Kamis, 01 Mei 2025


Pemerintah Mantapkan Strategi Serap Panen Raya Padi 2025

23 Jan 2025, 13:04 WIBEditor : Herman

Rakor Bidang Pangan

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta --- Jelang panen raya padi, pemerintah semakin memperkuat langkah untuk melindungi kepentingan petani. Salah satu upaya utama dilakukan melalui Perum Bulog, yang ditargetkan menyerap hingga 3 juta ton hasil panen padi. Selain itu, pemerintah juga memprioritaskan peningkatan kapasitas Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai bagian dari strategi ini.

"Bulog diminta fokus menyerap 3 juta ton setara beras. Sebelumnya, penugasannya hanya 2,5 juta ton, dengan stok akhir tahun 2024 di angka 1,2 juta ton. Nantinya, penugasan baru ini akan diputuskan dalam Rapat Terbatas bersama Presiden," ungkap Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, usai menghadiri Rapat Koordinasi Terbatas di Jakarta, Rabu (22/1/2025).

Arief menjelaskan bahwa penugasan baru ini sejalan dengan proyeksi peningkatan produksi beras, terutama di semester pertama 2025, yang dikenal sebagai periode puncak panen. "Semester pertama itu masa panen terbesar, jadi Bulog harus memanfaatkan momentum ini untuk menyerap sebanyak mungkin. Langkah ini juga penting untuk menjaga stabilitas harga di tingkat petani, sehingga Nilai Tukar Petani (NTP) tetap baik," jelasnya.

Data menunjukkan, pada 2024, Bulog berhasil menyerap 1,266 juta ton beras, dengan 57,4 persen dari total tersebut diserap pada semester pertama. Bulan Mei menjadi puncak serapan dengan 393 ribu ton, diikuti April dengan 224 ribu ton. Tahun ini, Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras mencapai puncaknya pada Maret, dengan potensi mencapai 5,2 juta ton. Hal ini menegaskan pentingnya optimalisasi serapan oleh Bulog.

Selain fokus serapan, pemerintah juga mendorong peningkatan kapasitas Gapoktan melalui diversifikasi produksi. "Kami berupaya menjaga harga gabah kering panen (GKP) di level Rp 6.500 per kilogram. Untuk mencapai kualitas beras yang baik, gabahnya harus diproses dengan tepat. Oleh karena itu, kami menyiapkan pengering (dryer) bersama mitra penggilingan padi," kata Arief.

Berdasarkan data BPS, pemerintah pernah menyalurkan 165 unit vertical dryer untuk petani antara 2015 hingga 2018. Jika inisiatif ini dihidupkan kembali, diyakini Gapoktan akan semakin produktif dan sejahtera. Arief juga menyebut bahwa asosiasi pengusaha penggilingan padi, PERPADI, tengah menyiapkan daftar penggilingan kecil yang layak mendapat bantuan kredit berbunga ringan agar dapat meningkatkan kapasitas.

"Jika gabah dengan harga Rp 6.500 dikeringkan dan diolah menjadi Gabah Kering Giling (GKG), harga setornya ke Bulog bisa mencapai Rp 8.200. Jika diolah lebih lanjut menjadi beras, nilainya bisa mencapai Rp 12.000 per kilogram. Ini akan meningkatkan kesejahteraan petani dan memperkuat Gapoktan," tambahnya.

Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menegaskan bahwa hasil rapat koordinasi ini akan segera dibawa ke Presiden Prabowo Subianto untuk disetujui. "Presiden sudah memberikan arahan agar Bulog membeli gabah petani dengan harga Rp 6.500 per kilogram, dan menyerap sebanyak 3 juta ton. Ini prioritas utama pemerintah saat ini," jelas Zulkifli.

Zulkifli juga menyebut bahwa Bulog mengusulkan harga jual beras di kisaran Rp 12.000 hingga Rp 12.250 per kilogram untuk mengimbangi persaingan pasar. Namun, keputusan akhir terkait hal ini masih menunggu hasil rapat terbatas.

Dengan serangkaian langkah ini, pemerintah berharap dapat memastikan kesejahteraan petani, menjaga stabilitas harga, dan memenuhi kebutuhan pangan nasional secara optimal. Panen raya 2025 pun diharapkan menjadi momentum penting untuk mendukung keberlanjutan sektor pertanian di Indonesia.

 

Reporter : echa
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018