Gizi dalam menu makanan sehat
TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Perubahan gaya hidup masyarakat yang ingin lebih sehat menjadi peluang bagi kentang sebagai pilihan menjadi makanan pokok. Selain kaya karbohidrat, komoditas tersebut juga lebih sehat dibandingkan konsumsi beras (nasi).
Plt. Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy mengatakan, peluang pengembangan kentang dalam upaya diversifikasi pangan cukup besar. Dari sisi ketersediaan, kentang merupakan komoditas yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
“Dari aspek gaya hidup masyarakat memiliki preferensi terhadap kentang, bahkan cita rasa kentang disukai sebagian besar masyarakat Indonesia,” katanya saat webinar Sehat dan Kenyang Makan Kentang yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani, Rabu (22/9).
Jika ditinjau dari aspek gizinya, kentang memiliki nilai gizi yang tidak kalah dengan jenis pangan sumber karbohidrat lainnya. Dalam 100 gram kentang mengandung 62 kalori. Karenanya, kentang merupakan pangan rendah energi yang mengandung antioksidan, protein dan vitamin yang baik bagi tubuh.
“Kentang sebagai pangan pokok pengganti nasi dapat dikonsumsi sebanyak 210 gram. Dengan kata lain konsumsi dua buah kentang dapat menggantikan nasi dengan kandungan energi yang setara dengan nasi,” katanya.
Mengonsumsi kentang juga memiliki manfaat kesehatan. Diantaranya, kalium dan asam folat yang baik untuk menurunkan tekanan darah, sehingga baik untuk kesehatan jantung. Kentang juga mengandung vitamin C yang berfungsi sebagai zat antioksidan, imunitas, dan baik untuk kesehatan kulit.
Sedangkan Vitamin B dalam kentang meningkatkan fungsi sistem saraf. Lutein berfungsi menurunkan risiko katarak dan baik untuk kesehatan mata. Kalsium dalam kentang baik untuk kesehatan tulang, gigi dan sendi. Quercentin berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mencegah kanker. “Kentang juga memiliki manfaat yang membantu mengoptimalkan pencernaan zat gizi atau metabolisme tubuh,” ujarnya.
Potensi utama dalam pemanfaatan kentang adalah sebagai bahan pangan dan bahan baku industri. Karena itu, Sarwo melihat peluang bisnis pengolahan kentang lokal memiliki potensi ekonomi yang cukup besar, khususnya bagi UMKM.
“Sebagai bahan pangan, kentang yang biasa dikonsumsi rumah tangga merupakan jenis kentang varietas granola. Pemanfaatan kentang untuk industri diolah menjadi keripik kentang, potato string, dan pati kentang dengan beragam varietas,” tuturnya.
Namun demikian menurut Sarwo, tantangan dalam pengembangan kentang sebagai pangan alternatif pengganti beras juga cukup besar. Dariaspek daya beli, kentang dikonsumsi masyarakat dalam bentuk siap saji/beku memiliki harga yang kurang ekonomis dan inovasi olahan kentang belum variatif.
“Tantangan lainnya adalah mengubah mindset atau pola konsumsi masyarakat Indonesia yang masih menomorsatukan beras sebagai pangan pokok dalam kesehariannya,” tegasnya.