Budidaya padi sehat
TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Pertanian organik kini menjadi alternatif untuk mengembalikan kesuburan lahan. Keuntungan lainnya dari cara bertani ini adalah harga hasil panen lebih menggiurkan.
Dengan kelebihan itu, banyak milenial yang terjun ke dunia pertanian memilih bertani secara organik. Seperti Muhammad Yayan yang kini mendapat amanah sebagai Ketua Koperasi Tani Produksi Mentari Sinari Alam (MSA).
Dikatakan, MSA adalah koperasi petani padi di Tasikmalaya yang menerapkan sistem pertanian organik berbasis teknologi dan inovasi modern. MSA beranggotakan 373 petani, yang 66 diantaranya telah memperoleh sertifikat organik internasional dari Uni Eropa dan Departemen Pertanian Amerika Serikat.
Rata-rata, kata Yayan, petani memiliki lahan seluas 1,1 hektar (ha) dengan produktivitas 2,9 ton/ha. Panen berlangsung pada Juni, Oktober, dan Februari. MSA kini telah memproduksi, mengolah, dan memasarkan beras organik dari varietas Pandan Wangi, Inpari 24, Ciherang, Sintanur, dan Situbondo.
Sementara itu PP Gapsera Sejahtera Mandiri (GSM) merupakan perkumpulan kelompok tani yang ada di Desa Rejo Asri Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah yang mengembangkan pertanian ramah lingkungan.
Ketua PP GSM Sukarlin mengatakan, berawal dari keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan petani tanpa merusak lingkungan, dirinya mengaplikasikan pengendalian hayati pada lahan padi yang dimiliki. Kegiatan pengendalian hayati diperoleh Sukarlin dari kegiatan pelatihan yang pernah diikutinya.
“Awalnya saya sedikit kesulitan dalam memasarkan produk hasil panen, karena masih menggunakan pupuk kimia yaitu 60 persen pupuk kompos 40 persen pupuk kimia, sehingga tidak dapat disebut beras organik," ujarnya.
Namun setelah di uji di laboratorium ternyata residu pestisida nihil. Dari hasil uji tersebut, Sukarlin kemudian terus mengembangkan pertanian ramah lingkungan. Produksi berasnya kini menggunakan brand BERASERA atau Beras Sehat Bebas Pestisida yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
Sementara itu, Galih Wiranegara, Ketua Korporasi Tani Ngawi Mandiri (KTNM) mengatakan, koperasinya yang berdiri pada 24 November 2020 telah menjadi daya dukung untuk pertumbuhan pertanian di Kabupaten Ngawi. Sedikitnya ada sekitar 45 Gabungan Kelompok Tani (gapoktan) yang tergabung dalam Koperasi Ngawi Tani Mandiri.
KNTM menjadi fasilitator untuk memenuhi kebutuhan pertanian dan memasarkan produk hasil pertanian. KNTM juga membantu petani mencukupi kebutuhan pupuk, khususnya pupuk non subsidi. Sebab untuk pupuk subsidi, tataniaga dan distribusi telah ditentukan sesuai regulasi yang ada. “Selain itu, KNTM juga membantu memberikan pinjaman benih," ungkapnya.
Galih menegaskan, koperasi memiliki peran penting bagi petani yakni memberi pinjaman benih kepada petani, kemudian memberikan pinjaman pupuk non subsidi kepada petani. Kemudian hasil panenya dihubungkan ke pasar. "Petani yang ikut kemitraan semua produknya dibeli oleh perusahaan yang dikerjasamakan dengan KNTM," katanya.
Upaya Kementerian Pertanian (Kementan) membangun pertanian untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani melalui penerapan teknologi dan inovasi pertanian modern mencatatkan keberhasilan nyata di lapangan. Perkembangan bertani modern telah mengubah sektor pertanian ke arah kemajuan yakni peningkatan produktivitas, minat generasi muda dan komoditas naik kelas menjadi masuk dunia industri.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan kemajuan inovasi dan teknologi di bidang pertanian dapat diadopsi dan dikembangkan secara massal hingga skala industri. Menurutnya, mekanisasi mampu menjawab tantangan kekurangan SDM, karena bertani jadi semakin cepat dan produktivitas petani menjadi lebih terjamin, dan mekanisasi mampu menekan losses (kehilangan hasil panen).
"Integrated farming berbasis zero waste mampu mengefisiensikan biaya produksi dan meningkatkan pendapatan petani. Tantangan bagi kaum muda milenial untuk mengembangkan teknologi pertanian baik aspek Hulu, onfarm, hilirisasi," ujar Suwandi pada Bimbingan Teknis & Sosialisasi (BTS) Propaktani secara daring Episode 384 pada Selasa, 22 Maret 2022 mengangkat topik Success Story Bertani Milenial.