Talkshow Pangan Lokal Berdikari dan Edukasi Kemanan Pangan yang digelar Dishanpan Jateng
TABLOIDSINARTANI.COM, Surakarta --- Pemanfaatan pangan lokal menjadi hal yang penting untuk mengurangi ketergantungan pangan impor. Karena itu Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah menggelar talkshow Pangan Lokal Berdikari dan Edukasi Pangan sebagai sosialisasi pengembangan pangan lokal di masyarakat.
Ubi kayu atau singkong menjadi salah satu komoditas pangan lokal prioritas di provinsi Jawa Tengah dan juga di Indonesia. Saat ini Indonesia merupakan Negara penghasil singkong terbesar ke-6 di dunia (FAO, 2019). Sedang produksi singkong di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2021 sebesar 1.323.506 ton, dengan produktivitas 523 Ha/Ton dan luastanam untuk singkong 77.065 Ha.
Singkong mempunyai nilai ekonomi tinggi jika diolah menjadi mocaf (modified cassava flour). Mocaf lebih bisa digunakan untuk berbagai produk pangan olahan pengganti tepung gandum seperti kue, roti dan mie. dibandingkan tepung ubi kayu biasa (tepung kanji) serta dapat disimpan dalam waktu lama sebagai cadangan bahan pangan.
Sudah saatnya mengembangkan mocaf sebagai bahan pangan substitusi/pengganti tepung terigu berbahan baku impor gandum 100 persen. Dengan pengembangan mocaf diharapkan pangan alternative pengganti beras akan semakin beragam sekaligus menjadi pengungkit ekonomi petaniJawa Tengah.
Hal ini mengemuka dalam Talkshow“ Pangan Lokal Berdikari dan Edukasi Keamanan Pangan” yang digelar Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, Aula Fakultas Pertanian UNS Surakarta, 7 Juni 2002 lalu. Gelaran ini juga dalam rangka mengisi bulan Pancasila dan memperingati Hari Keamanan PanganDunia.
Dalam sambutan Gubernur Jawa Tengah yang dibacakan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah menyebutkan bahwa menghadapi kondisi global yang tidak menentu seperti saat ini, atau yang sering disebut dengan istilah era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), setiap Negara berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri utamanya dalam hal Pangan.
“Mau tidak mau Indonesia masuk dalam politik pangan dunia. Oleh karena itu, Peningkatan ketahanan pangan harus mampu menciptakan kedaulatan pangan yang berarti masyarakat hidup dalam suasana ketersediaan pangan yang tidak tergantung pada negara lain (impor),” ungkapnya.
Pemerintah daerah provinsi Jawa Tengah mendorong Pemerintah Desa untuk mengalokasikan Dana Desa minimal 20 persen untuk program Ketahanan Pangan Nabati dan hewani, serta untuk pencegahan Stunting di Desa sesuai Peraturan Presiden Nomor 104 tentang Rincian Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2022;
Permendes PDT dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2022; serta Surat Edaran Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 965/2611 Tentang Pengalokasian Dana Desa Untuk Program Ketahanan Pangan Dan HewaniTahun 2022.
Talk show yang juga di arahkan sebagai edukasi keamanan pangan ini dihadiri tidak kurangi 300 peserta, terdiri dari 120 akademisi UNS, pelaku usaha pangan lokal, instansi ketahanan pangan kabupaten/kota se jawa Tengah serta instansi terkait tingkat provinsi. Disamping itu kegiatan ini juga diikuti tidak kurang datri 300 mahasiswa fakultas pertanian se Indonesia secara daring.
Harga singkong sekarang berkisar Rp500-1000 per kilogram. Untuk menghasilkan 1 kg mocaf dibutuhkan singkong sebanyak 3-4 kg (Rp1.500-4.000). Sedangkan harga mocaf di pasaran berkisarRp 16.000-20.000 per kilogram. Terdapat nilai tambah (value added) yang berpotensi meningkatkan ekonomi petani singkong Jawa Tengah.
Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Dr. Andriko Noto Susanto, SP, MP. yang hadir secara daring menguraikan kebijakan dan strategi pemerintah dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan (food soveregnity), kemandirian pangan (food resilience)serta keamanan pangan (food safety).
“Dimana muara dari kebijakan tersebut adalah menyediakan dan membuka akses masyarakat untuk pangan B2SA (beragam, bergizi, seimbang dan aman. Kebijakan pangan beragam berpedoman Perpres 22/2009 dengan tolak ukur Pola Pangan Harapan dan Pola Pangan exiting. Sedang kebijakan Pangan aman berdasar PP 86/2019 tentang keamanan pangan dan PP 5/2021 tentang ijin berusaha, dalam hal ini pemerintah menetapkan standarisasi dan pengawasan.,” tambahnya.
Doktor pertanian dari UGM ini juga menyampaikan strategi mendorong penganekaragaman pangan masyarakat, segera akan dilakukan inovasi-inovasi terhadap pangan local tradisional dan introduksi pangan modern. Penanganan pangan local tradisional antara lain, mengembalikan tradisi sagu sebagai lumbung pangan keluarga di Maluku dan Papua, juga jagung dan ubi kayu di daerah lain.
