Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi bersama Rektor IPB, Arif Satria
Menurutnya, inovasi dan teknologi pertanian yang dikembangkan perguruan tinggi seperti IPB perlu diimplementasikan secara kolaboratif agar berdampak nyata.
"Inovasi yang dipaparkan Rektor IPB tadi sangat luar biasa, terutama dalam ketahanan pangan. Ada benih padi varietas unggul yang sudah bekerja sama dengan Kementerian Pertanian. Bahkan, hasil uji coba teknologi budidaya padi tahun lalu mampu meningkatkan produktivitas. Ini membuat kita semakin optimis swasembada beras bisa segera terwujud," ujar Arief.
Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tren positif dalam produksi padi Indonesia.
Pada 2014 uas panen mencapai 10,05 juta hektare, menghasilkan 53,14 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) dan 30,62 juta ton beras.
Namun, konsumsi nasional tercatat 30,73 juta ton, sedikit lebih tinggi dari produksi.
Pada 2023 panen lebih besar, mencapai 10,21 juta hektare, dengan produksi GKG sebesar 53,98 juta ton dan beras 31,10 juta ton, sementara konsumsi nasional 30,89 juta ton.
Dengan inovasi dan penerapan teknologi pertanian, Arief optimistis produksi dalam negeri dapat terus meningkat, mengurangi ketergantungan pada impor, dan mempercepat swasembada pangan.
"Presiden sudah berkomitmen mengejar swasembada secepatnya. Jika melihat neraca pangan, masih ada beberapa komoditas strategis yang belum mencukupi. Maka, inovasi ini menjadi solusi agar produksi dalam negeri bisa melejit," tambahnya.
Berdasarkan Proyeksi Neraca Pangan Nasional 2025, sebagian besar kebutuhan pangan bisa dipenuhi dari dalam negeri, kecuali kedelai, bawang putih, dan daging sapi/kerbau yang masih memerlukan perhatian khusus.
Di kesempatan yang sama, Rektor IPB University, Arif Satria, memaparkan 10 program aksi ketahanan pangan yang akan diimplementasikan pada 2025.
Penyediaan 3.156 ton benih padi varietas unggulan yang akan didistribusikan melalui Kementerian Pertanian.
Perluasan Kampung Inovasi IPB untuk budidaya padi sawah gogo di lahan seluas 1.125 hektare. Tahun lalu, teknologi ini berhasil meningkatkan produktivitas padi di Jawa Barat hingga 32 persen..
Juga pendirian Rice Innovation Center di IPB untuk riset dan pengembangan pertanian berkelanjutan.
"Kami memiliki 15 varietas unggulan yang siap diperbanyak dan didistribusikan ke petani. Dengan teknologi pertanian modern, produktivitas dapat terus meningkat," jelas Arif Satria.
Pada kesempatan yang sama, IPB juga menyerahkan buku rekomendasi mengenai Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kepada Badan Gizi Nasional.
Program ini disusun bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Pendidikan.
Sementara itu Menteri PPN/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, menegaskan bahwa MBG bukan sekadar program sosial, tetapi juga penggerak ekonomi dan ketahanan pangan nasional.
"MBG adalah segalanya. Program ini tidak hanya menyelamatkan ibu hamil dan bayi, tetapi juga masa depan Indonesia. Selain itu, MBG mendorong pertumbuhan UKM dan sektor pertanian," ujarnya.
Saat ini, MBG telah mencakup 92,78 juta penerima manfaat, jauh lebih luas dibandingkan program serupa di 139 negara lain yang umumnya hanya menyasar anak sekolah. Program ini juga menyentuh PAUD, SMA, SMK, hingga Sekolah Luar Biasa (SLB).