Senin, 04 Desember 2023


Strategi Kecukupan Pangan Hadapi Hajatan Politik

18 Nov 2023, 18:39 WIBEditor : Yulianto

Pemerintah siapkan strategi khusus penuhi kebutuhan beras | Sumber Foto:Dok. Sinta

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Menghadapi hajatan politik tahun 2024, pemerintah tak mau mengambil resiko dalam urusan ketersediaan pangan. Apalagi kondisi iklim kian sulit ditebak. Seperti tahun ini, fenomena El Nino berdampak pada kekeringan yang berkepanjangan, sehingga mengganggu produksi pangan.

Berdasarakan informasi BMKG dan beberapa Pusat Iklim Dunia memprediksi El-Nino terus bertahan pada level moderat hingga periode Desember 2023 hingga Februari 2024. Bahkan musim tanam yang selama ini dimulai Oktober bakal mundur. Kondisi itu juga akan berimbas pada masa panen tahun depan.

Direktur Irigasi Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, Rahmanto mengatakan, El Nino tahun ini sejatinya tidak begitu signifikan. Namun akibat kekeringan panjang berdampak waktu tanam padi menjadi mundur.

”Jika biasanya musim tanam Oktober, karena belum hujan tanam mejadi mundur. Kalau tanam mundur berdampak pada panen tahun depan. Ini yang dikhawatirkan tahun depan, Januari, Februari mengalami penurunan produksi. Tapi tahun ini dampaknya tidak signifikan,” katanya saat Diskusi Forum Wartawan Pertanian di Jakarta, Selasa (31/10).

Mengutip data BPS, Rahmanto mengatakan, luas panen ekisisting  10,45 juta ha dengan produksi 54,74 juta ton gabah keringi giling (GKG) atau 31,75 ton beras dengan produktivitas 5,2 ton/ha. Kementerian telah menargetkan produksi sebanyak 35 juta ton beras atau produksi gabah 54,74 juta ton. “Artinya ada penambahan produksi sebanyak 3,2 juta ton beras tahun depan,” katanya.

Sementara data KSA Padi BPS, per 20 Oktober 2023 dari hasil penghitungan surplus/defisit produksi beras terdapat luas panen 10,19 juta hektar (ha), produksi padi 53,63 juta ton gabah kering giling (GKG) dengan produksi beras 30,90 juta ton. Dengan konsumsi beras 30,62 juta ton terdapat surplus beras sebanyak 280 ribu ton.

Dua Strategi Utama

Dalam rangka meningkatkan produksi beras nasional, Kementerian Pertanian memasang strategi. Setidaknya ada dua strategi yaitu meningkatkan indeks pertanaman (IP) padi dan perluasan areal tanam. Saat ini  IP lahan sawan irigasi rata-rata baru 1,68. Artinya belum sampai IP 2, kecuali lahan sawah di Bekasi, Karawang dan Indramayu.

”Kalau kita tingkatkan IP jadi 1,92 atau penambahan luas tanam 1.076.125 ha akan menyumbang produksi sebanyak 3,2 juta ton. Jadi target peningkatan produksi bisa dengan mudah tercapai,” ujarnya. Strategi yang pemerintah siapkan adalah perbaikan irigasi, pembangunan infrastruktur irigasi lainnya di lokasi yang kekurangan air irigasi seperti embung, long storage, perpompaan dan air tanah, serta menerapkan pertanian hemat air.

Sedangkan untuk sawah non irigasi yang luasnya mencapai 3 juta ha, saat ini rata-rata IP-nya hanya 1. Jika bisa dinaikkan IP menjadi 1,3, maka akan meningakaan luas tanam menjadi 900 ribu ha atau luas panen 858.711 ha dengan tambahan produksi sebanyak 1,34 juta ton beras. Upaya yang dilakukan diantaranya, pengembangan irigasi air tanah, pembangunan waduk, bendungan dan embung.

Langkah lain  menurut Rahmanto adalah optimalisasi lahan rawa 1 juta ha. Dari lahan tersebut ada potensi penambahan produksi sebanyak 3,1 juta ton. Selain itu optimalisasi lahan tadah hujan seperti lahan perkebunan, Perhutani dan tegalan masyarakat yang luasnya mencapai 7,6  juta ha. “Jika bisa dioptimalkan 1 juta ha, maka akan menyumbang 2,9 juta ton. Karena itu harus dioptimalisasi dengan pemanfaatan air tanah,” ungkapnya.

Untuk memenuhi kebutuhan pangan, khususnya beras, Kementan percepat tanam di waktu tersisa. Seperti apa, baca halaman selanjutnya.

 

Reporter : Indri
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018