Di tahun 2025 mendatang, pemerintah sudah menargetkan produksi jagung sebesar 33,13 juta ton. Berarti, capaian produksi akan meningkat sebanyak 40,5% dari tahun 2016 silam. Untuk mencapai target tersebut, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) akan mempersiapkan 40% kebutuhan benih jagung hibrida nasional.
Jagung hibrida sudah terbukti bisa meningkatkan produktivitas nasional jika dibandingkan dengan jagung komposit biasa. Karena itu, pemerintah mengharapkan petani menggunakan benih jagung hibrida nasional. Sayangnya, hingga kini penggunaan jagung hibrida masih rendah.
“Sekitar 44% atau 1,95 juta ha lahan petani masih menggunakan benih jagung komposit dengan produktivitas rendah. Tingkat produktivitasnya 3,32 - 5,31 ton per hektare atau 30 - 70% lebih rendah dibandingkan jagung hibrida yang mencapai 8,02-10,31 ton per hektare. Benih jagung hibrida ini memang lebih mahal sekitar 5 kali lipat dibandingkan harga benih jagung komposit,” ungkap Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) Moh. Ismail Wahab.
Balitbang Pertanian, Kementan sendiri telah menghasilkan sekitar 29 varietas unggul jagung hibrida dengan potensi hasil konsumsi mencapai 13,6 ton per hektare. Sedangkan intuk mencapai target benih sebar (BR), Balitbangtan melakukan kerja sama lisensi guna memperoleh mitra yang berperan sebagai produsen.
Editor : Gesha