Kamis, 20 Maret 2025


Pejabat Bapanas bilang Pola Makan Masyarakat Belum Ideal

13 Mar 2025, 10:40 WIBEditor : Yulianto

Pola konsumsi masyarakat belum ideal

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Masa depan bangsa ada di meja makan kita. Jika dulu ada istilah 4 Sehat, 5 Sempurna. Kini ada istilah baru Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA). Pola konsumsi B2SA menjadi kunci mencetak Generasi Emas 2045 yang sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi.

Masalah gizi masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Salah satu indikator utamanya adalah tingginya angka stunting, yaitu kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Stunting tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga mempengaruhi perkembangan kognitif dan produktivitas ekonomi di masa depan.

Pemerintah menargetkan penurunan angka stunting menjadi 17% pada tahun 2023 dan 14%-21% pada tahun 2024 sebagai bagian dari upaya membangun Generasi Emas 2045 yaitu generasi yang berkualitas, kompeten, dan berdaya saing tinggi.

Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional, Andriko Noto Susanto melihat pola konsumsi masyarakat masih belum ideal. Kuantitas konsumsi pangan diukur berdasarkan Angka Kecukupan Energi (AKE), dengan standar ideal 2.100 kkal/kapita/hari. Saat ini, konsumsi energi masyarakat Indonesia mencapai 2.052 kkal/kapita/hari (97,7?ri standar ideal).

“Beberapa kebiasaan yang masih terjadi di masyarakat menunjukkan pola konsumsi yang kurang sehat. Tingginya konsumsi Gula, Garam, dan Lemak (GGL) menjadi perhatian utama, terutama karena banyaknya makanan cepat saji, minuman kemasan, gorengan, dan makanan ultra-proses yang dikonsumsi sehari-hari,” tuturnya.

Selain itu, konsumsi sayur dan buah masih tergolong rendah, menyebabkan kurangnya asupan serat serta vitamin esensial yang dibutuhkan tubuh.  Di sisi lain, ketergantungan terhadap beras masih cukup tinggi, meskipun dalam lima tahun terakhir konsumsi beras mulai mengalami penurunan.

Akibat dari pola makan yang tidak seimbang ini, banyak masyarakat mengalami malnutrisi ganda. “Sebagian mengalami overweight atau kelebihan berat badan, sementara sebagian lainnya masih mengalami under-nutrition atau kurang gizi,” ujarnya saat webinar Generasi Emas Dimulai dari Meja Makan yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani, Rabu (6/3).

Selain itu, defisiensi mikronutrien atau hidden hunger juga menjadi tantangan, terutama kekurangan zat besi, yodium, dan vitamin A yang berdampak pada kesehatan secara keseluruhan. Data Badan Pangan Nasional, angka kurang gizi mikro di Indonesia masih cukup tinggi, yang berdampak pada anemia, gangguan tumbuh kembang, hingga menurunnya daya tahan tubuh.

Seperti apa solusi Badan Pangan Nasional? Baca halaman selanjutnya.

 

Reporter : Gsh/Jul
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018