Selasa, 16 April 2024


Mantan Rektor Unsoed: Sinergi Riset untuk Kedaulatan Benih

31 Jul 2022, 11:16 WIBEditor : Yulianto

Riset benih perlu sinergi antar instansi | Sumber Foto:Dok. Prof. Suwarto

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Ditengah tantangan sektor pertanian yang semakin kompleks, penyediaan benih dan bibit unggul menjadi satu keharusan. Karena itu, riset dan inovasi Perguruan Tinggi dalam perbenihan dan perbibitan nasional menjadi penentu dalam menghadapi krisis pangan global.

Sektor pertanian saat ini sedang menghadapi tantangan yang sangat besar. Mulai dari wabah covid 19 hingga krisis pangan akibat konflik dunia dan perubahan iklim menjadi faktor penghambat dalam penyediaan pangan nasional.

“Akibatnya dirasakan oleh kita harga pasar produk pertanian meningkat, pasokan melambat dan mengalami kekurangan, kemudian saprotan dan tenaga kerja naik, kondisi lahan marjinal semakin meluuas, serta tekanan produksi  terhdap produk pertanian,” ungkap Guru Besar Universitas Soedirman, Prof. Dr. Ir. Suwarto, M. S.

Saat webinar Mewujudkan Kemandirian Perbenihan dan Perbibitan dalam Mengantisipasi Krisis Pangan Global yang diselengarakan Tabloid Sinartani bersama MPPI, Kamis (28/7), Rektor Unsoed (2019-2022) menyampaikan beberapa hal yang bisa menjadi solusi. Diantaranya, perlu adanya penyedian pangan pokok melalui sinergi pemerintah, perguruan tinggi dan pengusaha.

Selain itu, optimalisasi program bantuan pemerintah dalam produksi bahan pangan pokok. Kemudian, adanya jaminan pasar dan harga produk pertanian yang memadai, peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pertanian. Benih juga harus tersedia dan diproduksi dilokasi produksi tanaman pangan pokok melaui pembentukan desa mandiri benih. “Kedaulatan benih menjadi suatu cita-cita yang sangat mulia, karena para praktisi di onfarm bisa mendapatkan benih yang berkualitas dan bermutu,” ungkapnya.

Prof. Suwarto mengatakan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam mewujudkan kedaulatan benih. Mulai dari arah kebijakan dalam mendorong penyediaan benih yang mampu memenuhi kebutuhan untuk pembangunan tanaman pangan. Strateginya adalah mengoptimalkan produksi dan penyediaan benih. sertifikasi dan pengawasan peredaran benih serta fungsi kelembagaan perbenihan. “Upaya revitalisasi perbenihan nasional dan pengembangan 1000 desa berdaulat benih akan membantu penyediaan benih di tingkat petani,” ujarnya.

Riset Perguruan Tinggi

Dalam mewujudkan kedaulatan benih, menurut Suwarto, riset dan inovasi yang dilakukan Perguruan Tinggi juga menjadi kunci keberhasilan. Saat ini banyak Perguruan Tinggi (PT) yang memiliki pemulia tanaman. “Mereka bisa diajak bekerjasama untuk berkolborasi terkait penyedian benih dan bibit unggul untuk menunjang ketahanan pangan,” tambahnya.

Sesuai misi Perguruan Tinggi (melaksanakan Tridarma) yang terdiri dari pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat, peran PT dalam mendukung perbenihan dan perbibitan dapat dilihat dari kegiatan pengajaran/pendidikan yang link and match dengan dunia perbenihan. Misalnya, melalui kolaborasi pentahelix serta mencetak sumber daya pertanian yang tangguh di masa depan.

Sedangkan kegiatan penelitian dilakukan penelitian dan perakitan vairetas unggul baru, penelitian dasar dan terapan terkait teknologi perbenihan dan pembibitan. PT juga bisa menghasilkan paket teknologi pendukung produksi tanaman.

Dalam kegiatan pengabdian, PT bisa berkontribusi dalam perumusan kebijakan pemerintah.Transfer teknologi bagi industri dan kelompok masayrakat  (hilirisasi), dan pendampingan petani pemulia, produsen benih serta petani penangkar.

Prof. Suwarto mengatakan, dari segi misi yang diemban PT dapat berperan sebagai pilar riset perbenihan dan perbibitan nasional. Dari sisi ketersediaan sumber daya manusia dan sarana riset/laboratorium, PT juga sangat potensial berperan sebagai lembaga riset mandiri maupun mitra bagi lembaga riset pemerintah dan swasta.

“Dari segi pengalaman riset, inovasi teknologi yang dihasilkan Perguruan Tinggi perlu terus memperkuat sinergi dengan Kementerian Pertanian dan BRIN dalam rangka menjalankan prioritas riset nasional  terkait perbenihan dan perbibitan,” jelas Prof. Suwarto.

Universitas Jenderal Soedirman sebagai salah satu PT yang berkontribusi dalam perbenihan dan perbibitan nasional memiliki arah riset dan program pemuliaan tanaman pangan. Pertama, menghasilkan varietas baru yang toleran terhadap lahan marginal dan cekaman lingkungan. Kedua, menghasilkan varietas melalui biofortifikasi atau perbaikan nilai gizi padi atau dikenal dengan padi fungsional

Memiliki Visi Diakui dunia sebagai pusat pengembangan sumberdaya perdesaan dan kearifan lokal, UNSOED telah melakukan pelepasan berbagai varietas diantaranya kedelai Slamet dan Sindoro yang toleran terhadap tanah masam, Inpago Unsoed 1, Inpari Unsoed79 Agritan, Inpago Unsoed Parimas, Inpago Unsoed Protani, dan Inpago Unsoed P20 Tangguh.

Untuk HKI (Hak Kekayaan Intelaktual) atau perlindungan varietas tanaman dan pendaftaran varietas hasil pemuliaan tanaman, UNSOED memiliki varietas Inpago Unsoed 1 (padi gogo wangi), Inpago JSPGA 136, Inpago JSPGA9. Bawang merah berumbi putih, dan Unsoed PK7 dan PK15.

Sedangkan yang masih dalam proses pengembangan antara lain kedelai berproduksi tinggi dan berbiji besar, padi green super rice, padi fungsional (antosianin tinggi), padi khusus (basmanti adaptif Indonesia), padi gogo toleran kekeringan umur genjah, kentang dataran medium-rendah, dan jeruk tanpa biji.  

Reporter : Herman
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018