TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Kredit Usaha Rakyat (KUR) ibarat oase bagi petani di tengah semakin minimnya anggaran bantuan pemerintah. Sejak diluncurkan, ternyata KUR mendapat respon positif dari pelaku usaha sektor pertanian. Terlihat dari serapan yang terus meningkat tiap tahun.
Data Direktorat Pembiayaan, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian, pada tahun 2020 pelaku usaha pertanian yang mengakses KUR mencapai 1,9 juta debitur dengan realisasi kredit Rp 55,30 triliun (110,62 persen) dari target Rp 50 triliun.
Pada tahun 2021 mencapai 2,6 juta debitur dan realisasi kredit Rp 85,61 triliun (122,31 persen) dari target Rp 70 triliun. Bahkan pada tahun 2022 dengantarget Rp 90 triliun dan hingga sekarang sudah terealisasi hingga kini sudah mencapai Rp 90,8 triliun.
Dirjen PSP, Ali Jamil saat Webinar KUR: Solusi Permodalan Di Tengah Krisis Pangan Global yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani di Jakarta, Rabu (19/10) mengatakan, dengan tingginya penyaluran KUR dan terbukti sangat membantu permodalan petani dan pelaku usaha pertanian selama pandemi Covid-19, pemerintah akan merelaksasi bunga KUR yang sebelumnya 6 persen menjadi 3 persen.
“Penyaluran KUR ini memang perlu dikawal bagaimana pemanfaatannya, karena KUR bisa dimanfaatkan untuk kegiatan on farm dan off farm, serta kegiatan yang uga mendukung pekerjaan on farm dan off farm,” katanya.
Direktur Pembiayaan, Ditjen PSP, Indah Megahwati menambahkan dengan adanya KUR akan menjamin ketersediaan pangan, peningkatan produksi dan ketahanan pangan Indonesia. Pada tahun 2022, realisasi KUR sudah mencapai Rp 90,8 triliun atau melampaui target sebesar Rp 90 triliun. Padahal pada Oktober lalu, realisasinya baru Rp 50 triliuun.
“Artinya penyaluran KUR sudah lebih dari 100 persen. Kita harapkan Desember akan meningkat lagi dan dukungan perbankan bisa membantu meningkatkan penyaluran,” katanya.
Penyaluran KUR melalui off taker dan mekanisme klasterisasi diakui Indah membuat realisasi naik cukup tinggi. Apalagi kemudian cara tersebut mendapat dukungan dari perbankan yang menjadi anggota Himbara.
“Kita inginkan ke depan ada kebijakan perbankan yang tidak biasa-biasa saja dalam penyalur KUR,” tegasnya. Namun demikian, Indah kembali mengingatkan, KUR bukan bantuan dari pemerintah, tapi merupakan bentuk pembiayaan.
Sementara itu Asisten Deputi bidang Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis, Kementerian Perekonomian, Ismariny mengatakan, secara nasional plafon KUR pada tahun 2022 meningkat menjadi Rp 373,14 triliun. Nilai tersebut naik dari sebelumnya hanya Rp 250 triliun.
Data Kemenko Perekonomian, perinciannya KUR Super Mikro Rp 21,19 triliun, KUR Mikro Rp 239,21 triliun, KUR kecil Rp 112,35 triliun dan KUR TKI sebanyak 0,39 triliun. “Untuk meningkatan penyaluran pemerintah melakukan relaksasi kebijakan KUR,” kata Ismariny.
Misalnya, perubahan plafon KUR mikro (tanpa agunan tambahan) yang sebelumnya di atas Rp 10-50 juta menjadi diatas Rp 10-100 juta. Pemerintah kata Ismariny, juga melakukan perubahan untuk KUR khusus/klaster tanpa pembatasan akumulasi plafon untuk sektor produksi (non perdagangan) dan subsidi bunga sesuai dengan jenis KUR.
“Tahun depan, akan ada relaksasi dengan bunga KUR 3 persen. Relaksasi menjadi penting untuk ke depannya agar program Taksi Alsintan bisa berjalan lebih lancar lagi. Apalagi pendekatan sektor pertanian berubah tidak lagi bantuan, tapi sebagai usaha melalui subsidi pemerintah,” tuturnya.
KUR Alsintan
Salah satu yang kini pemerintah dorong penyerapan KUR-nya adalah untuk pengadaan alat mesin pertanian (alsintan). Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu meluncurkan KUR untuk Taksi Alsintan di Gresik, Jawa Timur. “Program KUR Taksi alsintan ini adalah bagaimana kita memanfaatkan KUR untuk meningkatkan kapasitas pemanfaatan alsintan,” kata Ali Jamil.
