Singkong potensi pemanfaatannya cukup besar. Karena itu singkong bukan lagi tanaman inferior
Dengan meningkatnya produktivitas, Arifin yakin kesejahteraan pertani juga bisa terangkat. Hitungannya, jika harga singkong Rp 1.000/kg, maka pendapatan petani sudah Rp 40 juta/ha. “Jadi dengan kebutuhan pangan terus meningkat bisa kita penuhi, kesejahteraan petani juga bisa naik,” katanya.
Kunci meningkatkan produktivitas menurut Arifin yang pertama adalah bibitnya. Dari hasil penelitian sudah banyak tanaman singkong yang produktivitasnya mencapai 40 ton/ha. Kedua, pupuk akan membantu meningkatkan produktivitas tanaman.
“Tumbuhan umbi-umbian bisa besar produksinya kalau unsur haranya terpenuhi. Jadi kalau hanya dari tanah di lahan yang ada, saya kira agak sulit memperoleh produksi hingga 40 ton/ha,” katanya.
Saat ini menurut, PT. Pupuk Sriwijaya sudah memproduksi NPK yang spesial untuk tanaman singkong. Jadi ada perbedaan pupuk singkong dan pupuk tanaman padi, karena karena singkong tanaman umbi-umbian, sehingga akan berbeda unsur hara yang dibutuhkan.
“Kalau produktivitas singkong kita bisa mencapai 40 ton/ha, saya yakin industri tapioka yang kebutuhannya mencapai 5 juta ton bisa kita supply,” harapnya.
Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Suwandi mengatakan, meski secara nasional rata-rata produksi singkong sekitar 25-28 ton/ha. Namun di beberapa lokasi atau petani bisa mencapai produktivitas 40-60 ton/ha. Bahkan potensi singkong bisa mencapai 90-120 ton/ha. “Namun, dengan catatan menjalankan SOP yang baik,” katanya.
Manfaat Kesehatan
Singkong merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mengandung banyak manfaat untuk kesehatan. Mulai dari penambah energi, merupakan sumber serat dan karbohidrat, juga mengandung anti oksidan tinggi sehingga bagus untuk kesehatan dan menurunkan hormon tiroid. “Kandungan dalam singkong atau ubi kayu ini antara lain kalori, karbohodrat, kalium, kalsium, vitamin tentunya protein dan zat besai juga ada,” ungkapnya.
Selain mengenyangkan, sebenarnya singkong sebagai sumber karbohidrat lebih menyehatkan dibanding beras dan kentang. Indeks Glikemik (IG) singkong sebesar 55 jauh lebih rendah dibandingkan beras di angka 73 dan kentang di 78.
IG adalah angka yang menunjukkan potensi peningkatan gula darah dari karbohidrat yang terdapat pada pangan yang dikonsumsi manusia. Hal ini akan memiliki efek pada peningkatan terhadap kadar glukosa dalam darah. Singkat kata, singkong lebih aman dikonsumsi bagi penderita penyakit diabetes.
Dengan potensi besar tersebut, singkong yang selama ini dianggap sebagai pangan inferior akan menjadi pangan yang superior.