Sabtu, 14 Desember 2024


Petani Sergei Gigit Jari, Banjir dan OPT Landa Tanaman Padi

27 Okt 2021, 14:44 WIBEditor : Yulianto

Banjir melanda tanaman padi di Sergei | Sumber Foto:Gultom

TABLOIDSINARTANI.COM, Serdang Bedagai---Musim hujan mulai mengguyur berbagai sentra produks pangan di Indonesia. Kondisi tersebut perlu diwaspadai petani, terutama banjir dan serangan hama dan penyakit yang menerpa lahan pertanian.

Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)  September sampai Desember kemungkinan hujan akan turun deras. Namun pada pertengahan Oktober antara 10-17 Oktober akan terjadi panas terik tinggi seperti musim kemarau atau terjado anomali cuaca. Namun mulai 19-21 Oktober hujan dengan intensitas tinggi yang disertai angin kencang akan terjadi sepanjang malam.

Di Sumatera Utara ada beberapa kabupaten yang kini mengalami kebanjiran karena luapan sungai, termasuk di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai). Sebagai salah satu lumbung pangan terbesar di Sumatera Utara, pertanaman padi di Sergai sudah dimulai sejak September 2021.

Di Kabupaten Serdang Bedagai ada beberapa titik kecamatan yang mengalami kebanjiran seperti Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan yang luasan sawahnya hampir 1.000 ha,” kata PPL Bungaria, Sihaloho (19/10).

Luas lahan yang terkena banjir sekitar 45 ha dengan umur pertanaman 37 HST (hari setelah tanam). Saat ini kata Sihaloho, banjir mulai surut, tapi selanjutnya yang perlu diantisipasi adalah serangan hama wereng.

Sedangkan Desa Nagalawan, menurut Lamsihar, POPT Kecamatan Perbaungan, banjir belum  surut karena berbatasan dengan pantai, sehingga luapan air masuk ke sawah. Hal ini  perlu menjadi perhatian khusus, karena pertanaman padi sudah berumur 10 HST.

“Jika air surut akan banyak siput murbei/keong mas atau hujan terus turun, maka petani tanam ulang. Tapi ada juga petani yang belum tanam,” kata Lamsihar didampingi PPL Syarifudin yang melakukan monitoring dan sosialisasi kepada petani.

Di Kecamatan Pantai Cermin ada beberapa desa mengalami kebanjiran. Diantaranya, Desa Naga Kisar dan Lubuk Saban. Dua desa tersebut airnya sulit surut, karena air dari laut juga masuk ke sawah. “Walaupun telah dilakukan pompa pembuangan, air sulit surut,” kata Yunus SP, PPK Kecamatan Pantai Cermin Sabtu

Sementara itu Ketua Kelompok Tani Suka Maju  yang juga Petani Muda Melinial Sergai, Roni Purba mengakui, air sampai hari ini belum surut. Dari luas sawah 125 ha ada 45 ha diperkirakan puso  dengan umur tanaman 7 HST.

Banjir juga menerjang lahan petani yang berada di Kelompok Tani Pekan Sialang Buah, Kecamatan Teluk Mengkudu. Air tidak kunjung surut menurut Roni, karena sungai lebih tinggi airnya dari sawah. Hal ini terjadi karena sungai dan bendungan Sei Nagalawan sudah dinormalisasi, padahal sungai ini ujung dari pembuangan air yang ada.

Kepala Desa Nagalawan, Mahyudin berharap, pihak PUPR atau BW II Sumut segera mengambil sikap normalisasi  sungai dalam beberapa hari ini karena sudah masuk musim penghujan. Jika tidak, maka petani mengalami kerugian lebih besar, karena gagal panen.

Marino, Kepala UPT Perlindungan Tanaman Dinas Tanaman pangan dan Hortikultura Sumatera Utara memprediksi jika banjir masih merendam tanaman lebih 7 hari, maka kemungkinan tanaman sudah tidak bisa diselamatkan.

Karena itu ia menghimbau petani jika air sudah surut untuk segera bertanam lagi. Tapi Marino mengingatkan agar mengantisipasi serangan keong mas. “Untuk tanaman yang masih hidup dan sudah 30 HST perlu diantisipasi hama putih palsu dan WBC,” katanya.

Untuk pertanaman yang rusak para, Marino mengatakan, Dinas Pertanian Serdang segera mengajukan bantuan bahan obat-obatan dan racun tanaman ke  UPT Perlindungan Tanaman Provinsi.

Reporter : RE. Gultom
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018