Jumat, 13 Juni 2025


Produksi Jagung Jawa Tengah Melimpah, Bulog Siap Serap

04 Jun 2025, 14:46 WIBEditor : Herman

Diskusi Penyerapan Jagung Petani yang digelar di Desa Beketel, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati

TABLOIDSINARTANI.COM, Pati --- Provinsi Jawa Tengah mencatat peningkatan signifikan dalam produksi jagung pada tahun 2024. Dengan total produksi mencapai 2,59 juta ton jagung pipilan kering (kadar air 14 persen), Jawa Tengah kini menempati posisi kedua sebagai penghasil jagung terbesar di Indonesia, setelah Jawa Timur.

Kenaikan ini didorong bertambahnya luas panen yang mencapai 0,44 juta hektare, naik 17,59 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya 0,37 juta hektare. Secara nasional, Jawa Tengah menjadi satu-satunya provinsi di Pulau Jawa yang mencatat peningkatan produksi jagung tahun ini.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Defrancisco Dasilva Tavares, mengungkapkan bahwa kondisi ini merupakan hasil kerja keras petani yang mampu beradaptasi di tengah perubahan iklim.

"Musim kemarau basah ini sebenarnya bisa jadi peluang. Petani tetap bisa bercocok tanam dan mengoptimalkan hasil. Kami ingin memastikan petani terus bergerak, dan hasil panennya tetap tinggi," ujar Fransisco dalam sambutannya di acara Diskusi Penyerapan Jagung Petani yang digelar di Desa Beketel, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati.

Pemerintah provinsi, lanjut Fransisco, telah menyiapkan tujuh titik Brigade Alat Mesin Pertanian (Alsintan) untuk membantu proses budidaya hingga pascapanen.

"Alsintan ini akan sangat berguna untuk mempercepat panen, pengolahan hasil, dan memperpendek rantai distribusi. Kami ingin petani bisa menjual jagung dengan harga yang lebih baik," jelasnya.

Meski produksi meningkat, petani jagung di beberapa daerah masih menghadapi fluktuasi harga. Harga jagung kering di tingkat petani saat ini bervariasi, mulai dari Rp4.500 hingga Rp5.200 per kilogram.

Di wilayah Blora, misalnya, harga sempat anjlok karena serangan hama dan cuaca yang tidak menentu.

Untuk mengatasi hal tersebut, Badan Pangan Nasional (Bapanas RI) menyatakan komitmennya untuk memperkuat koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan, mulai dari Bulog, pengepul, hingga asosiasi petani dan pelaku usaha.

"Kami ingin memastikan jagung petani terserap dengan harga yang layak. Kami terus berkoordinasi agar distribusi dan penyimpanan bisa berjalan baik," ujar perwakilan Bapanas RI yang hadir dalam diskusi.

Senada dengan itu, Pemimpin Wilayah Perum Bulog Kanwil Jawa Tengah, Akhmad Kholisun, menyampaikan bahwa Bulog siap menyerap jagung petani, tentunya dengan standar mutu tertentu.

"Kami menggunakan harga fleksibel sesuai kebijakan HAP, dengan kadar air maksimal 14 persen dan aflatoksin di bawah 50 persen. Untuk wilayah yang kesulitan pengeringan, kami juga akan siapkan alat pengering," ujarnya.

Data menunjukkan bahwa Jawa Tengah mencatat surplus jagung sebesar 179.176 ton pada 2024, dengan luas panen mencapai 412.338 hektare dan total produksi 4.337.731 ton. Jawa Tengah menyumbang sekitar 16,03 persen dari total produksi jagung nasional.

Sebagian besar produksi tersebut digunakan untuk pakan ternak. Namun, menurut Fransisco, potensi jagung sebagai bahan pangan juga patut dikembangkan.

"Jagung punya kandungan gizi tinggi dan bisa jadi alternatif sumber karbohidrat. Dengan inovasi teknologi pangan, bukan tidak mungkin jagung menjadi substitusi beras dalam jangka panjang," ungkapnya.

Reporter : Djoko W
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018