TABLOIDSINARTANI.COM, Pulau Semau, NTT – PJ Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Andriko Noto Susanto, menyerukan pentingnya gerakan konsumsi pangan lokal sebagai langkah strategis mewujudkan kemandirian pangan nasional. Hal tersebut diungkapkan dalam kegaitan Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal yang dilaksanakan, Jumat (29?11) di Pulau Semua, Nusa Tenggara Timur.
Dalam acara yang melibatkan lebih dari 1.000 anak dari PAUD, SD, SMP, hingga Sekolah Luar Biasa (SLB) ini, Andriko juga menyampaikan bahwa NTT memiliki sumber daya melimpah untuk mendukung ketahanan pangan tanpa harus bergantung pada impor.
“Kita memiliki semua sumber daya yang dibutuhkan untuk mandiri dalam pangan. Salah satu langkah utamanya adalah dengan menggerakkan pangan lokal kita,” ungkap Andriko dalam pidatonya.
Fokus acara ini adalah anak-anak, yang merupakan pelaku utama menuju Generasi Emas 2045. “Mereka adalah masa depan kita. Untuk itu, kita harus mengurus mereka dengan baik sejak dini,” katanya.
Andriko mengaku semula acara tersebut direncanakan berlangsung pada 25 November 2024, bertepatan dengan Hari Guru. “Namun kareana saya harus mendampingi Menko PMK ke Flores Timur terkait bencana alam di Lewotobi, maka acara diundur, karena saya ingin datang langsung ke kegiatan ini,” ujarnya. .
Menurut Andriko, guru memiliki peran besar dalam mencerdaskan bangsa. “Generasi Emas 2045 hanya bisa terwujud jika anak-anak kita tumbuh sehat, cerdas, dan produktif. Di sini, peran guru sangat diharapkan,” tambahnya.
Pada kesempatan tersebut yang juga bertepatan dengan Hari Korpri ke-53, Andriko menyampaikan pesan Presiden Prabowo Subianto. Ada tujuh poin utama yang ditekankan Presiden, yakni Perkuat solidaritas dan kerja sama antar pemangku kepentingan untuk mendukung diversifikasi pangan berbasis lokal.
Dorong inovasi dan efisiensi, Pangan lokal seperti sorgum perlu dikembangkan agar lebih menarik bagi generasi muda. Perkuat integritas dan disiplin dalam bekerja membangun Indonesia.
Selain itu Presiden juga meminta pastikan akses pangan sehat, Dimana kenyang tidak harus nasi; pangan lokal seperti jagung, sorgum, atau sukun bisa menjadi alternatif yang sehat. Dukung ketahanan energi, termasuk energi terbarukan.
Turunkan kemiskinan, NTT masih menghadapi tantangan kemiskinan, dan inovasi pangan lokal dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kinerja UMKM. Jaga netralitas dan loyalitas kepada bangsa.
“Pesan Presiden ini sangat relevan dengan apa yang kita lakukan di NTT. Semua upaya ini berakar pada semangat memanfaatkan kekayaan lokal demi masa depan yang lebih baik,” jelas Andriko.
Dalam acara ini, Andriko juga memperkenalkan konsep B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman). “Pola makan sehat harus mencakup piring seimbang: 1/3 nasi, 1/3 sayur, 1/6 lauk, dan 1/6 buah. Nasi saja tidak cukup, kita butuh sayur dan buah untuk hidup sehat, aktif, dan produktif,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya diversifikasi pangan. “Kenyang tidak harus nasi. Kita bisa hidup sehat dengan pangan lokal seperti jagung, sorgum, dan sagu,” tambah Andriko.
Gerakan ini didukung oleh terbitnya Perpres No. 81 Tahun 2024 tentang percepatan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal. Sosialisasi pertama dimulai di NTT dengan mengundang seluruh bupati untuk bersinergi menyusun peraturan turunannya.
Andriko mengucapkan terima kasih kepada Presiden Prabowo karena telah memilih NTT sebagai salah satu provinsi utama dalam program makan bergizi gratis (MBG). Program ini mencakup 749 layanan di NTT dengan anggaran lebih dari Rp8 triliun per tahun.
“Program ini bukan hanya memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, tetapi juga memberdayakan petani, peternak, dan nelayan lokal. Ini adalah contoh nyata bagaimana negara hadir untuk rakyatnya,” jelasnya.
Dengan gerakan konsumsi pangan lokal, Andriko berharap NTT dapat menjadi bagian integral dari keberhasilan Generasi Emas 2045. “Kita ingin menciptakan generasi yang bebas stunting, cerdas, dan produktif. Ini adalah upaya kita untuk membangun masa depan yang lebih cerah,” pungkasnya.
Komitmen NTT untuk memanfaatkan pangan lokal menunjukkan langkah nyata menuju kemandirian pangan, sekaligus memberikan kontribusi signifikan pada pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.