Selasa, 29 April 2025


Tanam Kedelai : Semua Lahan Cocok, Teknik Tusip Jadi Pilihan Jitu

07 Mar 2022, 14:44 WIBEditor : Gesha

Tumpang sisip jagung dan kedelai

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta --- Budidaya kedelai ternyata tak selamanya hanya bisa dilakukan di lahan kering dan menunggu panen padi sawah. Nyatanya hampir seluruh tipe lahan cocok untuk ditanami. Termasuk lahan marginal (rawa dan pasang surut) dan lahan naungan perkebunan maupun agroforestry. 

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Baharuddin  mengatakan, hampir seluruh tipe lahan di Indonesia bisa ditanami kedelai. Apalagi varietas unggul yang dirakit peneliti di Indonesia, tercatat sudah mencapai 71 varietas, termasuk spesifik lokasi. Beberapa diantaranya bisa mencapai produktivitas mencapai 3 ton/ha. Namun demikian, persoalannya di lapangan petani sulit mendapatkan benih unggul.

Ketersediaan benih ini menurut Baharuddin, bisa disiasati di tingkat kelompok tani, kabupaten maupun provinsi dengan fasilitas yang memadai seperti cold storage. “Dengan penyimpanan sampai suhu 10-14 derajat, benih kedelai bisa disimpan sampai 5 tahun Sedangkan kalau di gudang biasa dengan kadar air yang bisa dipertahankan 8 persen hanya bisa sampai 3 tahun,” tuturnya.

Seperti diketahui, daya kecambah benih selama ini bisa menurun saat memasuki usia 3 bulan penyimpanan. Akibatnya, banyak petani yang mengeluh benih yang diperoleh atau diberikan (bantuan pemerintah) tidak mampu bertumbuh baik. “Masalahnya di transportasi dan penyimpanan,” ujarnya.

Sementara itu, Guru Besar Bidang Agronomi dan Hortikultura dari Institut Pertanian Bogor (IPB University), Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S menawarkan solusi teknologi budidaya kedelai di lahan pasang surut atau biasa disebut Budidaya Jenuh Air (BJA). Melalui risetnya yang inovatif, Munif dapat menghasilkan maksimal hingga 400 polong kedelai per tanaman. Rata-ratanya bisa mencapai 105 polong per tanaman pada populasi 400.000 tanaman per hektar. “Tahun 2009, kami pernah panen massal di lahan ujicoba di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan,” katanya.

Bahkan lanjut Munif, produktivitas kedelai di lahan pasang surut ini tergolong tinggi. Biasanya ungkap Munif, kedelai yang ditanam di lahan kering hanya mampu menghasilkan 0.8 ton/ha. Sementara itu, dari beberapa varietas kedelai yang diujicobakan seperti Tanggamus, Slamet, Willis dan Anjasmoro, Tanggamus merupakan varietas dengan hasil terbaik yang dikembangkan dengan teknologi budidaya jenuh air di lahan pasang surut.

Tumpang Sisip

Munif menjelaskan, ada teknik budidaya kedelai yang bisa dilakukan petani untuk meningkatkan produksi yakni dengan   sistem tanam Tumpang Sisip (Tusip) atau Relay Croping. Termasuk di daerah kering dengan curah hujan yang rendah. Jika di suatu daerah petaninya senang menanam jagung, maka caranya bisa membudidayakan jagung terlebih dahulu (saat musim tanam). Kemudian di lahan tersebut disisipkan tanaman kedelai ketika 10-20 hari sebelum panen jagung. Dengan demikian, petani bisa panen dua kali yakni kedelai dan jagung.“Tapi kalau petani menunggu dulu olah tanah untuk tanaman kedelai setelah panen jagung, maka curah hujan keburu tinggi. Dengan demikian susah petani untuk tanam kedelai,” tuturnya.

Cara kedua yang bisa dilakukan petani adalah dengan bertanam kedelai terlebih dahulu, baru bertanam jagung. Cara ini bisa membuat pertanaman jagung lebih efisien karena adanya Nitrogen pada tanah dari pertanaman kedelai. Apalagi lanjut Munif, areal pertanaman jagung sekarang sudah lebih dari 5 juta ha. Dengan luasan tersebut, kedelai bisa dititipkan dengan sistem tumpeng sisip di lahan jagung. “Paling tidak bisa menghasilkan minimal 1 ton per hektar di musim pertanaman jagung,” tuturnya.

Pertanaman sistem Tusip ini juga cocok dilakukan di daerah kering beriklim basah seperti di Lampung Selatan yang biasanya bertanam jagung-jagung-bera. Di lahan tersebut bisa dimasukkan pertanaman kedelai menjadi jagung-jagung-kedelai atau disisipkan saja di pertanaman jagung. “Pasti naik produksi kedelai nasional,” ujarnya.

Untuk lahan pasang surut, pertanaman kedelai dimungkinkan di lahan pasut tipe C atau lahan yang tidak pernah tergenang, tetapi kedalaman air tanah pada waktu pasang kurang dari 50 cm. Contohnya ada di Jambi dan Sumatera Selatan. Permasalahannya diakui Munif, memang ada pada pirit. Karena itu ia mengingatkan agar jangan pernah tanam di bulan Agustus, September, Oktober. “Jadi tanam kedelai sebaiknya setelah padi yakni April, Mei, Juni, Juli (panen). Asalkan benih bisa tepat waktu untuk tanam, kedelai bisa ditanam di lahan jenis ini,” tuturnya.

Reporter : NATTASYA
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018