Kamis, 20 Maret 2025


Pemerintah Akan Impor Raw Sugar, Perkuat Stok CPP

13 Peb 2025, 11:55 WIBEditor : Herman

Pemerintah Berencana Impor Ras Sugar

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta – Menjelang bulan suci Ramadan dan Idulfitri, pemerintah berencana mengimpor gula mentah atau raw sugar sebagai langkah strategis untuk memperkuat Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Langkah ini diambil guna mengantisipasi fluktuasi harga gula konsumsi yang belakangan mulai merangkak naik.

Kepala Badan Pangan Nasional (NFA) Arief Prasetyo Adi menegaskan bahwa impor ini semata-mata bertujuan untuk menjaga stabilitas stok dan harga, tanpa mengganggu petani tebu dalam negeri, terutama saat musim panen.

“Kita fokus pada peningkatan CPP. Saat ini harga gula mulai bergerak naik dan memberikan kontribusi terhadap inflasi sebesar 1,4 persen. Karena itu, kita butuh tambahan stok dalam bentuk raw sugar yang nantinya akan diolah menjadi gula konsumsi,” ujar Arief usai menghadiri rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (12/2).

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tren kenaikan harga gula pasir di berbagai daerah. Pada minggu ketiga Januari 2025, sebanyak 118 kabupaten/kota mengalami kenaikan harga. Angka ini meningkat menjadi 153 kabupaten/kota pada akhir Januari.

Namun, Arief menekankan bahwa impor ini tidak dalam bentuk gula kristal putih (GKP), melainkan dalam bentuk raw sugar yang diperuntukkan khusus bagi stok pemerintah. “Ini bukan karena produksi dalam negeri kurang. Stok masih cukup untuk 4-5 bulan ke depan. Namun, pemerintah tidak bisa mengambil risiko terkait ketahanan pangan,” jelasnya.

Saat ini, stok CPP dalam bentuk gula pasir mencapai 34 ribu ton, dengan rincian 22 ribu ton dikelola oleh ID FOOD dan 12 ribu ton oleh Perum Bulog. Padahal, rata-rata kebutuhan konsumsi gula nasional mencapai 235 ribu ton per bulan, sehingga stok CPP hanya mencukupi sekitar 14,47 persen dari kebutuhan.

Untuk menghindari dampak negatif bagi petani tebu, pemerintah memastikan bahwa impor raw sugar akan dilakukan secara bertahap. Pengiriman pertama direncanakan mulai tahun ini dengan total sekitar 200 ribu ton. “Yang terpenting adalah harga di tingkat petani tetap terjaga. Panen tebu akan berlangsung pada April hingga Juni, sehingga proses penggilingan bisa berjalan bersamaan dengan distribusi raw sugar,” tambah Arief.

Berdasarkan proyeksi NFA, kebutuhan gula pada Maret 2025 diprediksi meningkat sebesar 13,39 persen menjadi 251,8 ribu ton, seiring meningkatnya konsumsi saat Ramadan. Sementara produksi GKP baru akan melonjak mulai Mei hingga puncaknya pada Agustus 2025, dengan total produksi tahunan diperkirakan mencapai 2,841 juta ton.

Meski demikian, Arief menegaskan bahwa jumlah raw sugar yang diimpor masih di bawah kebutuhan konsumsi bulanan. “Kita harus cermat mempertimbangkan harga gula di pasar global dan nilai tukar rupiah. Namun, yang terpenting adalah pemerintah memiliki cadangan yang cukup agar bisa melakukan intervensi saat dibutuhkan,” tuturnya.

Mengutip data Food Price Index dari FAO, harga gula di pasar internasional pada Januari 2025 turun 6,8 persen menjadi indeks 111,2 dibandingkan Desember 2024 yang mencapai 119,3. Secara tahunan, harga gula global mengalami penurunan hingga 18,5 persen dibandingkan Januari 2024 yang tercatat di indeks 136,4.

Pemerintah pun terus berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk memastikan kebijakan ini berjalan sesuai rencana. “Kita akan bersurat kepada Menteri BUMN dan berdiskusi lebih lanjut. Ini bukan proses yang instan, tetapi yang jelas, stok gula kita saat ini cukup. Pemerintah harus memiliki kendali atas cadangan pangan agar bisa bertindak cepat dalam menjaga stabilitas harga,” pungkas Arief.

 

Dengan langkah strategis ini, diharapkan harga gula tetap terkendali dan masyarakat tidak perlu khawatir menghadapi lonjakan harga menjelang Ramadan dan Idulfitri.

Reporter : Echa
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018