BTS Propaktani Revitalisasi Penggilingan Padi
TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Penggilingan padi mempunyai peran penting dalam mutu produksi beras. Namun kondisinya, khusus penggilingan berskala kecil banyak yang memprihatinkan. Untuk itu perlu ada gerakan revitalisasi.
Data BPS 2020, jumlah penggilingan padi berdasarkan kapasitas terpasang sebanyak 169.789 unit. Penggilingan padi kecil sebantak 161.401 unit atay 95 persen, penggilingan padi menengah sebanyak 7.332 unit (4,32 persen) dan penggilingan padi besar 1.056 unit (0,62 persen).
Penggilingan padi yang mampu memproduksi beras premium hanya penggilingan skala menengah dan skala besar. Untuk itu, perlu ada gerakan revitalisasi penggilingan padi agar mutu beras dalam negeri meningkat.
Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Suwandi mengatakan, pemerintah berupaya memperbaiki kualitas mutu produksi beras di dalam negeri. Salah satunya dengan membenahi penggilingan padi skala kecil.
Karena itu Suwandi mengapresiasi jika ada kelompok tani yang mampu membuat bak dryer sebagai salah satu kelengkapan RMU (rice milling unit). Misalnya yang dilakukan Sutrisno, Ketua Gapoktan Tani Makmur, Ngawi dan Edi Narwanto, pemilik UD Sari Agung, Sragen.
“Jika kita bisa bikin sendiri, mengapa harus membeli?” kata Suwandi saat Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Revitalisasi Penggilingan Padi untuk Meningkatkan Mutu Produksi yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani bekerjasama dengan Ditjen Tanaman Pangan di Jakarta, Rabu (11/5).
Karena itu Suwandi pun berharap, petani atau gapoktan lain bisa melakukan hal yang sama, karena biayanya lebih murah. Seperti yang dilakukan Gapoktan Tani Makmur, total investasi pembuatan bak dryer dengan kapasitas maksimal 20 ton hanya Rp 250 juta. Sedangkan investasi veritical dryer maksimal 10 ton mencapai Rp 1 miliar.
BACA JUGA:
Revitalisasi-Penggilingan-Padi-Berapa-Dana-yang-Dibutuhkan-Pelaku-Usaha
Revitalisasi-RMU-Pelaku-Penggilingan-Padi-Bisa-Gunakan-KUR
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Gatut Sumbogodjati menambahkan, untuk mendukung aspek pengolahan beras, pihaknya meluncurkan bantuan pengering dryer dan penggilingan padi. Selama periode 2017-2022 ada sebanyak 971 unit vertical dryer padi dan 332 rice milling unit.
“Bantuan ini kita berikan kepada kelompok tani yang melakukan usaha penggilingan padi,” katanya. Namun melihat jumlah penggilingan padi kecil yang ada, bantuan yang pemerintah berikan sangat kecil atau hanya 0,8 persen. Jadi alternatif untuk membantu penggilingan padi tidak hanya APBN, tapi melalui sumber pembiyaan KUR (Kredit Usaha Rakyat).
Selama periode 2020-2022, KUR tanaman pangan yang telah dikucurkan sebanyak Rp 887,82 miliar dengan jumlah debitur 18.337. Namun diakui, kebanyakan KUR untuk usaha penggilinan padi tersebut cenderung untuk modal usaha pembelian gabah, bukan untuk perbaikan penggilingan padi.
Selain itu, pemerintah juga memberikan bantuan untuk melengkapi kondisi penggilingan padi skala kecil. Selama periode 2017-2021 sebanyak 35 unit colour sorter, gudang packing 307 unit, husker polisher 132 unit.
“Kebijakan lain yang kami lakukan adalah pembinaan kepada pelaku usaha untuk memperbaiki kualitas dan mengenalkan produk dengan QR Code. Dengan adanya QR Code, bisa diketahui,” katanya.
Revitalisasi suatu Keharusan
Sementara itu Ketua Umum DPP Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras (Perpadi), Sutarto Alimoeso menegaskan, revitalisasi penggilingan padi merupakan keharusan. Meski kini sudah berjalan, tapi ia menilai masih sangat lambat, sehingga perlu terobosan baru.
“Bicara revitalisasi, pertanyaan adalah bagaimana keadaan perberasan saat ini? Bagaimana kondisi penggilingan padi di Indonesia? Kenapa harus direvitalisasi?” kata mantan Dirut Perum Bulog tersebut.
Dengan produksi beras yang fluktuasi, menurut Sutarto, sehingga perlu penanganan beras secara tepat. Untuk itulah, peran penggilingan padi sangat penting. Sayangnya mantan Dirjen Tanaman Pangan ini melihat, kondisi penggilingan padi skala kecil masih banyak menghadapi masalah.
Penggilingan padi kecil umumnya memilik keterbatasan manajemen, teknologi, peralatan, sulit mengakses permodalan dan pasar. Kualitas beras yang dihasilkan ungkap Sutarto juga masih rendah medium minus (beras glosor, beras sayur dengan tingkat broken di atas 25 persen) dan tidak seragam.
Namun dengan keterbatasan tersebut, Sutarto menilai, penggilingan padi memiliki fungsi sosial. Karena itulah dalam revitalisasi penggilingan padi kecil, ia berharap pemerintah tidak mendorong pembangunan penggilingan padi baru, tapi memperbaiki peralatan yang ada penggilingan padi skala kecil tersebut.
“Perlu dukungan dalam revitalisasi penggilingan padi kecil. Tidak cukup dengan bantuan yang sifatnya gratis, tapi harus ada pendampingan dan memberikan fasilitas agar mereka mampu mengakses permodalan dan pasar dengan mudah, murah dan tepat sasaran,” katanya. Dengan demikian lanjut Sutarto, penggilingan padi kecil dapat meningkatkan rendemen dan beras broken bisa diturunkan.
Sementara itu pemilik usaha Penggilingan Beras (PB) Karya Mulya, Sragen, Anas Hivied Handoko juga mengakui, ketersediaan alat produksi yang lengkap menjadi kendala bagi pelaku usaha penggilingan skala kecil. Karena itu, ada beberapa hal yang perlu dipehatikan dalam revitalisasi penggilingan padi.
Pertama, apa tujuan revitalisasi padi. Kedua, ada tiga pilar revitalisasi penggilingan padi yakni bidang teknologi, kelembagaan dan permodalan/pembiayaan. “Mengapa revitalisasi penggilingan padi penting? Tujuannya tidak lain untuk memperbaiki kinerja penggilingan padi kecil, khususnya meningkatkan hasil produksi,” katanya.
Bagi Sobat Sinar Tani dan Propaktani yang ingin mendapatkan materi kegiatan BTS Revitalisasi Penggilingan Padi untuk Meningkatkan Mutu Produksi bisa diunduh di link bawah ini atau melihat siaran ulang bisa di SINTA TV.
Link Materi : Klik Disini !!!