Ini jawara LKPL 2021
TABLOIDSINARTANI.COM, Jalarta---Badan Ketahanan Pangan (BKP) mengajak kaum milenial menciptakan produk pangan berbahan baku lokal dengan rasa global. Dengan demikian masyarakat akan tertarik mengonsumsi pangan lokal.
Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Yasid Taufik mengatakan, even Lomba Kreasi Pangan Lokal Nusantara (KPLN) ini terkait dengan diversifikasi pangan lokal. Artinya kita tidak hanya menyediakan pangan lokal sebagai subtitusi pengganti beras atau bagaimana masyarakat kita tidak terjebak pada gandum.
Karena itu kata Yasid, kita mencoba menyiapkan menu yang siap dikonsumsi masyarakat dari hasil kreasi maupun inovasi mahasiswa dalam menciptakan menu dari pangan lokal. Misalnya, singkong, sukun, sorgum, talas, pisang dan pangan lokal lainnya
"Kita mendorong mahasiswa untuk berkreasi pada even perlombaan menciptakan menu pangan lokal yang bergengsi dan diterima masyarakat. Kemudian kita juga telah melakukan penilaian atas kreasi menu itu dan sudah ditentukan pemenangnya," kata Yasid.
Yasid menilai, menu pangan lokal tersebut cukup bagus dan rasanya enak. Bahkan tampilannya bergengsi walaupun bahan bakunya dari singkong, ubi jalar, sorgum, pisang, sukun dan pangan lokal lainnya.
"Cukup menarik bergengsi mudah-mudahan akan terus kita sosialisasikan hasil mahasiswa itu agarbmenjadi menu pilihan masyarakat kita,” ujarnya dalam acara Penganugerahan Pemenang Lomba KPLN 2021 di Bogor, Jumat (26/11).
Yasid berharap agar menu yang dihasilkan mahasiswa yang ikut perlombaan ini menjadi pilihan untuk bisa dikonsumsi masyarakat. Sebab kalau diversifikasi pangan itu hanya mendorong agar makan sorgum, singkong atau ubi jalar tidak begitu efektif.
Untuk itu agar efektif mendorong diversifikasi dengan bahan baku pangan lokal adalah dengan mengenalkan menu yang sudah jadi. "Kita tidak mendorong bagaimana mengonsumsi singkong dan pangan lokal lainnya, tetapi konsumsi lah dalam bentuk jadi," tegasnya.
Secara tradisi ungkap Yasid, masyarakat kita sudah terbiasa menanam jagung, singkong, ubi jalar dann sukun. Bahkan kita memiliki sentra pangan lokal yang potensinya sangat besar. "Sekarang hanya bagaimana caranya agar disukai masyaraka. Nah yang namanya disukai itu tidak lepas dari menu yang siap dikonsumsi, karena kita tidak mengkonsumsi row material, tapi sudah merupakan paduan antara row material dengan resep yang dikreasikan," katanya.
Mengapa pesertanya mahasiswa? Yasid mengatakan, karena komposisi penduduk Indonesia 54 persen itu adalah generasi z dan milenial. Karena itu dirinya berharap menu diciptakan oleh mereka dan untuk mereka juga segmennya.
"Kita itu di negara yang terbuka, dalam perdagangan juga terbuka, kita tidak bisa menghindari harus mengkonsumsi ini itu. Tapi kita mendorong agar masyarakat memilih dan tidak memaksakan memilih pangan yang berasal dari produksi domestik milik petani," katanya.
Namun dengan adanya kreasi menu yang enak, bergizi dan memenuhi standar kesehatan dapat menjadi pilihan masyarakat. Apalagi dari sisi kesehatan sangat bagus dan dari sisi produksi domesti kita dapat mendorong ekonomi petani untuk lebih maju,” katanya.