Kelompok Tani Karya Sejati di Desa Kunci, Kecamatan Sidareja, Kabupaten Cilacap, beberapa waktu lalu.
Tatto menegaskan, pihaknya senantiasa mengajak masyarakat membangun mindset (pola pikir) bahwa sumber pangan karbohidrat tidak hanya beras, namun banyak jenis pangan lain yang bisa dikonsumsi dan membuat kenyang.
Diversifikasi pangan ini ditujukan agar masyarakat mau memproduksi dan mengkonsumsi keragaman sumber karbohidrat lain hasil pertanian lokal. “Kita bisa mewujudkan ketahanan pangan salah satunya melaluis umber pangan alternatif,” tegas Bupati Cilacap.
Koordinator BPP Sidareja, Yusuf Irianto mengatakan, adanya gerakan diversivikasi pangan mendorong usaha olahan ubi jalar semakin beragam. Di Cilacap sendiri pada setiap pertemuan atau kegiatan dianjurkan agar kudapan menyertakan olahan sumber pangan alternatif pengganti gandum. BPP Sidarja telah melakukan pemberdayaan dengan memanfaatkan sumber pangan alternatif bersama petani melalui berbagai penyuluhan
Eti Solikhatun, penyuluhpertanian di BPP Sidarja menambahkan, jenis ubi jalar yang ditanam petani cukup beragam mulai dari ubi jalar kuning, ubi jalar putih, ubi jalar ungu, ubi jalar cilembu. Di Wilayah BPP Kecamatan Sidareja umumnya ubi jalar ditanam di lahan tegalan, pekarangan dan juga memanfaatkan lahan sepanjang bantaran sungai yang subur untuk pertumbuhan tanaman.
Eti mengatakan, dalam mewujudkan mewujudkan ketahanan pangan pihaknya saling bersinergi. Melalui program Kostratani, melakukan pemberdayaan BPP secara ketat terutama dimasa pendemi Covid ini. “Dalam hal ini petani sebagai pelaku utama harus terus didampingi penyuluh agar usaha taninya terpantau dan mengarah pada produktivitas yang makin meningkat,” ujarnya.
Panen ubi jalar unggu ini berlangsung di lahan milik Rono, petani Desa Kunci yang menghasilkan ubi jalar berkulit merah, umbinya berukuran cukup besar dan banyak tiap rumpunnya. “Saya bahagia panen ini dihadiri Bapak Bupati beserta Ibu Bupati. Ini menjadi penyemangat saya dalam berusaha tani lebih baik lagi,” ujar Rono, petani Desa Kunci.
Rono mengungkapkan, salah satu penyemangat petani dalam mengembangkan tanaman pangan alternatif adalah hadirnya penyuluh yang bersama petani. BUkan hanya itu, petani juga bisa memanfaatkan BPP Sidareja sebagai wahana tempat belajar.
Kegiatan diversifikasi pangan merupakan langkah kewaspadaan terhadap ancaman krisis pangan akibat kekeringan dan pandemic Covid 19 yang tak kunjung usai. Selain itu, sebagai penggerak ekonomi msayarakat yang akan mengantarkan sumber daya manusia yang lebihsehat dan produktif melalui kecukupan pangan yang beragam dan bergizi.
Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) juga menyatakan bahwa Indonesia sangat kaya aneka sumber pangan pokok, selain beras ada kentang, ubi, sorgum, sagu dan aneka kacang-kacangan.
Bahkan pada Hari Krida Pertanian, 28 Juni 2020 lalu, SYL mencanangkan Gerakan Diversifikasi Pangan Lokal dengan slogannya; indah dan bahagia dengan pangan lokal dalam rangka upaya mendorong ketersediaan dan konsumsi pangan.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menegaskan, pangan adalah masalah yang sangat utama. Masalah pangan adalah masalah hidup matinya suatu bangsa.
Karena itu sudah waktunya petani tidak hanya mengerjakan aktivitas on farm, tapi mampu menuju ke off farm, terutama pasca panen dan olahannya. Banyak yang bisa dikerjakan untuk menaikkan nilai pertanian, khususnya pasca panen.