TABLOIDSINARTANI.COM, Wajo---Banjir yang melanda 14 kecamatan di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, menggenangi puluhan ribu hektar lahan pertanian. Kerugian ditaksir mencapai ratusan miliar rupiah. Upaya penanganan kini tengah dilakukan.
Data sementara di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Wajo per Selasa (31/8), banjir merendam sekitar 21.023 ha lahan pertanian padi dan 460 ha jagung di 14 kecamatan. Jadi ada tambahan sekitar 4 ribu ha lebih dari data sebelumnya yang mencatat 16.824 ha.
Dari 21.023 ha ini, jika dihitung produktivitas tanaman 5 ton/ha, maka ada sekitar 105.115 ton dengan taksiran kerugian sebesar Rp 452 miliar. Sedangkan untuk tanaman jagung, tercatat 460 ha dengan taksiran kerugian sekitar Rp 6,8 miliar.
“Jadi, untuk sementara taksiran kerugian di sektor pertanian sekitar Rp460 miliar (dari total 21.483 ha lahan pertanian)," kata Kepala Dinas (Kadis) Pertanian dan Ketahanan Pangan Wajo, Muhammad Ashar.
Pemda Wajo, berjanji pihaknya terus berupaya mencarikan solusi untuk petani yang merugi akibat banjir menggenangi lahan pertanian dengan melakukan koordinasi kepada pihak-pihak terkait.
Ashar mengaku baru saja menerima kunjungan Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Sulawesi Selatan, Uvan Nurwahidah, yang melihat melihat kondisi sektor pertanian terdampak banjir di Wajo.
"Kami baru saja menerima Kepala Balai yang turun langsung melihat kondisi sektor pertanian kita yang terdampak banjir serta untuk mendapatkan data yang riil. Alhamdulillah beliau merespons baik untuk kita di Kabupaten Wajo," kata Ashar, Selasa (31/8).
Dalam kunjungan itu, Kepala BPTPH Sulsel akan membantu memberikan solusi dan berjanji akan membantu mengusulkan agar Kabupaten Wajo mendapatkan bantuan calon benih nasional dari Kementerian Pertanian RI dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Wajo juga telah berkoordinasi langsung dengan Kementerian Pertanian untuk mendapatkan bantuan benih. "Kita upayakan melalui koordinasi dengan pihak yang bisa membantu. Insyaallah kita akan terus mengupayakan bantuannya. Memang banjir tahun ini paling parah karena menyerang padi yang usia panen," tuturnya.
Selain itu, Ashar mengaku timnya bersama tim Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP) aktif melakukan pemantauan di lokasi terdampak banjir. Pihaknya sementara melakukan pemetaan dan pendataan terhadap sawah-sawah petani yang padinya rusak.
"Kami sudah melakukan pemantauan. Kalau air sudah surut kita lihat mana padi yang mati dan masih bertahan. Kemudian dilakukan pendataan kembali pada lahan yang padinya mati," ujarnya.
Curah hujan yang tinggi membuat 14 kecamatan di Wajo terendam banjir pada Sabtu (28/8) lalu. Banjir yang terjadi tidak hanya menggenangi permukiman warga. Sawah-sawah di Bumi Lamaddukelleng juga terendam.