Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi tahunan (year on year) Indonesia sampai dengan Mei 2025 sebesar 1,60 persen, dengan komponen inti menjadi penyumbang utama inflasi. Namun menariknya, sejumlah komoditas pangan strategis, khususnya telur ay
TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- BPS catat deflasi Mei 2025 dipicu turunnya harga telur ayam ras dan bawang merah, jadi andalan tekan inflasi dan bantu ringankan beban belanja masyarakat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi tahunan (year on year) Indonesia sampai dengan Mei 2025 sebesar 1,60 persen, dengan komponen inti menjadi penyumbang utama inflasi. Namun menariknya, sejumlah komoditas pangan strategis, khususnya telur ayam ras dan bawang merah, menjadi andalan utama yang menekan inflasi pada bulan Mei 2025, sehingga menciptakan deflasi bulanan.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengungkapkan dalam konferensi pers pada Senin (2/6/2025) bahwa komponen inti mengalami inflasi tahunan sebesar 2,40 persen, dan memberikan andil terbesar terhadap inflasi umum sebesar 1,53 persen. “Komoditas utama yang mendorong inflasi inti adalah emas perhiasan, kopi bubuk, dan minyak goreng,” ujarnya.
Sementara itu, komponen harga yang diatur pemerintah juga mencatat inflasi tahunan sebesar 1,36 persen, dengan andil terhadap inflasi nasional sebesar 0,27 persen. Kenaikan tarif air minum sistem pompa di 12 wilayah, serta harga rokok SKM dan SKT menjadi penyebab utama inflasi pada kelompok ini.
Sebaliknya, komponen harga bergejolak (volatile food) justru mengalami deflasi sebesar 1,17 persen, dengan andil deflasi terhadap inflasi umum sebesar 0,20 persen. Ini menunjukkan adanya tekanan penurunan harga yang signifikan di beberapa komoditas pangan penting.
Penyumbang Deflasi
Dalam kelompok pangan yang mengalami penurunan harga tersebut, telur ayam ras dan bawang merah menjadi sorotan utama. Selain itu, komoditas lain seperti cabai merah, tomat, dan telur ayam ras turut memberikan andil deflasi.
“Penurunan harga telur ayam ras dan bawang merah sangat berpengaruh dalam menekan inflasi bulan Mei 2025,” terang Pudji. Harga yang lebih stabil dan pasokan yang cukup di pasar menjadi faktor kunci dalam meredam lonjakan harga bahan pokok.
Penurunan harga bawang merah dan telur ayam ras ini sangat positif, karena keduanya adalah komoditas utama dalam konsumsi rumah tangga Indonesia. Penurunan harga ini sekaligus mengurangi beban pengeluaran masyarakat terutama di tengah kondisi ekonomi yang masih penuh tantangan.
Dilihat dari sisi bulanan (month-to-month), Mei 2025 mencatat deflasi sebesar 0,37 persen. Faktor utama penekan harga berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau, dengan andil deflasi sebesar 0,41 persen.
Komoditas yang paling dominan memberikan andil deflasi adalah cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih. Penurunan harga komoditas-komoditas ini memperlihatkan bahwa stok dan distribusi bahan pangan strategis dalam kondisi baik, sehingga tidak terjadi gejolak harga yang signifikan.
“Stabilitas harga bahan pangan yang kita lihat pada Mei ini sangat menggembirakan. Ini mengindikasikan bahwa pemerintah dan pelaku pasar berhasil menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan,” ujar Pudji.
BPS juga mencatat sebaran inflasi secara wilayah hingga Mei 2025, dimana 37 provinsi mengalami inflasi tahunan. Hanya satu provinsi yang mengalami deflasi, yakni Papua Barat.
Inflasi tertinggi tercatat di Papua Pegunungan dengan laju inflasi sebesar 5,75 persen. Tingginya inflasi di daerah ini dipicu oleh faktor geografis dan distribusi barang yang relatif sulit, sehingga berdampak pada harga-harga barang pokok dan jasa.
Sebaliknya, Papua Barat menjadi satu-satunya provinsi yang mengalami deflasi, menandakan tekanan harga yang lebih rendah di wilayah tersebut. Kondisi ini bisa menjadi perhatian untuk pemantauan lebih lanjut agar deflasi yang berkepanjangan tidak berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi daerah.
Meski terjadi deflasi bulanan pada Mei 2025, BPS menilai tingkat inflasi tahunan yang relatif terkendali yaitu 1,60 persen mencerminkan kondisi ekonomi domestik yang relatif stabil.
“Dengan inflasi tahunan di kisaran rendah, kita melihat ekonomi Indonesia masih berada pada jalur yang sehat, di tengah berbagai tekanan harga global dan domestik,” ujar Pudji.
Inflasi yang terkendali juga penting bagi perencanaan ekonomi jangka panjang, serta menjaga daya beli masyarakat agar tidak tergerus oleh lonjakan harga yang tidak terkendali.
Meskipun data inflasi Mei 2025 memberikan sinyal positif, pemerintah diminta tetap waspada terhadap potensi kenaikan harga yang dapat muncul akibat faktor musiman, cuaca ekstrem, dan fluktuasi harga komoditas global.
Penguatan sistem pengawasan distribusi bahan pokok, ketersediaan pasokan, serta pemberdayaan petani dan peternak menjadi kunci agar tekanan inflasi dapat tetap terkendali.
“Stabilitas harga pangan strategis seperti telur ayam ras dan bawang merah harus terus dijaga karena komoditas ini sangat sensitif terhadap kondisi ekonomi masyarakat,” tandas Pudji.