TABLOIDSINARTANI.COM, Bantul---Salah satu teknologi budidaya padi yang pemerintah dorong untuk diterapkan petani adalah sistem tanam jajar legowo (jarwo) 2;1. Di Bantul, teknologi ini dirasakan petani lebih hemat, baik waktu maupun penggunaan benih.
Ketua Kelompok Tani Tri Tunggal, Bantul, Suhadi mengakui, satu hal yang menarik dalam budidaya sistem jarwo adalah petani mulai merasakan cara tanam dengan caplak lebih mudah dan lebih cepat dalam penanaman. Bahkan penggunaan benih padi juga lebih hemat.
“Kalau biasanya petani tiap hektar menggunakan 35 – 45 kg, tetapi saat ini petani dan penyuluh dapat membuktikan dengan cara persemaian sesuai anjuran, benih yang digunakan cukup 25 kg/ha,” katanya. Namun Suhandi berharap teknologi ini mampu meningkatkan produktivitas padi dan berujung pada peningkatkan kesejahteraan petani.
Sistem jarwo 2;1 yang petani terapkan saat ini memang masih sebatas demfarm yang dibimbing BPTP DI Yogyakarta. Kegiatan itu merupakan bagian Temu Tugas Peneliti-Penyuluh Badan Penelitian Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) dengan penyuluh di D.I Yogyakarta.
Penanggungjawab kegiatan Umi Pudji Astuti mengatakan, tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penyuluh dan kelompok tani dalam budidaya padi, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan produksi padi di wilayah kerjanya. “Temu lapang tanam serempak demfarm budidaya padi sawah dengan menggunakan inovasi teknologi sistem tanam jajar legowo 2:1,” katanya.
Kegiatan demfarm dilaksanakan Kelompok tani Tri Tunggal yang beranggotakan 35 petani kooperator. Kegiatan temu tugas hilirisasi inovasi pertanian ini dilaksanakan pada Selasa (18/5) di Bulak Kuwon, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul.
Kegiatan tersebut yang dihadiri lebih dari 60 orang antara lain Kepala BPTP Yogyakarta Soeharsono, panewu kapanewon Bambanglipuro, Kapolsek Bambanglipuro, Danramil, Lurah Sidomulyo, penyuluh PNS, penyuluh swadaya, peneliti, petani dan regu tanam.
Pudji mengatakan, inovasi yang diaplikasikan pada demfarm seluas 2,8 ha dalam kawasan 32 ha adalah dengan sistem tanam jarwo 2:1. Diharapkan nantinya seluruh kawasan akan menerapkan sistem tanam jarwo secara benar, sehingga meningkatkan populasi tanaman dan produksi padi.
Dikatakan, teknologi tanam menggunakan alat bantu tanam caplak roda akan memudahkan dalam aplikasi tanam. Selain itu juga dilakukan, pengenalan varietas unggul baru Balitbangtan yaitu varietas Inpari 32 yang memiliki rata-rata hasil 6,3 ton/ha dan potensi hasil 8,53 ton/ha.
“Pemupukan akan dikenalkan sistem Layanan Aplikasi Pemupukan (LAP) berbasis internet dengan menggunakan Layanan Konsultasi Padi (LKP) untuk menghitung dosis pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman,” tuturnya.
Kegiatan yang dilaksanakan tersebut sesuai dengan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo. Dalam berbagai kesempatan, SYL mengatakan, pertanian lebih maju mandiri bahkan dengan pengolahan menggunakan teknik yang lebih modern.
“Pertanian harus menjadi kekuatan bangsa ini dengan menggunakan teknologi yang lebih baik, memanfaatkan sains dan riset yang lebih kuat sehingga bisa menghadirkan kemampuan-kemampuan kita,” tegas SYL.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi juga selalu menekankan pentingnya kegiatan usaha tani yang berorientasi pada peningkatan produksi serta kualitas produk pertanian yang sehat dan ramah lingkungan.
“Peran penyuluh serta lembaga kelompok tani dan Gapoktan sangat diperlukan dan perlu ditingkatkan apalagi sejak adanya pandemic Covid 19 ini. Sektor pertanian menjadi tumpuan dan harapan bagi kelangsungan hidup bangsa untuk itu pertanian tidak boleh berhenti,” tegas Dedi.