Mendengar kata sentra bawang merah, banyak orang akan langsung berpikir Kabupaten Brebes. Itu tidak salah. Kabupaten yang berada di Pantai Utara tersebut selama ini memang terkenal sebagai sentra produksi bawang merah.
Meski kini banyak berkembang sentra bawang merah lainnya yakni Cirebon dan Majalengka, tapi posisi Brebes sulit tergoyahkan. Masih terbatasnya sentra bawang merah membuat harga komoditi tersebut mudah bergejolak.
Bawang merah menjadi salah satu komoditi yang mendapat perhatian besar pemerintah. Gejolak harga bawang merah yang kerap terjadi membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membahas secara khusus pada pertemuan menteri kabinet Indonesia bersatu jilid dua di Bukittinggi, Oktober lalu.
Sebagai tindak lanjut pertemuan tersebut, Kementerian Pertanian lalu menetapkan aksi yang dikenal dengan Aksi Bukittinggi. Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah pengembangan kawasan bawang merah seluas 1.300 ha, pemasyarakatan benih bawang merah bermutu, Sekolah Lapangan Pengelolaan Hama Terpadu (SL-PHT) sebanyak 108 unit dan fasilitasi pertanaman bawang merah di sentra produksi.
Sentra Bawang di Kalimantan
Di tengah upaya pemerintah menggenjot produksi bawang merah di sentra produksi khususnya di Pulau Jawa, ternyata Pulau Kalimantan menyimpan potensi besar sebagai pemasok komoditi tersebut. Lahan gambut yang banyak terhampar di Kalimantan bisa disulap menjadi sentra bawang merah.
Hasil uji coba di Kalimantan Tengah melalui program pengembangan kawasan bawang merah (Juni-November 2013) seluas 35 ha yang berlokasi di agroekosistem lahan gambut dan pasir kuarsa, Kota Palangkaraya, terbukti budidaya bawang merah cukup menjanjikan. Produktivitasnya juga tak kalah dengan tanaman yang berada di Brebes.
Peneliti dan Koordinator Program di Balai Penelitian Sayuran (Balitsa), Darkam Musadda mengatakan, hasil uji coba penanaman bawang merah di lahan gambut, produktivitas varietas Sembrani 8,7 ha per ton. Sedangkan yang lainnya yakni, Bima Brebes 7,2 ton per ha, Maja Cipanas 7,3 ton per ha, Trisula 4,7 ton per ha dan Manjung 4,4 ton per ha.
Ada dua varietas yakni Katumi yang hanya menghasilkan 2,1 ton per ha dan Mentes 1,1 ton per ha. Artinya dua varietas ini tidak begitu adaptif untuk lahan gambut. “Tanamannya menjadi kerdil, sehingga umbinya kecil-kecil,” kata Darkam.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Litbang Pertanian, Prama Yufdi mengakui, dari hasil uji coba tujuh varietas bawang merah di lahan gambut terbukti ada yang cocok dan tahan, tapi ada juga yang tidak cocok dan rentan terhadap iklim basah.
“Varietas Sembrani menunjukkan pertumbuhan yang baik dan toleran terhadap iklim basah,” katanya. Yang lainnya adalah Bima, Maja Cipanas, Trisula dan Manjung. Artinya varietas tersebut hasil dari Badan Litbang Pertanian ini berpotensi untuk dapat dikembangkan, terutama pada pertanaman musim hujan di lahan gambut.
Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066
Editor : Ahmad Soim