Inovasi Padi Gogo untuk Swasembada Pangan
Dalam kunjungannya, Tonny menggagas metode tumpang sari padi gogo sebagai solusi inovatif di bidang pertanian.
Tonny menyoroti pentingnya mendukung visi Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, yang menjadikan sektor pertanian sebagai prioritas dalam Pilpres 2024.
Ia menilai program swasembada pangan, termasuk surplus beras, menjadi langkah strategis untuk menjamin ketersediaan pupuk, benih, dan pestisida secara langsung kepada petani.
“Dari delapan program hasil cepat Capres Prabowo-Gibran, salah satunya mencakup pencetakan lahan pertanian baru dan meningkatkan produktivitas dengan lumbung pangan desa, daerah, hingga provinsi. Infrastruktur desa juga menjadi bagian penting dari upaya ini,” ujar Tonny.
Ia juga menambahkan bahwa visi besar pasangan Capres-Cawapres tersebut mencakup pembangunan kemandirian bangsa melalui hilirisasi, tak hanya di sektor pertambangan tetapi juga di pertanian dan perikanan.
Meski begitu, Tonny mengingatkan bahwa mewujudkan swasembada beras bukan tanpa tantangan.
Ia menyoroti pentingnya memperhitungkan luas lahan pertanian dan jumlah petani sebagai faktor utama.
“Produksi gabah nasional hanya bisa tercapai jika lahan yang tersedia mencukupi untuk memenuhi kebutuhan 282 juta jiwa penduduk Indonesia. Saat ini, masih ada perbedaan mencolok antara petani sawah beririgasi teknis dan petani tadah hujan,” jelasnya.
Bagi petani padi gogo yang menanam di lahan kering, ia mencatat bahwa varietas ini tidak membutuhkan genangan air, cukup mengandalkan hujan.
Namun, baik petani tadah hujan maupun padi gogo biasanya hanya bisa panen maksimal dua kali setahun.
Menurut Tonny, langkah pertama menuju swasembada beras adalah mendata secara akurat luas lahan sawah beririgasi teknis dan tadah hujan, serta menambah luas sawah untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Sebagai solusi, Tonny mendorong pengembangan industri berbasis gabah melalui konsep hilirisasi.
Ia menilai potensi lahan kering di Indonesia sangat besar, sehingga budidaya padi gogo dapat menjadi alternatif strategis tanpa memerlukan irigasi teknis.
“Industri pertanian berbasis gabah meliputi proses dari hulu ke hilir, mulai dari pembukaan lahan, budidaya padi gogo, pengolahan gabah, hingga distribusi dan pemasaran produk jadi,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa usaha ini dapat dijalankan oleh Perum Bulog, BUMN, maupun BUMD sebagai bagian dari strategi ketahanan pangan nasional.
“Jika kita membangun industri gabah secara serius, Indonesia tidak hanya mampu mengurangi impor beras, tetapi juga memiliki potensi besar untuk menjadi negara pengekspor beras,” pungkas Tonny, mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2016 tentang Ketahanan Pangan Nasional.
Kehadiran konsep ini memberikan harapan baru bagi dunia pertanian Indonesia untuk mencapai swasembada beras, sekaligus menciptakan peluang ekonomi yang luas bagi masyarakat.