Selasa, 08 Juli 2025


Hidupkan Potensi Lahan Kering dengan Padi Gogo

25 Des 2024, 10:31 WIBEditor : Herman

Inovasi Padi Gogo untuk Swasembada Pangan

TABLOIDSINARTANI.COM, Ketapang --– Selama enam hari praktisi padi gogo, Tonny Saritua Purba, SP, bersama Hasan Tjoe, Direktur Utama PT Serayu Group, dan timnya dari Jakarta, melakukan kunjungan kerja di Desa Kenanga, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Ba

Dalam kunjungannya, Tonny menggagas metode tumpang sari padi gogo sebagai solusi inovatif di bidang pertanian.

Tonny menyoroti pentingnya mendukung visi Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, yang menjadikan sektor pertanian sebagai prioritas dalam Pilpres 2024.

Ia menilai program swasembada pangan, termasuk surplus beras, menjadi langkah strategis untuk menjamin ketersediaan pupuk, benih, dan pestisida secara langsung kepada petani.

“Dari delapan program hasil cepat Capres Prabowo-Gibran, salah satunya mencakup pencetakan lahan pertanian baru dan meningkatkan produktivitas dengan lumbung pangan desa, daerah, hingga provinsi. Infrastruktur desa juga menjadi bagian penting dari upaya ini,” ujar Tonny.

Ia juga menambahkan bahwa visi besar pasangan Capres-Cawapres tersebut mencakup pembangunan kemandirian bangsa melalui hilirisasi, tak hanya di sektor pertambangan tetapi juga di pertanian dan perikanan.

praktisi padi gogo, Tonny Saritua Purba, SP, bersama Hasan Tjoe, Direktur Utama PT Serayu Group, kunjungi Desa Kenanga

Tantangan Swasembada Beras

Meski begitu, Tonny mengingatkan bahwa mewujudkan swasembada beras bukan tanpa tantangan.

Ia menyoroti pentingnya memperhitungkan luas lahan pertanian dan jumlah petani sebagai faktor utama.

“Produksi gabah nasional hanya bisa tercapai jika lahan yang tersedia mencukupi untuk memenuhi kebutuhan 282 juta jiwa penduduk Indonesia. Saat ini, masih ada perbedaan mencolok antara petani sawah beririgasi teknis dan petani tadah hujan,” jelasnya.

Bagi petani padi gogo yang menanam di lahan kering, ia mencatat bahwa varietas ini tidak membutuhkan genangan air, cukup mengandalkan hujan.

Namun, baik petani tadah hujan maupun padi gogo biasanya hanya bisa panen maksimal dua kali setahun.

Menurut Tonny, langkah pertama menuju swasembada beras adalah mendata secara akurat luas lahan sawah beririgasi teknis dan tadah hujan, serta menambah luas sawah untuk meningkatkan kapasitas produksi.

Inovasi Padi Gogo

Sebagai solusi, Tonny mendorong pengembangan industri berbasis gabah melalui konsep hilirisasi.

Ia menilai potensi lahan kering di Indonesia sangat besar, sehingga budidaya padi gogo dapat menjadi alternatif strategis tanpa memerlukan irigasi teknis.

“Industri pertanian berbasis gabah meliputi proses dari hulu ke hilir, mulai dari pembukaan lahan, budidaya padi gogo, pengolahan gabah, hingga distribusi dan pemasaran produk jadi,” ungkapnya.

Ia juga menegaskan bahwa usaha ini dapat dijalankan oleh Perum Bulog, BUMN, maupun BUMD sebagai bagian dari strategi ketahanan pangan nasional.

“Jika kita membangun industri gabah secara serius, Indonesia tidak hanya mampu mengurangi impor beras, tetapi juga memiliki potensi besar untuk menjadi negara pengekspor beras,” pungkas Tonny, mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2016 tentang Ketahanan Pangan Nasional.

Kehadiran konsep ini memberikan harapan baru bagi dunia pertanian Indonesia untuk mencapai swasembada beras, sekaligus menciptakan peluang ekonomi yang luas bagi masyarakat.

Reporter : Dede
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018