Selasa, 10 Desember 2024


Menjaga Inflasi Pangan Jelang Lebaran

28 Mar 2024, 10:50 WIBEditor : Yulianto

Menjelang Lebaran, harga beragai komoditas cenerung bergerak naik. | Sumber Foto:Dok. Sinta

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta--Puasa dan Lebaran menjadi momen penting bagi umat Islam. Sayangnya, saat menyambut bulan suci dan hari kemenangan, justru masyarakat kerap terusik kenaikkan harga pangan. Bagi pemerintah gejolak harga pangan tersebut juga menjadi sebuah kekhawatiran tersendiri karena akan mendorong inflasi dan menggoyang perekonomian.

Bukan rahasia lagi, setiap menyambut Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) seperti Lebaran, harga produk pangan cenderung naik. Seperti terjadi tahun ini, masyarakat sudah dihadapkan kenaikkan beberapa harga produk pangan, seperti beras, cabai, bawang merah dan telur sejak awal tahun. Bahkan kenaikkan harga beras terbilang paling fenomenal.

Kenaikkan harga pangan tersebut berdasarkan catatan Badan Pusat Statistika (BPS) telah mengerek inflasi. Inflasi Februari 2024 relatif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year). Komoditas penyebab inflasi adalah beras, cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras, dan minyak goreng.  “Inflasi yang terjadi pada Februari tahun ini lebih tinggi dibandingkan Februari tahun-tahun sebelumnya,” kata Plt. Kepala Badan Pusat Statistik, Amalia Adininggar Widyasanti.

Menurutnya, beras memberikan andil inflasi paling besar yaitu 0,21 persen. Jika melihat data yang ada, maka pada Februari tahun lalu beras juga menjadi penyumbang inflasi. Berbeda dengan telur ayam ras, daging ayam ras dan minyak goreng, pada tahun lalu tidak memberikan andil inflasi.

Perlu kita catat, jika tahun lalu beberapa komoditas pangan tidak mempunyai andil dalam inflasi, tahun ini pada Februari ikut menjadi penyumbang inflasi, seperti telur dan daging ayam ras,” katanya.

Berdasarkan historis menurut Amalia, tekanan inflasi terjadi saat Ramadhan dan puncak inflasi pada Hari Idul Fitri dan akhir tahun akibat kenaikan permintaan. Tahun 2022, inflasi mulai terjadi pada awal Ramdhan. Begitu juga tahun 2023, tekanan inflasi  puncaknya pada Hari Raya Idul Fitri. “Karena itu tahun ini, harus kita antisipasi pada akhir Maret dan awal April agar tekanan inflasi tidak terlalu besar,” ujarnya.

Komoditas pendorong inflasi saat Ramadhan dan Idul Fitri didominasi volatile food dan satu administered prices yakni transportasi. Misalnya April 2023, kenaikan tarif angkutan udara dan darat menjadi penyumbang inflasi terbesar saat Hari Raya Idul Fitri, sedangkan andil inflasi terbesar dari volatile food adalah telur dan daging ayam ras, serta daging sapi.  “Untuk menjaga inflasi, salah satu caranya dengan memastikan ketersediaan stok pangan dan kelancaran distribusi,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi mengingatkan, kenaikan permintaan bahan pangan di momentum Puasa harus diwaspadai agar tidak berdampak pada lonjakan inflasi.

Saat ini, inflasi merupakan salah satu tantangan tidak hanya bagi Indonesia, tapi dialami semua negara di dunia. BPS mencatat Inflasi nasional pada Februari 2024 sebesar 2,75 persen (year on year), dengan kontribusi terbesar dari beras sebesar 0,67 persen.

Bagaiman strategi mengendalikan harga pangan? Baca halaman selanjutnya.

 

Reporter : Julian
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018