TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta --- Lindungi tanaman dari fase pembenihan jadi solusi jitu mengendalikan hama dan patogen yang bisa menyebabkan potensi kehilangan hasil. Untuk mendukung hal tersebut, FMC mengeluarkan produk khusus untuk perlindungan benih tanaman yaitu Marshal DS.
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) memang menjadi momok menakutkan bagi para petani. Bila tidak ditangani dengan benar, maka bisa mengalami kehilangan hasil yang bisa merugikan para petani. Untuk itu perlu strategi dalam menangani hama dan penyakit tanaman.
Guru Besar IPB University, Prof. Dr. Ir. Dadang, Msc, mengatakan, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan petani dalam menangani OPT. Pertama, strategi pre-emptif yakni tindakan pengendalian yang didasarkan pada informasi keadaan serangan hama musim sebelumnya, serta perkiraan yang dapat terjadi.
Kedua, strategi responsif merupakan tindakan pengendalian yang didasarkan pada status hama pada musim yang sedang berlangsung. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap manfaat yang dapat diperoleh dari tindakan pengendalian yang dilakukan.
Menurut Dadang, ada beberapa tindakan pencegahan dalam perlindungan tanaman seperti pengolahan lahan, kultur teknis, pemupukan dan pengamatan. Selain itu, penggunaan pestisida sintetik dalam tindakan pencegahan, mulai dari perlakukan benih yang sangat penting bagi daerah endemik.
Dikatakan, penggunaan pestisida dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT) diperbolehkan. Namun, pestisida dalam PHT merupakan alternatif terakhir. ”Jadi bila cara lain sudah tidak mampu, maka pestisida bisa digunakan untuk melakukan penurunan atau pengurangan resiko kerusakan yang disebabkan oleh OPT,” katanya.
Langkah perlakuan benih/seed treatment menurut Dadang, menjadi hal penting yang bisa dilakukan petani untuk pencegahan OPT. Ketika ada serangan hama yang menyebabkan benih tidak tumbuh 15% saja, potensi kehilangan hasil yang bisa dialami petani mencapai Rp 3,6 juta per ha untuk padi, dan Rp 2,6 juta per ha untuk jagung.
Bahan Aktif Karbosulfan
Untuk mencegah OPT pada langkah perlakukan benih bisa dilakukan dengan menggunakan produk berbahan aktif karbosulfan. Berbicara karbosulfan, FMC memiliki produk unggulan Marshal DS. Produk tersebut merupakan salah satu komitmen FMC untuk membantu petani dengan menyediakan produk berbahan aktif terbaru serta mendukung keberlangsungan pertanian di Indonesia.
“Kami siap membantu petani dengan menyediakan produk yang inovatif berkualitas, terbukti aman dan efektif serta terdaftar di Kementerian Pertanian,” ungkap Regulatory Manager FMC Indonesia, Shierly Margono.
Sementara itu Senior Brand Manager FMC Indonesia, Agus Suryanto mengatakan, bahwa Marshal sudah lebih dari 40 tahun menjadi partner setia bagi petani dalam pengendalian OPT. Hal itu membuktikan produk tersebut mempunyai kualitas yang sangat baik. “Ini bukti, apabila tidak digunakan bijaksana dan tidak memiliki kualitas bagus tentu tidak mungkin Marshal menjadi pilihan petani selama ini,” ujarnya.
Agus mengungkapkan, hingga kini jutaan petani sudah menggunakan produk tersebut. Bahkan telah melindungi lebih dari 400 ton benih dilindungi setiap tahunnya. Bahkan, setiap tahun juga tidak kurang 250 ribu ha mengandalkan Marshal untuk melindungi tanaman dari serangan OPT.
Produk Marshal Granul juga banyak digunakan petani kelapa sawit karena bisa mengendalikan kumbang tanduk. Lebih dari 1,2 juta ha lahan sawit per tahun menggunakan produk ini. “Ini bukti bahwa Marshal diterima dan bisa mensupport untuk pertanian berkelanjutan di Indonesia,” katanya.
Agus menjelaskan, ada beberapa keunggulan yang dimiliki Marshal, sehingga dipercaya petani selama lebih dari 40 tahun untuk melindungi tanaman. Pertama, memiliki sifat sistemik yang cukup kuat, berspektrum cukup luas, terdaftar di banyak jenis tanaman, bagus untuk manajemen resistensi pestisida, dan merupakan bahan aktif pertama yang diproduksi FMC di seluruh dunia.
Plant Health Business Marketing Executive FMC Indonesia, Angga Aditya Ramadhan menambahkan, dengan bahan aktif karbosulfan 25%, Marshal DS yang berbentuk tepung berwarna merah muda, mudah diaplikasi/gunakan.
“Petani tidak perlu lagi khawatir harus menggunakan campuran air karena dengan perlakuan kering saja Marshal DS sudah terbukti dapat menghomogenkan bahan aktif di seluruh bibit, tentu saja dosis yang digunakan harus sesuai dengan anjuran yang sudah ditentukan di label,” tuturnya.
Bukan hanya itu, benih yang sudah di treatmen dengan Marshal akan tumbuh dengan kerataan yang sama. Selain bersifat sistemik, Marshal juga memiliki sifat kontak. Dengan mekanisme, benih yang sudah terlapisi bahan aktif karbosulfan jika termakan hama yang menyerang di fase pembibitan bisa langsung mati. “Jadi hama-hama pengganggu dalam fase pembenihan bisa diantipasi dengan baik,” ujar Angga.
Kelebihan lainnya, menurut Angga, kandungan bahan aktif yang ada dalam Marshal DS bisa masuk ke seluruh jaringan tanaman, sehingga bisa melindungi pada saat-saat kritis di fase pembibitan. Hal ini membuat potensi kehilangan hasil bisa dihindari dari awal.