Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Informasi Publik Kementan, M. Arief Cahyono, saat Forum Tematik Bakohumas dengan tema “Akselerasi Produksi Menghadapi Ancaman Krisis Pangan” di Purwakarta, Selasa, (30/7).
TABLOIDSINARTANI.COM, Purwakarta---Ancaman krisis pangan global kini dihadapai negara-negara di dunia, tak terkecuali dengan Indonesia. Guna menghadapi ancaman tersebutm Kementerian Pertanian telah mengambil berbagai langkah untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi pangan.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Informasi Publik Kementan, M. Arief Cahyono, mengungkapkan bahwa saat ini Kementan sedang berkerja keras untuk meningkatkan produksi beras untuk mencapai swasembada.
“Saat ini kami semua turun ke lapangan. Semua pejabat yang ada di Kementerian Pertanian, staf-staf di Kementerian Pertanian yang sedang turun ke lapangan. Kita lagi berfokus untuk bisa meningkatkan produksi pangan," kata Arief saat Forum Tematik Bakohumas dengan tema “Akselerasi Produksi Menghadapi Ancaman Krisis Pangan” di Purwakarta, Selasa, (30/7).
Data terbaru dari World Food Programme (WFP), ancaman kelaparan tengah mengancam 345 juta orang di seluruh dunia, khususnya di Kongo, Afghanistan, Yaman, Sri Lanka, dan lainnya. Untuk menghadapi ancaman kelaparan global, Kementerian Pertanian melakukan berbagai langkah strategis.
Diantaranya, percepatan program Perluasan Areal Tanam (PAT), mengembalikan alokasi pupuk bersubsidi menjadi 9,55 juta ton, optimalisasi program pompanisasi (62.378 unit pompa air dan 9.904 irigasi perpompaan ). Selain itu, optimasi lahan rawa (360.000 ha), dan tumpangsari padi gogo pada tanaman kelapa sawit (300 ribu ha) serta memberikan bantuan benih padi sebanyak 1,9 juta hadan benih jagung sebanyak 790 ribu ha.
"Upaya pompanisasi yang kita lakukan saat ini di seluruh Indonesia itu untuk mengejar ketersediaan air, mengairi sawah-sawah kita yang mungkin dulu hanya tanamnya hanya satu kali. Karena ketersediaan air, kita sekarang kita kasih pompa sehingga dia bisa tanam dua kali hingga tiga kali," kata Arief.
Untuk melanjutkan kinerja di tahun berikutnya, ada beberapa program strategis Kementerian Pertanian yang akan dilaksanakan pada tahun 2025. Diantaranya, optimasi lahan rawa, pompanisasi lahan tadah hujan, cetak sawah swakelola, pertanian modern, dukungan program makan bergizi, penguatan penyuluh pertanian, dan hilirisasi komoditas pertanian.
Menteri Pertanian, kata Arief, sangat berharap kita bisa terus menyampaikan kepada publik bahwa kerja-kerja nyata yang sedang dikerjakan Kementerian Pertanian. Sekarang Indonesia sudah bisa surplus 700 ribu ton beras dari berbagai upaya yang sudah dilakukan.
"Harapannya produksi kita ke depan akan cukup, tidak ada lagi impor dan kita bisa mencukupi semuanya dari dalam negeri sehingga kita bisa juga melakukan ekspor kelak. Itu adalah cita-cita yang sedang dikerjakan oleh Kementerian Pertanian," tambahnya lagi.
Direktur Pengelolaan Media Kominfo, Nursodik Gunarjo mengatakan, Kementan memiliki tugas yang sangat berat mengingat Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia. Indonesia sebagai negara agraris dengan populasi yang lebih dari 270 juta jiwa tentunya menghadapi tantangan tersendiri, termasuk dalam memastikan ketersediaan dan akses pangan yang memadai bagi seluruh masyarakatnya.
“Meskipun di sisi lain, kita juga memiliki potensi yang sangat besar untuk jadi negara yang mandiri dalam produksi makanan," kata Nursodik. Mengingat ketahanan pangan termasuk ketahanan negara, pemerintah harus memastikan semua masyarakatnya atau rakyatnya terjamin ketersediaan pangan.
Nursodik meyakini program Gerakan Akselerasi Peningkatan Produksi Pangan yang dilakukan Kementan yang kini sedang berjalan dan terus dikembangkan bisa menjadi kunci keberhasilan Indonesia untuk mengubah ketergantungan impor menjadi negara pengekspor.
"Tidak kalah penting yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan ini adalah pentingnya sinergitas seluruh unsur pemerintah, terutama humas K/L agar proses diseminasi informasi melalui kanal informasi yang dimiliki oleh setiap instansi bekerja optimal," tutup Nursodik.