Sabtu, 19 April 2025


Tingkatkan Produktivitas Lahan

23 Apr 2014, 15:09 WIBEditor : Nuraini Ekasari sinaga

Direktur PT. Bahagia Jaya Sejahtera, Surizal

Peran industri mekanisasi pertanian sangat penting bagi pengembangan UPJA di Indonesia. Sejauh mana peran tersebut, berikut ini wawancara Sinar Tani dengan Direktur PT. Bahagia Jaya Sejahtera, Surizal.

Bagaimana peran industri alsintan mendukung mekanisasi pertanian di Indonesia?

Peran industri alsintan tentu saja sangat penting, apalagi Indonesia daerah agraris. Misalnya, pada tahun 2013, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian mengadakan 154 unit mesin chopper. Semua itu dari kami. Bahkan kini sudah ada di delapan provinsi yakni, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, Lampung, Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Pada tahun 2012, kami bekerjasama juga dengan FAO untuk pengadaan pompa air. Kami juga sering mengikuti berbagai pameran maupun event, dalam dan luar negeri, untuk lebih mensosialisasikan alsintan ini.

Adakah pembinaan ataubimbingan dari industri alsintan kepada petani?

Ada. Kami sering memberikan pelatihan-pelatihan alsintan dan juga ada mahasiswa-mahasiswa bidang pertanian yang melakukan studi banding. Pada tahun 2013 kami menerima kuliah kerja nyata dari Universitas Mataram, NTB. Selain itu juga pernah Dinas Perindustrian Bekasi mempunyai program untuk kelompok binaannya, berupa pelatihan membuat alat kompos. Kami juga yang memberikan pelatihan kepada mereka yang magang sampai praktek selama 3 bulan. Jadi kami berikan training mulai dari pembuatan sampai bagaimana cara memperbaiki bila terdapat kerusakan.

Bagaimana pendapat Anda terhadap program pemerintah dalam pengembangan/pemberian bantuan alsintan kepada petani melalui UPJA?

UPJA menurut kami sangat bagus program pemerintah ini. Saran kami harus tepat sasaran dan terdapat personil-personil yang betul-betul tahu teknis, seperti di balai-balai mekanisasi pertanian. Perlu adanya sinergi antara UPJA Kementerian Pertanian dengan Kementerian Perindustrian, karena menyangkut masalah teknis. Hal-hal seperti ini kami harapkan jangan “dipolitisasi” sehingga mengganggu sinergi. Juga peran serta media untuk mensosialisasikannya.

Apa harapan dan usulan kepada pemerintah terkait program mekanisasi pertanian di Indonesia?

Dalam pemberian bantuan tersebut harus melihat kondisi alam di wilayahnya masing-masing. Harus ada survey dengan melibatkan penyuluh/PPL. Sebab mereka yang paling tahu kebutuhan petani di daerahnya. Contoh seperti dulu zaman Orde Baru, UPT di daerah itu “hidup”. Dinas hanya sebagai perantara, tinggal bertanya berapa banyak alsintan dan jenisnya apa saja yang dibutuhkan. Misalnya pompa air, jangan sampai daerah yang sering dilanda kekeringan malah tidak dapat bantuan, sedangkan daerah yang banyak airnya malah pompanya banyak. Ini kan tidak tepat sasaran. Jadi harus sinkron antara UPT, Dinas dan Pusat. Contoh program dari Kementerian Perindustrian, menurut saya mereka bagus karena ada survey dan studi kelayakannya.

Hal lainnya yang menurut Anda perlu pemerintah perhatikan?

Yang terpenting lagi adalah purna jualnya, agar petani tidak rugi. Ini pemerintah harus sangat jeli. Jangan hanya melihat spesifikasi alsintannya. Jangan sampai ketika terjadi sesuatu pada alat, perusahaan alsintan tersebut nomor telponnya tidak bisa dihubungi. Harus dicermati apakah perusahaan tersebut memiliki ISO dan SNI, Test report masing-masing mesin. Alsintan juga harus ada garansinya, ada manual book dan lain sebagainya. Alsintan kami secara umum bergaransi satu tahun, namun tergantung daerahnya juga, misalnya yang jauh seperti di Papua ada pertimbangan tersendiri. Dalam mendesain dan membuat mesin, kami memperhitungkan juga analisis usaha jangan sampai petani merugi.

Usulan Anda kepada pemerintah?

Usulan kami selanjutnya, berdasarkan pengalaman di lapangan, adalah ada surat pernyataan (Surat Uji Coba dan Pelatihan) dari kelompok tani yang menerima bantuan mesin. Ada tanda tangan dari penerima mesin dan operatornya. Dengan demikian, mereka betul-betul memanfaatkan mesin tersebut, jangan dibiarkan saja.Bila ternyata tidak dimanfaatkan dengan baik, maka dalam jangka waktu tertentu, misalnya 3 bulan, alsintan tersebut bisa dialihkan ke kolompok lain supaya tidak “mubazir”. Operator di lapangan juga harus capable, tidak sering berganti-ganti orang yang akhirnya menyulitkan kelompok tani itu sendiri.  Setiap mesin yang diberikan harus ada semacam surat kontrak, jadi jangan semata-mata bersifat “cuma-cuma”, supaya ada tanggungjawab dari kelompok yang diberikan bantuan.

Wilayah Indonesia sangat luas, bagaimana menurut Anda dalam pengembangan alsintan dinegara kita?

Yang perlu mendapat perhatian adalah daerah-daerah perbatasan dengan negara tetangga. Mereka sangat membutuhkan dukungan pemerintah. Harus bekerjasama dengan swasta. Tiap daerah sebaiknya dibuatkan “training center” khusus alsintan. Contoh ada di Koba, Pangkal Pinang, ada training center sabut kelapa. Ini kan sangat bagus sehingga petani pun semakin cerdas. Echa

Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066

Editor : Julianto

BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018