TABLOIDISINARTANI.COM, Jakarta---Musim hujan di satu sisi menjadi pertanda baik bagi petani, karena memudahkan mendapatkan air saat musim tanam. Namun di sisi lain, petani harus waspada, karena hujan yang berlebihan berpotensi menjadi banjir dan peningkatan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memberikan peringatan dini fenomena La Nina dan kecenderungan peningkatan risiko bencana hidrometeorologi menjelang akhir tahun 2021. Tanaman pangan dinilai sangat terdampak kejadian iklim ekstrim tersebut.
Direktur Perlindungan Tanaman, Ditjen Tanaman Pangan, M. Takdir Mulyadi mengatakan, pada musim tanam Oktober-Maret 2021/2022 diprediksi terjadi La Nina moderat. Berdasarkan pengalaman fenomena La Nina 2020/2021 terjadi mulai Agustus 202o dan bertahan hingga April 2021.
“Saat La Nina kondisi pertanaman relatif lebih baik, walaupun memang ada beberapa tempat yang menjadi langganan banjir seperti Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan,” kata Takdir saat Webinar Bersiap Masuki Musim Tanam yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani, Rabu (3/11).
Meski dampaknya cukup signifikan terhadap produksi padi, namun menurut Takdir, masih dapat dikendalikan. “Kami optimis dengan persiapan yang baik dan antisipasi bersama daerah, khususnya jajaran Brigade La Nina dan OPT, mudah-mudahan dampak La Nina dapat kita antisipasi,” tuturnya.
Inilah Strateginya
Persiapan dan strategi antisipasi terhadap dampak La Nina lainnya adalah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk memetakan seluruh wilayah yang rawan dan langganan banjir. Di daerah tersebut, pemerintah mengajak daerah memperbaiki saluran air, baik yang tersier dan di petakan sawah dengan mengangkat sedimen. “Ini wujud cara sederhana menggerakan petani untuk mengantisipasi terjadinya luapan akibat banjir,” ujarnya.
Kemudian memantau dan evaluasi kondisi iklim, baik itu melalui kerja sama dengan BMKG, maupun dari hasil pengamatan AWS yang kemudian dipadukan dengan analisis peramalan Penganggu Tanaman (OPT). “Kami membentuk gerakan brigade yang terdiri dari brigade La Nina, seperti satuan tugas OPT serta Dampak Perubahan Iklim (DPI), brigade alsintan dan tanam, serta brigade panen dan serap gabah,” tuturnya.
Selanjutnya kata Takdir, ada langkah identifikasi daerah yang rawan banjir agar segera menyiapkan pompanisasi, perbaikan pintu-pintu air dan jaringan irigasi yang baik di lahan tersebut. “Kita menyiapkan pompa bantuan agar kebutuhan air bisa seimbang. Ini sangat bermanfaat untuk memompa air di dalam petakan untuk keluar, sehingga antisipasi terhadap kejadian banjir bisa diatasi,” tambah Takdir yang saat ini juga Plt Direktur Perbenihan Tanaman Pangan.
Takdir menambahkan, pemerintah juga terus mensosialisasikan program AUTP (Asuransi Usaha Tanaman Padi). Untuk petani yang tidak masuk atau ikut program asuransi, pemerintah menyiapkan bantuan benih gratis.
Selain itu, lanjut Takdir, pihaknya mendorong percepatan tanam, sehingga saat La Nina pertanaman padi sudah berumur 3 bulan dan tahan terhadap genangan air yang cukup tinggi. Pemerintah juga telah menyiapkan beberapa variertas unggul yang tahan genangan. Misalnya, varietas Inpara yang biasa ditanam petani di lahan rawa lebak Sumatera dan Kalimantan. “Teman-teman petugas yang mendampingi petani harus segera menyiapkan benihnya,” ujarnya.
Takdir mengakui, dampak La Nina adalah munculnya OPT seperti wereng batang cokelat dan penggerek batang. Dalam pengendalian OPT, pemerintah mengajak petani memperbanyak agens pengendali hayati (APH). “Petugas POPT harus terus berperan aktif dalam mengawal dan membimbing petani kita dan dapat disosialisasikan ke poktan lainnya,” pesan Takdir.