Petani tanam padi
TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Petani saat ini bersiap kembali untuk turun ke sawah menyambut musim tanam. Namun perubahan iklim yang kini terjadi, petani harus bisa menyiasati agar tak gagal panen. Pasalnya, suhu yang terlalu panas dan berkurangnya ketersediaan air akan menghambat produktivitas pertanian.
Untuk itu, diperlukan teknologi budidaya padi yang adaptif perubahan iklim sebagai upaya meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani. Salah satunya dengan menggunakan benih unggul yang tahan terhadap cekaman iklim.
Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Yudi Sastro mengatakan, gejala perubahan iklim dapat terlihat dengan peningkatan suhu udara. Terkait penerapan teknologi adaptasi dan mitigasi dapat dilakukan dengan memperbaiki teknik pengairan dan drainase, pembuatan embung, sumur resapan, serta pengaturan pola tanam.
Dalam penggunaan benih, Yudi mengatakan, petani bisa menanam varietas yang adaptif terhadap suhu tinggi. Pihaknya telah menyiapkan inovasi teknologi perakitan varietas padi super genjah atau berumur tanam pendek dengan produktivitas tinggi. Salah satu varietas yang disiapkan adalah padi hibrida varietas unggul Respati.
“Varietas tersebut, mempunyai potensi hasil tinggi yang mencapai 9,7 ton/ha dan rata-rata hasil 7,5 ton/ha di sejumlah lokasi pengujian. Varietas ini menjadi pilihan tersendiri bagi petani yang membutuhkan varietas umur padi genjah produksi tinggi,” katanya.
Estria Fury Pramudyawardani, Pemulia Padi yang juga Manager UPBS BB Padi mengatakan, dalam upaya peningkatan produktivitas menghadapi perubahan iklim, pihaknya sudah mengeluarkan banyak inovasi dan teknologi. Diantaranya Varietas Unggul Baru (VUB), padi hibrida, teknik budidaya, Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu (PHT) dan teknologi lainnya yang terintegrasi dalam sistem Pengelolaan Tanaman Padi secara Terpadu (PTT).
“BB Padi juga telah menghasilkan teknologi dan melepas banyak varietas unggul padi adaptif serta memiliki mutu gabah dan beras yang tinggi. Selain itu BB Padi juga telah menghasilkan teknologi padi spesifik lokasi yang dapat digunakan dalam program peningkatan produktivitas di lahan marginal,” tuturnya.
Baca juga: Masuki Musim Tanam Siaga Fenomena Iklim
Untuk ketersediaan benih yang tangguh terhadap cekaman iklim, Estria mengatakan, pihaknya menyediakan benih untuk diperbanyak penangkar benih. Nantinya, penangkar benih memperbanyak kelas-kelas benih, sehingga bisa langsung digunakan petani untuk menghasilkan beras konsumsi. “Saat ini benih padi yang populer, karena banyak diminati penangkar dan petani adalah Inpari 32, sedangkan varietas Mekongga dan Ciherang sudah mulai turun,” katanya.
Untuk varietas unggul padi berumur sangat genjah, Estria mengatakan, BB Padi telah melepas varietas Cakrabuana, Padjadjaran, Inpari Sidenuk, Inpari 19, Inpari 13, dan M70D. Sementara rekomendasi VUB Padi berumur genjah, antara lain Inpari 32 Agritan, Inpari 33 Agritan, Inpari 42 Agritan, Inpari 43 Agritan, Inpari IR Nutri Zinc, Mantap, IPB3S, Jeliteng, Inpari 24 Gabusan, Hipa 18, dan Hipa 21.
Sementara itu, Idrus Hasmi, Agronomis, Sub Koordinator Pendayagunaan Hasil Penelitian, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi menjelaskan, hal terpenting dalam teknologi budidaya padi, apalagi saat perubahan iklim adalah penggunaan VUB. Beberapa pilihan VUB padi yang adaptif perubahan iklim cukup banyak.
Untuk umur sangat genjah (100-105 HSS) seperti Inpari 1, 11, 12, 13, 18, 19, 20, Cakrabuana, Padjajaran. Karakteristik yang toleran kekeringan seperti Padi Gogo, Inpari 1, 10, 11, 12, 13. Toleran rendaman/banjir seperti Inpara (4 dan 5), Inpari 30 (Ciherang-sub1), Inpari 29.
Sedangkan yang toleran salinitas yaitu Inpari 34 Salin Agritan, Inpari 35 Salin Agritan, Inpari Unsoed 79 Agritan, Margasari, Dendang, Lambur, Martapura, Batanghari, Indragiri, Air Tenggulang, dan Banyuasin. Untuk ketahanan terhadap wereng coklat, hawar daun bakteri, dan tungro terdapat pada beberapa VUB Inpari.
“Varietas unggul mempunyai potensi hasil tinggi bila disesuaikan dengan teknik budidaya, serta adaptif kondisi lingkungan setempat. Sedangkan benih bermutu mempunyai tingkat kemurnian dan vigor yang tinggi, sehat, tidak terkontaminasi hama dan penyakit, serta dianjurkan bersertifikat,” kata Idrus.