pompanisasi jadi alternatif saat musim kemarau
Berdasarkan prediksi BMKG, di wilayah Indonesia pada periode Juni-Agustus akan terjadi La Nina dengan peningkatan curah hujan mencapai 20-40 persen. Bahkan, beberapa wilayah dapat mengalami peningkatan curah hujan hingga lebih dari 50 persen.
Di Pulau Jawa, periode September-November, curah hujan akan diatas normal, sehingga dampak La Nina akan terasa. Bahkan berpotensi awal musim hujan 2024/2025 akan maju (waktunya).
Karena itu, Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Supari pun mengingatkan petani di Indonesia agar bersiap. Sebab, La Nina umumnya memberikan dampak berupa peningkatan curah hujan di Indonesia, terutama pada periode musim kemarau.
"Kondisi ini perlu diantisipasi petani, terutama untuk komoditas pertanian yang sensitif terhadap curah hujan seperti tanaman hortikultura," ujarnya.
Apalagi, menurutnya, terdapat kajian yang menunjukkan bahwa terdapat potensi meningkatnya gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada akhir musim kemarau di tahun La Nina yang perlu diantisipasi petani.
Ada beberapa rekomendasi BMKG untuk petani. Pertama, agar mengatur pola tanam sesuai dengan ketersediaan air berdasarkan potensi sifat hujan di atas normal pada kuartal kedua Tahun 2024.
Kedua, petani agar melakukan pemilihan komoditas dan varietas sesuai dengan prediksi iklim. Ketiga, melakukan tindakan adaptasi yang lebih fokus dan tepat lokasi. Untuk wilayah terprediksi kering dapat menyediakan air melalui sumur pompa, dam parit dan lain sebagainya. Sedangkan pada daerah basah agar menyiapkan sistem drainase yang baik. “Perlu dilakukan upaya menekan kehilangan hasil akibat kekeringan atau serangan OPT,” katanya.
Sementara itu, Peneliti Ahli Utama BRIN, Aris Pramudia saat webinar Webinar Pompanisasi, Amankan Musim Kemarau di Jakarta, beberapa waktu lalu mengatakan, kondisi La Nina di musim kemarau bisa berdampak positif maupun negatif. Positifnya ada peluang peningkatan area tanam dan produksi, namun ada konsekwensi lain yaitu berkembangnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
Berdasarkan data historis bila terjadi La Nina akan ada peningkatan OPT. Seperti tahun 1998-1999 salah satu OPT yang meningkatan cukup signifikan pada saat La Nina adalah Wereng Batang Cokelat (WBC). Begitu juga di tahun 2010-2011 dam pada tahun 2017 yang lalu, serangan WBC meningkat.
“Kapan ketika La Nina peningkatan OPT terjadi? Kalau dilihat dari grafik dan terjadi di tahun 1998-1999 peningkatan WBC terjadi di akhir musim kemarau atau di musim tanam gadu. Ini yang mungkin akan kita hadapi dan kita perlu wasapada dan persiapan pengendalian OPT di akhir MK di 2024,” tuturnya.