Selasa, 15 Juli 2025


Surplus 380 Ribu Ton, Produksi Jagung Indonesia Catat Rekor Baru

12 Jun 2025, 14:56 WIBEditor : Herman

Produksi Jagung Surplus

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta --- Harapan Indonesia untuk mencapai swasembada jagung kian nyata.

Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, arah pembangunan pertanian semakin fokus, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga menuju ambisi besar jadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.

Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan tren positif.

Produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14 persen (JPK KA 14%) pada Januari hingga Juli 2025 diproyeksikan mencapai 9,45 juta ton.

Angka ini mengalami peningkatan 11,08 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

"Kita patut bersyukur, produksi jagung terus tumbuh. Bahkan kita sudah mulai ekspor. Ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo, bahwa swasembada bukan akhir, tapi Indonesia harus jadi lumbung pangan dunia," kata Kepala Badan Pangan Nasional (NFA), Arief Prasetyo Adi, dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa (10/6).

Arief menjelaskan bahwa berdasarkan perhitungan NFA, produksi jagung dalam negeri telah melampaui kebutuhan konsumsi nasional.

Dengan mempertimbangkan potensi kehilangan hasil (losses) sebesar 4,62 persen, maka produksi bersih diperkirakan mencapai 9,01 juta ton.

Sementara itu, kebutuhan konsumsi jagung dalam periode yang sama diperkirakan sebesar 8,63 juta ton.

Artinya, Indonesia mencatatkan surplus sekitar 380 ribu ton jagung.

"Surplus ini sangat penting. Selain bisa digunakan untuk ekspor, juga menjadi stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Ini menandakan kita tidak lagi bergantung pada impor," tegas Arief.

Namun, ia menekankan bahwa peningkatan produksi harus dibarengi dengan perlindungan terhadap petani.

Salah satu hal penting adalah menjaga harga agar tetap menguntungkan di tingkat produsen.

"Presiden mengarahkan agar nilai tukar petani tidak jatuh. Karena itu, kami bantu fasilitasi distribusi jagung dari NTB ke peternak unggas di Blitar, Jawa Timur," lanjutnya.

Hingga 9 Juni, NFA mencatat mobilisasi jagung dari NTB ke Blitar mencapai 1.861 ton.

Skema ini dilakukan dengan pendekatan business to business (B2B), yang tidak hanya membantu petani menjual hasil panen, tetapi juga menjaga pasokan bahan baku pakan di daerah lain.

Langkah ini menjadi strategi penting dalam memperkuat rantai pasok jagung nasional, memastikan keterjangkauan harga, dan menjaga stabilitas pasokan di berbagai wilayah.

Tak hanya dari sisi volume, petani juga mulai menikmati peningkatan harga.

Data Panel Harga Pangan NFA menunjukkan bahwa rata-rata harga jagung pipilan kering di tingkat produsen naik dari Rp 4.769 per kg di awal Mei menjadi Rp 4.888 per kg per 9 Juni 2025.

Reporter : Echa
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018