Rabu, 21 Mei 2025


PJ Ketua TP PKK NTT, Santi Ambarwati: Atasi Stunting dengan Pola Asuh Tepat

06 Des 2024, 09:26 WIBEditor : Herman

PJ Ketua TP PKK NTT, Santi Ambarwati Saat mMeninjau Posyandu di NTT

TABLOIDSINARTANI.COM,, Kupang --- Penjabat Ketua TP PKK Nusa Tenggara Timur (NTT), Santi Ambarwati, memainkan peran penting dalam penanganan masalah stunting di wilayah tersebut. Sebagai pendamping Penjabat Gubernur NTT, ia menyoroti pentingnya pendekatan holistik dalam menangani stunting, yang tidak hanya fokus pada pemberian makanan bergizi, tetapi juga pola asuh yang tepat.

“Stunting itu bukan hanya soal pola makan, tetapi juga pola asuh. Banyak orang tua yang sebenarnya mampu, tetapi karena sibuk bekerja, anak-anak mereka dititipkan begitu saja. Anak lapar diberi makanan instan seperti wafer atau mi instan karena dianggap cepat dan praktis. Ini yang perlu diubah,” ujar Santi.

Menurutnya, masalah stunting seringkali berakar pada kurangnya kesadaran orang tua mengenai pentingnya pola asuh yang baik. Ia mengingatkan bahwa anak-anak membutuhkan perhatian ekstra dalam pertumbuhan mereka, terutama dalam pemenuhan kebutuhan gizi yang sesuai.

Santi juga mengkritisi pelaksanaan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang seringkali tidak relevan dengan kondisi di lapangan. Ia menceritakan pengalamannya saat mengunjungi sebuah daerah, di mana menu PMT terdiri dari lima potong daging, dua telur ayam kampung, tahu-tempe, dan sayur-mayur seperti brokoli dan wortel.

“Saya bilang ke mereka, Menu seperti ini bagus, tapi bagaimana orang tua di rumah bisa menirunya? Bahan-bahannya mahal dan tidak selalu tersedia. Saya sarankan gunakan bahan yang lebih sederhana, seperti kelor. Kelor mudah tumbuh, murah, dan kaya nutrisi,” jelasnya.

Santi menekankan bahwa kelor bisa diolah menjadi berbagai macam makanan yang disukai anak-anak, seperti sayur bening, tumis, atau santan. Untuk anak kecil, ia menyarankan agar ikan yang direbus dijadikan bubur dengan tambahan kelor dan suwiran ikan. “Dengan cara ini, karbohidrat, protein, dan sayuran semuanya masuk dalam satu hidangan yang praktis,” tambahnya.

Lebih lanjut, Santi mengajak para ibu untuk lebih kreatif dalam menyiapkan makanan untuk anak-anak mereka. Ia juga menyarankan agar para kader PKK memanfaatkan teknologi untuk membantu edukasi masyarakat.

“Gunakan gadget untuk mencari tutorial memasak, seperti membuat nugget ikan atau kudapan sehat lainnya. Tonton tutorial bersama warga agar lebih seru dan mudah dipahami. Jangan biarkan gadget hanya digunakan untuk belanja online atau main TikTok,” katanya sambil tersenyum.

Menurut Santi, para ibu perlu belajar mengolah makanan sederhana namun bergizi, terutama dengan memanfaatkan hasil pekarangan rumah. “Kelor itu hanya perlu ditanam, tidak butuh perawatan khusus, tapi manfaatnya luar biasa. Ditambah dengan ikan yang melimpah di NTT, kita bisa memberikan gizi lengkap tanpa harus mengeluarkan biaya besar,” katanya.

Santi juga menekankan bahwa pola asuh adalah kunci utama dalam upaya menekan angka stunting. “Walau pemerintah terus mensosialisasikan pentingnya pangan bergizi, jika pola asuh tidak berubah, hasilnya tidak akan signifikan. Orang tua harus lebih peduli dan meluangkan waktu untuk anak-anak mereka,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya pendidikan dasar yang berkaitan dengan keterampilan rumah tangga. “Dulu zaman Soeharto ada program PKK yang mengajarkan keterampilan seperti memasak, menjahit, dan lainnya. Saya rasa ini penting untuk diterapkan kembali, karena bisa membantu para ibu menjadi lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan keluarga,” ujarnya.

Dengan pendekatan yang praktis dan memberdayakan, Santi yakin bahwa masyarakat NTT mampu mengatasi masalah stunting dengan memanfaatkan potensi lokal dan memperbaiki pola pengasuhan. “Kita harus bergerak bersama, mulai dari hal-hal sederhana di rumah hingga ke tingkat komunitas. Dengan begitu, anak-anak kita bisa tumbuh sehat dan cerdas,” tutupnya penuh semangat.

Reporter : Dede
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018