Pohon jagung
Grobogan --- Petani di Grobogan berhasil meningkatkan produktivitas jagung melalui penerapan sistem methuk, sebuah metode tanam inovatif yang memungkinkan panen lebih sering dalam setahun.
Sistem ini menjadi sorotan utama saat Penjabat Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana, memimpin panen raya jagung di Desa Tegalsumur, Kecamatan Brati.
Sistem methuk dilakukan dengan menanam bibit jagung baru di sela-sela tanaman yang siap panen. Dengan begitu, petani dapat memanfaatkan waktu secara maksimal tanpa harus menunggu lahan kosong untuk menanam bibit baru.
Metode ini terbukti efektif dalam meningkatkan frekuensi panen sekaligus menjaga keberlanjutan produktivitas.
“Kami menggunakan metode methuk agar lahan terus produktif. Begitu jagung tua dipanen, tanaman baru sudah siap tumbuh,” ujar Bupati Grobogan, Sri Sumarni.
Pada panen kali ini, lahan seluas 578 hektare berhasil menghasilkan jagung dengan produktivitas mencapai 8 hingga 10 ton per hektare. Total hasil panen diperkirakan mencapai 4.624 hingga 5.780 ton. Sistem methuk berkontribusi besar terhadap pencapaian tersebut.
Kelompok petani juga mendapat dukungan modal dari PT BPR BKK Purwodadi, yang dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi pertanian dan distribusi hasil panen. "Kami mendampingi dari hulu ke hilir, mulai dari proses penanaman hingga penjualan," tambah Sri Sumarni.
Penjabat Gubernur Nana Sudjana mengapresiasi penerapan sistem methuk yang dinilai mampu mendukung program swasembada pangan nasional. “Inovasi seperti ini sangat penting. Selain meningkatkan produksi, methuk juga menjamin ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan impor jagung,” ungkapnya.
Hasil panen ini telah diserap oleh beberapa industri besar, seperti PT Japfa Comfeed Indonesia, PT CJ Feed and Care, dan PT Malindo Feedmill. Total nilai jual hasil panen mencapai Rp20,49 miliar, memberikan dampak ekonomi signifikan bagi petani lokal.
Metode methuk menjadi bagian dari program New Food Supply Chain yang diluncurkan pada 2024 untuk memperkuat rantai pasok pangan nasional. Program ini tidak hanya menguntungkan petani melalui jaminan pasar dan harga, tetapi juga masyarakat dengan pasokan bahan pangan yang lebih terjangkau.
“Kami berharap sistem ini menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk meningkatkan produksi pertanian,” kata Nana. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara petani, pemerintah, dan pengusaha untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan di tengah ancaman inflasi.
Dengan keberhasilan sistem methuk di Grobogan, para petani membuktikan bahwa inovasi sederhana dapat menghasilkan dampak besar bagi ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.
Sumber : Pemprov. Jawa Tengah