TABLOIDSINARTANI. COM, Grobogan--- Kementerian Pertanian terus mendorong percepatan tanam dan antisipasi serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Salah satunya berlangsung di Grobogan, Jawa Tengah.
Saat kunjungan ke kabupaten tersebut, Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi memberikan sosialisasi tentang langkah antisipatif yang harus dilakukan petani dalam mengantisipasi serangan OPT. Selain itu meminta kerja sama petani agar stabilisasi harga beras dapat diwujudkan, sehingga petani pun tidak dirugikan.
Jika harga gabah/beras di pasaran anjlok di bawah ketetapan pemerintah, Dirjen Suwandi juga mengajak petani untuk menjualnya ke Bulog. Hal itu demi kepentingan petani untuk mendapatkan harga yang lebih layak.
"Jadi tolong kalau ada harga jatuh sampai Rp 4.800 - 5.500/kg, tolong ke Bulog saja. Harganya 6.000/kg," katanya.
Pada kegiatan itu, Dirjen Suwandi juga berkesempatan untuk mengunjungi langsung lahan pertanian dari salah satu kelompok tani. Bahkan ia mengapresiasi para petani setempat yang semangat menaikkan IP hingga 400.
"Ini luar biasa kelompok tani luas lahannya 15 hektar dan sudah menanamkan prinsip-prinsip bertani yang baik, IP 300, produktivitas sekitar 6,8 ton/ha dan kelompok tani semangat buat mengejar IP 400," ujarnya.
IP 400 menurut Suwandi, dapat dilaksanakan sesuai arahan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman yaitu percepatan tanam. Untuk mengejar IP 400 dapat dilakukan dengan berbagai upaya. Diantaranya, dengan solusi air untuk memperpendek jarak antara masa panen dan tanam, aspek mekanisasi percepatan olah tanah dan panen.
"Saya ingin kegiatan ini berlaku untuk desa-desa di kecamatan lain se-Kabupaten Grobogan," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Dirjen Suwandi juga meninjau langsung masalah-masalah yang dihadapi oleh kelompok tani. Misalnya, Kelompok Tani Mudi Rezeki dengan luas lahan 215 hektar, mereka mengalami kendala atau masalah gagal panen, banjir musiman, serta hama seperti tikus. "Hama lain yang jadi kendala yang dialami para petani di sini adalah penggerek batang. Kita akan segera bantu dan koordinasi untuk penanganannya,” kata Suwandi.
Di Kabupaten Grobogan, Kecamatan Tegowanu, Desa Mangunsari sendiri luas sawah mencapai 4.093 hektar dan umumnya petani menanam varietas Inpari 32 dengan produktivitas 6,5 ton/ha. Dalam setahun petani menanam dua kali (IP 200). Sedangkan harga gabah petani Rp 6.500/kg dan biaya produksi usaha tani mencapai Rp15 juta.
“Kendala yang dialami para petani di sini adalah penggerek batang. Kita akan segera bantu dan koordinasi untuk penangannannya,” kata Suwandi.
Selama kunjungan, Dirjen Suwandi juga memberikan arahan dan pencerahan kepada kelompok tani setempat soal antisipasi OPT dan percepatan tanam.
Suwandi juga mengecek varietas padi yang akan ditanam. Ia menilai cukup bagus dan berharap agar panen bisa kembali dilakukan pada Agustus. "(Sudah dicek) bagus siap untuk ditanam sekarang sudah mulai tanam, mudah-mudahan ini akan berhasil (nanti) dipanen bulan Agustus," ucapnya.
Suwandi menyampaikan, rencananya pada Agustus akan kembali dilaksanakan panen raya di Kabupaten Semarang. Setelah sebelumnya panen raya sudah dilaksanakan pada Maret-April.
Suwandi menjelaskan, saat ini petani membutuhkan pompanisasi dan alat olah tanah. "Di sini membutuhkan air, butuh mesin-mesin alat-alat tanah, kemudian juga benih," katanya.
Ditempat yang sama Dandim Grobogan, Letkol Arh Muda Setyawan mengatakan, saat ini pihaknya tengah bertanggung jawab terhadap 45.000 ha sawah tadah hujan dan kini sudah diterima 113 brigade alsintan.
"Kami siap untuk pengawalan kepada kelompok tani, sehingga percepatan masa tanam dengan persiapan lahan siap tanam bisa dipercepat," katanya.