Petani menyemprot dengan dosis yang tepat
Bulan Oktober, beberapa daerah mulai memasuki musim tanam. Berbarengan dengan musim hujan, kerap datang serangan hama dan penyakit tanaman yang mengharuskan pengaplikasian pestisida. Karenanya petani dihimbau untuk bijak menggunakan pestisida.
Menjelang akhir tahun khususnya bulan ke-10 adalah waktunya petani padi memulai siklus baru pertanamannya. Seperti dikemukakan petani dari Kabupaten Lebak, Unang, di daerahnya pada Bulan Oktober air sudah mulai melimpah dan bisa mengairi sawah mereka. Hujan pun mulai turun rutin.
Namun datangnya hujan tidak serta merta membuat mereka bersukacita, sebab seringkali petani justru kerepotan karena serangan hama yang juga datang. Mulai dari hama penggerek batang, wereng cokelat, tikus dan lainnya. “Paling banyak memang tikus dan penggerek batang yang rutin datang setiap hujan,” tukas Unang.
Penanggulangan hama tikus biasanya dilakukan melalui gerakan tungkreban (mirip dengan gropyokan) atau menggunakan burung hantu. “Seringnya sih kita melepas ular. Tapi selama melepasnya, anak-anak kita diminta jangan main-main ke sawah,” tuturnya.
Khusus untuk penggerek maupun wereng cokelat, petani terbiasa menggunakan pestisida. “Kami menyemprot lebih sering karena pestisida kan larut kena air. Jadi kalau kita semprot terus hujan, besoknya kita semprot lagi,” ungkapnya.
Kondisi inilah yang umum terjadi di seluruh wilayah pertanaman Indonesia. Bahkan Kabupaten Brebes menjadi pengguna pestisida tertinggi di ASEAN. Dalam satu kali musim tanam, Brebes bisa menggunakan pestisida mencapai 330 ribu liter dan dalam setahun sentra bawang ini bisa mencapai 4 kali musim tanam.
Lakukan Sosialisasi
Berbagai pihak pun selalu menyerukan agar petani lebih bijak menggunakan pestisida. Perusahaan maupun asosiasi perusahaan pestisida selalu melakukan sosialisasi mengenai penggunaan pestisida secara bijak.
Kesalahan dan kurang bijaksana dalam penggunaan pestisida tersebut sebenarnya bukan karena kurang pengetahuan tetapi seringkali sengaja mengabaikan aturan yang sudah tertera dalam aturan pakai produk pestisida.
Misalnya, menggunakan pestisida dengan banyak hama sasaran (spektrum luas) untuk satu jenis hama. Sehingga akan menyebabkan hewan lain yang menguntungkan dan bersimbiosis mati terkena semprotan pestisida.
Petani juga harus bisa mengenali bahan aktif yang diizinkan Komisi Pestisida karena sudah melewati uji lapang secara benar. Pengetahuan bahan aktif mutlak dimiliki petani karena setiap jenis bahan aktif memiliki efek yang berbeda-beda dan digunakan untuk mengendalikan hama yang berbeda juga.
Penggunaan pestisida dengan satu jenis bahan aktif secara terus menerus dapat menimbulkan sifat resisten, karenanya petani disarankan mengaplikasikan pestisida dengan bahan aktif yang berbeda secara bergantian.
Berbeda di sini baik bahan aktifnya maupun cara kerjanya, agar hasil dan efisiensi penggunaan pestisida bisa ditingkatkan. Petani bisa menganut sistem tiga kali aplikasi pestisida kontak dan satu kali aplikasi pestisida sistemik.
Pestisida yang beredar sudah pasti lolos uji sehingga dalam setiap kemasan produk pestisida tertera petunjuk tertentu seperti kandungan bahan aktif, dosis penggunaan, waktu aplikasi dan hama penyakit sasaran.
Petani diharapkan mematuhi semua aturan dan petunjuk penggunaannya dan jangan coba-coba membuat aturan sendiri. Termasuk dosis penggunaan, jangan mengurangi atau melebihi dosis anjuran.
Karena dosis yang kurang dari aturan tidak akan membunuh hama sasaran tetapi justru meningkatkan resistensi hama penyakit. Begitupula sebaliknya, jika menggunakan dosis yang melebihi anjuran maka dapat mengakibatkan tanaman keracunan sekaligus berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Aplikasi yang bijak adalah menggunakan dosis terendah terlebih dahulu kemudian perlahan ditingkatkan sesuai usia tanaman dan tingkat serangan hama.
Petani seringkali mencari pestisida dengan harga murah, meskipun kualitas pestisida tidak bergantung pada murah atau mahalnya harga. Karena itu, diperlukan kejelian dan kehati-hatian dalam membeli produk pestisida. Terutama bagi petani yang belum pernah menggunakan pestisida, terlebih dahulu mencari referensi yang bisa dipercaya.
Penyimpanan maupun pencampuran pestisida juga harus dilakukan hati-hati sebab pencampuran yang tidak tepat justru semakin menurunkan daya racunnya. Adapun urutan pencampuran dalam aplikasi tank mix sebelum dimasukkan dalam tangki sprayer dimulai dari air, tablet (jenis WT atau ST, aduk hingga larut dalam air), butiran (SG maupun WG, aduk hingga larut), berbentuk tepung (jenis WP maupun SP, aduk hingga merata), bentuk cairan (SL, SC, EC), mikrokapsul (CS) dan surfaktan.
Pencampuran tersebut dibolehkan jika sasaran OPT berbeda, pestisida yang dicampurkan tidak menimbulkan efek buruk (menggumpal atau membakar tanaman), pencampuran dilakukan untuk memperkuat erafikasi pestisida, dilakukan untuk meningkatkan spektrum pengendalian hingga memecah OPT yang sudah resisten.
Pencampuran tidak dibolehkan jika sasaran OPTnya sama dan bahan aktifnya sama karena dikhawatirkan memberikan efek buruk, cross resisten dan membahayakan keselamatan kerja dari aplikator/petani. Gsh/Ira/Ditjen PSP