Mentan SYL di tengah lahan kedelai | Sumber Foto:Humas Kementan
TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Kementerian Pertanian akan menggenjot produksi kedelai dalam negeri menyusul instruksi Presiden Joko Widodo. Sebagai insentif petani, Pemerintah akan membeli kedelai dengan harga minimal Rp 10.000/kg.
“Sesuai perintah Presiden Joko Widodo, kedelai akan kita tanam sebanyak-banyaknya dan akan pemerintah beli dengan harga Rp 10 ribu/kg. Selama ini harga kedelai petani hanya Rp 4.500/kg,” kata Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) di sela-sela peresmian Asrama Mahasiswa PEPI di Serpong, Senin (19/9).
Di kesempatan terpisah, SYL juga memastikan pelaksanaan penanaman kedelai akan dilakukan dalam waktu dekat. Kementan bersama kementerian dan lembaga lain akan berkrja keras dalam memenuhi kebutuhan masyarakat selama beberapa tahun ke depan.
"Tadi Bapak Presiden minta agar neraca kebutuhannya betul-betul dijaga. Bahkan saya diperintahkan untuk terus melakukan penanaman Khusus kedelai, sekarang ini lagi dipersiapkan kurang lebih 351 ribu ha dan yang ditanam baru 67 ribu ha. Oktober ini akan mulai tanam," ujar SYL.
SYL mengatakan, meskipun penghitungan saat ini masih menggunakan data impor, namun ketersediaan kedelai akan terus dipersiapkan. Bahkan diwaktu panen nanti, SYL mendorong badan-badan usaha milik BUMN untuk melakukan pembelian dengan harga yang menguntungkan petani. Sedangkan pedagang tetap memiliki keuntungan.
"Kita mengharapkan BUMN dapat membeli semua produksi yang ada sehingga negara betul-betul bisa menjamin tidak membiarkan begitu saja harga yang ada. Kedua sistem logistik dan transportasi harus terus dikawal sehingga stabilisasi harganya bisa dikendalikan dengan maksimal," katanya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Presiden menginginkan agar kedelai tidak 100 persen tergantung impor. Apalagi dari hampir seluruh kebutuhan yang kedelai sebanyak 2,4 juta ton produksi nasionalnya kini mengalami penurunan terus.
Untuk itu, Presiden Jokowi memberikan sejumlah arahan antara lain agar jajarannya bisa menentukan harga kedelai agar petani tidak dirugikan. Terkait hal tersebut, Presiden meminta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk membeli dari petani dengan harga yang telah ditentukan.
"Jadi untuk itu, untuk mencapai harga itu nanti ada penugasan dari BUMN agar petani bisa memproduksi. Itu diharga Rp10.000 (per kilogram)," katanya.
Persoalan harga yang kurang menarik bagi petani ini juga yang menjadi salah satu penyebab petani enggan menanam kedelai dalam beberapa waktu terakhir. Menurut Airlangga, petani tidak bisa menanam kedelai jika harganya di bawah Rp10.000/kg karena kalah dengan harga impor dari Amerika Serikat yang hanya Rp7.700 atau bahkan lebih murah.
"Jadi kita di 2018 misalnya produksinya di 700 ribu ha, Sekarang hanya 150 ribu ha. Jadi kalau petani disuruh milih tanam jagung atau kedelai, ya mereka larinya ke jagung semua. Nah sekarang kita kan ingin semua ada mix, tidak hanya jagung saja tetapi kedelainya juga bisa naik," jelasnya.
Arahan kedua, Presiden mendorong agar petani menggunakan bibit unggul yang telah direkayasa secara genetik atau genetically modified organism (GMO). Dengan menggunakan bibit tersebut, diharapkan produksi kedelai bisa melonjak beberapa kali lipat.
"Dengan menggunakan GMO itu produksi per hektarnya itu bisa naik dari yang sekarang sekitar 1,6-2 ton per hektar, itu bisa menjadi 3,5-4 ton per hektar," lanjutnya.
Langkah berikutnya, pemerintah menyiapkan anggaran untuk perluasan lahan tanam kedelai dari yang sekarang sekitar 150 ribu ha menjadi 300 ribu ha, dan menjadi 600 ribu ha pada tahun depan. Pemerintah berupaya mengejar target penanaman 1 juta ha dalam beberapa tahun ke depan.