Sabtu, 20 April 2024


Cegah Stunting, BBP2TP Perkuat Lumbung Pangan Mandiri dengan Beras Inpari Nutri Zinc

04 Okt 2021, 14:00 WIBEditor : Gesha

Padi Inpari Nutri Zinc terus disebarluaskan melalui LPM | Sumber Foto:Istimewa

TABLOIDSINARTANI.COM, sukabumi ---- Memperluas konsumsi beras Inpari Nutri Zinc, Kepala BBP2TP, Dr. Ir. Fery Fahrudin Munier, MSc. IPU bersama Kepala Pusat  Kerawanan Pangan, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, Dr. Andriko Noto Susanto, SP. MP., didampingi Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Sukabumi, Ir. H. Dana Budiman, MM. menyebarluaskannya melalui Lumbung Pangan Mandiri (LPM).

"Ini menjadi bagian untuk mendukung Pemerintah Kabupaten Sukabumi mengatasi kerawanan pangan, khususnya dalam menangani stunting di Desa Bantargebang Kecamatan Bantargadung melalui Introduksi pengembangan VUB padi Inpari IR Nutri Zinc," ungkap Kepala BBP2TP, Dr. Ir. Fery Fahrudin Munier, MSc. IPU, Sabtu (02/10). Fery menambahkan, kegiatan ini juga menjadi rencana sinergi penguatan Lumbung Pangan Mandiri (LPM) antara BKP dan Balitbangtan. 

Dipandu oleh Penanggungjawab kegiatan tersebut Dr.Ir. Nandang Sunandar, MP., rombongan diajak menemui beberapa Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis (Bumil KEK) yang sudah terkoreksi menjadi normal melalui pemberian beras Inpari IR Nutri Zinc untuk dikonsumsi secara rutin dar kegiatan kolaborasi  Tim BBP2TP dengan Puskesman dan Bidan setempat.

Terdapat 4 Bumil KEK yang sudah kembali ke kondisi normal, sehingga saat ini sedang menunggu saat melahirkan.  Harapannya bumil dapat melahirkan normal dengan kondisi bayi yang juga normal, agar di wilayah tersebut terhindar dari potensi bertambahnya bayi stunting. 

Pada saat yang sama, dilakukan juga monitoring terhadap bayi dibawah dua tahun (Baduta) yang sebelumnya terindikasi sangat kurang atau kurang gizi yang juga mendapat pemberian beras konsumsi nutrizinc.  Beberapa sudah menunjukkan hasil positif, dari gizi kurang ke gizi baik dengan panjang badan normal dan perkembangan  sesuai umurnya.  

Kapus Kerawanan Pangan BKP, Dr. Andriko Noto Susanto, SP. MP.mengapresiasi langkah yang dilakukan Balitbangtan dalam mengatasi kerawanan pangan, khususnya dalam menangani stunting. Dalam konteks ketahanan pangan sendiri stunting dipandang sebagai produk dari kegagalan sistem akses pangan berkualitas.  Untuk itulah, Pusat Kerawanan Pangan dan BBP2TP berencana bekerjasama dalam program Lumbung Pangan Mandiri dengan cara introduksi VUB Inpari IR Nutrizinc.  

“Sistem yang dibangun dilakukan dengan cara memperkuat penyedian benih Inpari IR Nutrizinc di lokasi LPM sehingga Lumbung Pangan ke depannya akan juga berisi beras ini.  Beras selanjutnya dusalurkan kepada pasien yang telah terdeteksi potensial stunting oleh tim medis di Puskesmas,” ungkap Andriko.

Dalam kunjungan tersebut, Kepala BBP2TP memberikan bantuan benih Inpari IR Nutrizinc dan Inpago Forti Zinc kepada Kapus Kerawanan Pangan untuk selanjutnya diserahkan kepada Kadis Ketahanan Pangan Kab. Sukabumi. Kepala Dinas selanjutnya menyalurkan benih tersebut kepada Gapoktan Bojonggenteng yang pada tahun ini mendapat program LPM dari BKP.

Sebagaimana diketahui, sejak lama program pangan dan gizi sudah menjadi prioritas pemerintah melalui RPJMN 2015–2019 dan juga RPJMN 2020-2024, namun bukan berarti akses pangan di Indonesia tidak ada masalah. Akses pangan dalam arti yang lebih jauh adalah kemampuan suatu masyarakat memiliki sumber daya secara ekonomi maupun fisik untuk mendapatkan bahan pangan bernutrisi. Akses pangan yang sulit akan menciptakan rantai rawan pangan dan gizi buruk di dalam suatu masyarakat. 

Percepatan pencegahan stunting menjadi salah satu misi program kerja Presiden RI Joko Widodo dalam RPJMN 2020-2024. Sebanyak 23 Kementerian/Lembaga berkolaborasi untuk percepatan pencegahan stunting salah satunya adalah Kementerian Pertanian. Sasaran prioritas pencegahan stunting adalah pada ibu hamil dan anak menyusui 0-2 tahun atau rumah tangga 1.000 HPK.

Target Kabupaten/kota prioritas pada periode 2020-2024 adalah semua desa di semua Kab/Kota prioritas secara bertahap. Penyebab stunting sangat komplek namun faktor gizi menjadi penyebab utama kejadian stunting,  Sehingga perlu adanya upaya pencegahan peningkatan faktor risiko lainnya terhadap stunting disamping maternal factor.

Stunting atau gagal tumbuh pada anak balita di Indonesia masih tinggi dan belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga dengan kasus tertinggi di Asia.

Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2019, angka stunting di Indonesia mencapai 30,8 persen. WHO juga menetapkan batas toleransi stunting (bertubuh pendek) maksimal 20 persen atau seperlima dari jumlah keseluruhan balita. Sementara di Indonesia tercatat 7,8 juta dari 23 juta balita adalah penderita stunting atau sekitar 35,6 persen.

Sebanyak 18,5 persen kategori sangat pendek dan 17,1 persen kategori pendek. Ini juga yang menyebabkan WHO menetapkan Indonesia sebagai Negara dengan status gizi buruk. Secara khusus penugasan untuk Kementan dituangkan dalam tugas di pilar 4 penanganan stunting yaitu dalam hal membangun ketahanan pangan.

Balitbangtan Kementan, pada Tahun 2019, melalui Unit Kerja Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB. Padi) telah menghasilkan varitas unggul baru Inpari IR Nutrizinc.  Varietas ini dihasilkan melalui teknik biofortifikasi Zn melalui pemuliaan tanaman padi konvensional. 

Varietas biofortifikasi Zn telah dilepas dengan nama  Inpari IR Nutri Zinc yang mempunyai rata-rata kandungan Zn 29,54 ppm dengan potensi kandungan Zn 34,51 ppm; dan rata-rata hasil 6,21 t/ha dengan potensi hasil mencapai 9,98 t/ha.  Varietas ini diyakini efektif dalam menangani masalah stunting oleh karena itu BBP2TP dan BPTP Jawa Barat  bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Sukabumi melakukan pemanfaatan beras Inpari Nutrizinc untuk mencegah stunting.

Reporter : Dr. Nandang Sunandar
Sumber : BBP2TP
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018