Saat ini ia mengakui, level mekanisasi pertanian masih sangat rendah hanya 2,1 HP/ha. Padahal negara lain, termasuk Malaysia dan Thailand level mekanisasinya masing masih sudah 2,4 HP/ha. Bahkan Negara AS sudah mencapai 17 HP/ha dan Jepang 16 HP/ha.
“Level mekanisasi kita masih jauh dibawah negara-negara maju. Sekarang ini adalah bagaimana meningkakan produksi melalui berbagai cara, tidak hanya di on farm, tapi juga panen dan pasca panen,” ujarnya.
Indah Megahwati menegaskan, dengan kemampuan anggaran APBN semakin terbatas, pemerintah kini mendorong pengadaan alsintan menggunaan sumber komersial yakni KUR Taksi Alsintan. “Ini pekerjaan yang harus sama-sama dilakukan. KUR taksi alsintan ini, berbagai pihak saling keterkaitan. Jadi tidak bisa berdiri sendiri,” ujarnya.
Untuk membantu petani dan pelaku usaha menyerap KUR, Indah menjelaskan, pihaknya berusaha agar bunga KUR diturunkan dari 6 menjadi 3 persen dan uang muka pembelian alsintan hanya 10 persen yang dibantu penyedia jasa alsintan. Saat ini yang sudah berjalan dengan PT Corin, Bank Sumsel Babel dan Bank BNI. “Mekanisme pembayarannya setelah panen,” ujarnya.
Sementara itu, Azie Mega Poetra, Asisten Vice President Divisi Bisnis Usaha Kecil dan Program BNI mengatakan, pihaknya saat ini sudah menyalurkan KUR senilai Rp 26,5 triliun untuk 220 ribu petani. Dari seluruh penyaluran KUR tersebut, sektor pertanian masih unggul nomor dua dengan serapan Rp 7,5 triliun. Bahkan sektor pertanian memilik nasabah terbesar, tahun ini hingga September mencapai Rp 142 ribu debitur.
"Dalam empat tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan penyaluran KUR Sektor Pertanian sebesar 27,25 persen dan jumlah debitur sebesar 54,50 persen,” katanya. Bahkan lanjut Azie, pihaknya kini focus untuk penyaluran KUR pertanian. Setidaknya ada delapan klaster yang siap dibiayai BNI yakni, jagung, padi, sawit, tebu, jeruk, porang, kopi dan tanaman hias.
Data BNI penyaluran KUR padi sebanyak Rp 1,56 triliun dengan nasabah 50.685 debitur, jagung Rp 547,31 miliar (18.842 debitur), sawit Rp 1,73 triliun (9.225 debitur), tebu Rp 1,06 triliun (10.291 debitur), jeruk Rp 117,53 miliar (1.958 miliar), kopi Rp 422,96 miliar (11.685 debitur), tanaman hias Rp 6,67 miliar (50 debitur) dan porang Rp 3,9 miliar dengan 133 debitur.
Untuk penyaluran KUR alsintan, Azie mengatakan, hingga kini sudah sebanyak Rp 51,16 miliar dengan 152 debitur. KUR tersebut untuk pembelian combine harvester sebanyak 127 debitur dan traktor 25 unit. “Alsintan tersebut saat ini yang paling banyak digunakan petani,” ujarnya.
Azie mengatakan, dalam program KUR Alsintan pihaknya sudah bekerjasama dengan beberapa penyedia alsintan yakni PT. Corin Mulia Gemilang dengan merek Maxxi. Sedangkan dengan produsen alsintan lain hingga kini masih dalam progres. “Dalam kerjasama ini, kami tidak ingin penyedia alsintan menjual lepas ke petani. Karena itu ada beberapa persyaratan yang harus disepakati,” ujarnya.
Sementara itu Direktur PT. Corin Mulia Gemilang, Hari Prabowo mengatakan, kebutuhan alsintan semakin banyak, baik ekstensifikasi maupun intensifikasi dengan banyak petani mulai menggunakan alsintan. Disisi lain, pendanaan pemerintah untuk pengadaan alsintan terbatas dan nilainya cukup mahal. Misalnya untuk combine harvester saja mencapai Rp 485 juta.
Karena itu Hari melihat usaha jasa alsintan layak secara bisnis, sehingga perlu terobosan dalam pendanaan. “Usaha taksi alsintan ini menjadi peluang usaha baru, sehingga KUR Alsintan bisa membantu permodalan,” katanya. Pemerintah juga telah menyiapkan paket usaha Taksi Alsintan. Tertarik bisnis Taksi Alsintan?
Bagi Sobat Sinar Tani yang telah mengikuti webiar dan ingin mendapatkan materi dan e sertifikat bisa diunduh di link bawah ini.
Link Materi : Materi Webinar KUR
Link E Sertifikat : E Sertifikat Webinar KUR
E Sertifikat Webinar KUR Berdasarkan Nomor Urut