TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Komoditas pertanian selalu menghadapi masalah hama, bukan hanya saat penanaman tapi juga dalam penyimpanan di gudang. Kondisi ini bisa menyebabkan produk pertanian turun mutu. Bagaimana cara menangkalnya?
Seperti diketahui, berkembangnya hama gudang turut dipengaruhi meningkatnya kebutuhan pangan, baik produk mentah, setengah jadi maupun produk pangan olahan. Proses distribusi produk yang melibatkan perpindahan lokasi dan penyimpanan komoditas juga meningkatkan potensi serangan hama gudang.
Hama gudang memang membuat pelaku usaha pertanian yang mempunyai gudang bikin pusing. Seperti Ketua Perpadi DKI Jakarta, Nellys Soekidi yang harus berjibaku dalam mengatasi hama, khususnya kutu. Bagi pemilik usaha beras DTS ini untuk memproduksi produk beras memang sudah ada SOP-nya. Namun untuk mengatasi hama, pelaku usaha harus mengalokasikan anggaran secara khusus.
“Salah satu hama yang patut diwaspadai adalah kutu, karena kerugiannya besar. Jika tidak ditangani dengan baik, maka akan mudah berkembang biak. Apalagi telur kutu sulit terdeteksi,” katanya saat webinar Cara Aman Menangkal Hama Gudang yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani di Jakarta, Rabu (3/8).
Menurut Nellys, penanganan hama (kutu) bukan setelah menjadi beras, tapi juga dimulai saat panen hingga tiap proses. Karena itu, ia mengingatkan, agar industri perberasan harus menangani dengan baik masalah kutu ini. “Hama penyakit lainnya yang patut diwaspadai adalah hama tikus,” ujar mantan Pengamen BLOK M yang kini jadi pelaku usaha bisnis beras ini.
Benny Julyan, Bagian Operasional Unit Bisnis Jasa Survey dan Pemberantasan Hama UB Jastama Bulog juga mengakui, dengan gudang yang tersebar di seluruh Indonesia, penanganan hama gudang menjadi priortas Bulog. “Kehilangan akibat hama gudang ini bisa mencapai 10-50 persen. Karena itu, kita berusaha meminimalisir kehilangan tersebut. Namun memang tidak 100 persen, karena potensinya tetap ada,” katanya.
Menurutnya, hama gudang dapat berkembang cepat. Bahkan serangan hama dapat dimulai jauh sebelum komoditas pangan disimpan di gudang, serta ikut terbawa komoditas pangan dari luar. Hama juga cepat menyebar, menguasai dan beradaptasi dengan lingkungan.
Sementara itu peneliti Seameo Biotrop, Sri Widayanti mengingatkan, keberadaan hama gudang bisa dimulai dari lapangan, terutama menjelang panen. Dari hasil penelitian pada komoditas sorgum, infestasi hama terjadi sejak di lapangan (tahapan pra panen) yakni 10 hari sebelum panen.
Faktor lain adalah sisa bahan simpanan sebelumnya yang ada dalam gudang dan terbawa dalam sistem transportasi. “Hama gudang juga bisa terjadi karena serangga aktif terbang yang masuk ke gudang, karena tertarik dengan lampu,” tambah Wiwied sapaan akrab Manager Science Innovation and Technology Departemen Seameo Biotrop.
Menurutnya, patut diwaspadai juga karena hama yang menyerang komoditas tersebut sudah berdiam di dalam gudang. Hal tersebut, karena hama mendapatkan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup dan berkembang biak di dalam gudang. Misalnya, ada tempat berlindung dan makanan hama. Apalagi hama gudang mampu beradaptasi dengan suplai air, sehingga tidak terlalu membutuhkan air.
“Kondisi tersebut menyebabkan hama berkembang dengan baik dan akan ada terus menerus. Ini karena sumber makanan banyak berada di gudang,” katanya. Serangan hama gudang lanjut Wiwied, dapat menyebabkan susut kuantitas dan susut kualitas (komoditas patah hingga menjadi bubuk). Kadang juga menyebabkan perubahan warna komoditas dan bau tengik.
Teknik Pengendalian
Bagaimana mengendalikannya? Menurutnya, teknik pengendalian hama bisa dengan penerapan tekniki pengelolaan hama di gudang secara terpadu (PHGT). Komponen PHGT yakni pencegahan yang paling utama (75 persen), inspeksi dan monitoring (20 persen) dan pengendalian 5 persen.
Pencegahan melalui kebersihan dan kesehatan komoditas yang disimpan, kebersihan gudang penyimpanan, penghilangan tempat-tempat yang menjadi sumber atau sarang hama dan penggunaan penghalang fisik, sehingga komoditas tidak mudah diinfestasi hama. ”Dengan mengenal hama gudang dan mengetahui cara pencegahannya, Wiwied berharap, mutu komoditas pertanian dapat terjaga dan masa simpan bisa lebih lama.
Sementara itu, Technical dan Marketing BASF Indonesia, Murdiyanto mengatakan, jika produksi melimpah dan tidak dijaga dalam penyimpanan, maka akan menurunkan mutu produksi. Karena itu, hama gudang harus diwaspadai sedini mungkin, karena dapat berkembang biak dengan cepat. “Kami menyediakan insektisida untuk mencegah hama gudang yakni Fendona,” katanya.
Ada beberapa kelebihan produk tersebut. Pertama, ungkap Murdiyanto, tidak menyebabkan perubahan warna dan tidak meninggalkan bau pada komoditas yang disinpan. Kedua, produk tersebut dapat digunakan secara luas di perumahan, gudang bahan makanan, kandang hewan, tempat komersial dan bangunan umum seperti rumah sakit, hotel dan restouran.
“Dengan bahan aktif mikrokristalin padat pada suhu kamar akan mudah menyerap pada permukaan seperti bata dan semen. Bahkan memberikan aktivitas residual hingga 3 bulan. Artinya minimal kita menyemprotkan 3 bulan sekali,” tambah Murdiyanto.
Selain itu, Fendona sangat mudah larut dalam air dengan potensi kelaruran rendah yakni 0,01 mg/liter. Dengan demikian, produk tersebut dapat disemprotkan langsung pada permukaan karung, lantai, dinding dan gudang secara bersamaan. “Saya sarankan jangan menyemprotkan ke makanan langsung,” ujarnya.
Bagi Sahabat Sinar Tani, jika ingin mendapatkan materi dan e sertifikat bisa mengunduh link di bawah ini.
Link Materi: Klik Disini !!!
Link E Sertifikat : Klik Disini
Link SINTA TV :