Merubah menu mengalihkan dari pangan segar ke pangan olahan. misalnya cabe segar menjadi cabai bubuk atau pasta, tomat segar menjadi saus tomat, telur menjadi rending atau telur siap saji, bawang segar menjadi bawang iris kering atau pasta bawang.
Introduksi pangan modern yang diarahkan pada generasi milenial, yaitu dengan inovasi pangan dari tepung komposit B2SA milenial menjadi pangan olahan, misalnya mie instan, yang siap santap sesuai PPH, enak dikonsumsi, menarik dan praktis serta terjangkau.
Sementara itu Kepala Program Studi Ilmu Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret (UNS). Danar Praseptiangga, S.T.P., M.Sc., Ph.D. Dalam orasinya mengatakan bahwa telah terjadi transformasi kesadaran memelihara kesehatan, dari tindakan kuratif melalui obat-obatan menjadi tindakan preventif melalui makanan B2SA, olah raga dan medical checkup.
Lebih lanjut Doktor lulusan Universitas Hiroshima Jepang ini mengintroduksi istilah pangan fungsional. Yaitu pemilihan bahan pangan yang mempunyai ciri, menjadi bagian dari pola konsumsi, berbasis pangan lokal, meningkatkan fungsi gizi dan kesehatan serta menurunkan resiko penyakit.
Pengembangan pangan fungsional ini mempunyai beberapa prasyarat, yaitu komponen bioaktif dalam pangan, harus berdasarkan bukti dan kajian ilmiah, informasi yang tepat tentang manfaat pangan funsional, memiliki manfaat terhadap fungsi fisiologis dan membantu meningkatkan kesehatan.
Talkshow yang dimoderatori Rini Yustiningsih ini juga menampilkan Founder Rumah Mocaf Indonesia,Riza Azyumarridha Azra. Dengan materi Tepung Mocaf, From Farmers For Healty Food Lovers, Riza, menyampaikan bahwa upayanya mengangkat ubi kayu di Banjarnegara, desa kelahirannya, berangkat dari rasa empatinya terhadap kesengsaraan petani ubi kayu.
Berkat keuletan dan kerja keras, sesuai motonya :Selama petani masih menderita, tiada kata istirahat, Riza berhasil membangun industri tepung mocaf dengan produksi rata-rata 10 sampai 15 ton per bulan, dengan produksi maksimal 30 ton per bulan.
Saat ini, Riza telah mengembangkan usaka industri tepung mocaf dengan melibatkan 652 pengrajin, membina 11 kelompok tani singkong pada lahan seluas 295 tersebar di lima Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Wahyu Budi Utami, isteri Riza, yang selalu setia mendampingi, mengatakan disamping produksi mocaf berupa tepung curah, telah diproduksi juga mocaf dalam kemasan beserta turunannya. Dan saat ini juga memproduksi gula cair berbahan baku ubi kayu.
Produksi mocaf dari Banjarnegara ini sudah tersebar ke 29 provinsi di Indonesia. Bahkan sudah di perkenalkan kemancanegara, antara lain Malaysia, Turki, Mesir, Rusia, Belgiadan Amerika.
Salah seorang peserta talkshow, Warsono, seorang kepala desa di Cipari, Cilacap mengatakan bahwa masyarakat di desanya telah mulai ada yang membuat tepung mocaf. Dan berharap industri tepung mocaf dapat berkembang di desanya, karena luas pertanaman ubi kayu yang ada disana mencapai 500 Ha. Dia juga berterimakasih atas informasi paying hukum yang mengijinkan sebagian dana desa untuk penguatan pengembangan pangan lokal.
Di lokasi kegiatan talkshow hadir 14 pelaku usaha pangan yang berpartisipasi aktif dalam pameran tersebut, yaitu Noory Boyolali, Rumah Mocaf Indonesia, Tiwul Instan Cahaya, Getuk Take Karanganyar, Brownis Tiwul Wonogiri, Ria Soleha Klaten, Mie Jowo Wonogiri, Apem Waluh Solo, Ubigo Karanganyar, Yuni Klaten, Gemblong 357, Waffle Tiwul Solo, Umi Ni’matul Klaten, KWT Murakabi.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, Ir. Dyah Lukisari, MSi sangat menghargai apresiasi peserta talkshow yang tercurah pada sesitanya jawab. Usulan dan pemikiran masyarakat yang terwakili dalam acara talkshow ini akan segera ditindak lanjuti.
Antara lain sosialisasi pemanfaatan tepung mocaf untuk berbagai pangan lokal atau modern, festival pangan lokal dan sebagainya. Secara kongkrit Dinas Ketahanan Pangan kedepan akan mengalokasikan anggaran untuk Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berupa pangan lokal dalam bentuk Mie mocaf.
Pengenalan pangan lokal akan dilaksanakan dengan cara memberikan/pengenalan produk pangan lokal dalam berbagai even. Juga publikasi pemanfaatan tepung Mocaf dan berbagai produk olahan pangannya melalui pembuatan video memasak tepung Mocaf yang akan ditayangkan dalam Youtube DISHANPAN.