Sabtu, 14 Desember 2024


Waspadai La Nina, Sawah di Aceh Banjir, Banten Siaga

12 Nov 2021, 17:19 WIBEditor : Yulianto

Kepala Daerah saat Bimtek Antisipasi La Nina bersama Menteri Pertanian | Sumber Foto:Julian

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta--- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan akhir tahun 2021 hingga awal tahun 2021 curah hujan akan cukup tinggi. Dampak dari itu, beberapa sentra produksi bakal terkena banjir. Bahkan beberapa provinsi telah terjadi banjir.

Data Kementerian Pertanian pada Oktober banjir yang melanda tanaman padi seluas 3.900 ha dan puso 641 ha dan Nopember sekitar 7.000 ha dan puso 310 ha. Daerah yang terluas banjirnya di Aceh di 6 kabupaten, Sumatera Utara 8 kabupaten, Riau 1 kabupaten, Kalimantan Barat 7 kabupaten dan Pulau Jawa  beberapa daerah juga sudah terjadi banjir.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Cut Huzaimah mengatakan, hingga kini wilayah yang terdampak banjir di Aceh untuk tanaman padi seluas 196 ha dan jagung 327 ha. Namun di wilayah Aceh Barat ada kekhawatiran tanggul jebol yang bisa menyebabkan 200 ha lahan pertaman padi terkena banjir.

Namun demikian, Pemerintah Daerah Aceh telah mengantisipasi. Pertama, menggelar pertemuan dengan BMKG dan Dinas Pengairan untuk mencari solusi mencegah kemungkinan  dampak banjir dan kemarau. BMKG Aceh juga sudah mempetakan potensi daerah yang rawan banjir dan kekeringan.

“Bahkan Gubernur sudah mengeluarkan surat untuk pecepatan tanam musim rendang 2021/2020 dengan memaksimalkan alsintan,” katanya.  Selain itu untuk membantu petani, lanjut Cut, sudah ada anggaran APBN untuk Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) untuk lahan seluas 4.000 ha dan dari APBB seluas 5.000 ha. “Namun kami berharap Jasindo syariah bisa melakukan proses AUTP juga,” tambahnya.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Banten, Agus Tauhid mengatakan, situasi La Nina hingga kini tidak begitu berdampak negatif pada areal pertanaman padi di Banten. “Belum ada banjir yang menggenangi pertanaman padi,” ujarnya.

Namun demikian, pihaknya telah mengantisipasi perkiraan puncak musim hujan  di Banten pada Januari 2022. Beberapa langkah dan tindakan, pertama, menyiapkan varietas  padi tahan genangan di lokasi pertanian yang potensial terkena banjir. Kedua, pada wilayah rawan banjir mendorong petani ikut AUTP guna mencegah kerugian.

“Gubernur juga telah mengintruksikan Bupati mengambil langkah antisipasi. Kami berharap saat musim hujan nanti Banten tidak terdampak La Nina,” katanya. “Kamin juga telah mengoptimalkan sekolah lapang iklim dan sudah ada peningkatan pemahama kelompok tani,” tambah Agus. 

BMKG memperkirakan, La Nina diprediksi terus berkembang intensitas lemah - sedang, setidaknya hingga Februari 2022. Hingga awal November zona musim yang telah memasuki musim hujan meliputi wilayah Aceh bagian tengah, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung bagian barat.

Begitu juga di Banten bagian timur, Jawa Barat bagian selatan, Jawa Tengah bagian barat, sebagian Jawa Timur bagian selatan, Bali, Kalimantan Utara, sebagian besar Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan bagian selatan dan timur, Kalimantantengahbagian timur, Pulau Taliabu dan Pulau Serambagian selatan.

Sebagian wilayah Indonesia yang akan memasuki periode Musim Hujan mulai Oktober ini meliputi wilayah, Aceh bagian timur, Riau bagian tenggara, Jambi bagian barat, Sumatera Selatan bagian tenggara, Bangka Belitung, Banten bagian barat, Jawa Barat bagian tengah, Jawa Tengah bagian barat dan tengah, sebagian DI Yogyakarta dan sebagian kecil Jawa Timur.

Selain itu, Kalimantan Tengah bagian timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Kemudian Beberapa wilayah yang lain akan memasuki musim bulan November 2021 nanti diprakirakan 87,7 persen wilayah Indonesia.

 

Sedangkan Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi Selatan akan mengalami periode transisi awal masuk musim, sehingga perlu diwaspadai fenomena cuaca ekstrim. Puncak Musim Hujan pada Januari – Februari 2022, perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi.

Reporter : Julian
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018