Sektor pertanian tengah menghadapi ujian berat. Upaya pemerintah menggenjot peningkatan produksi pangan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri tak semudah membalikkan telapak tangan. Bukan hanya faktor internal di pertanian itu sendiri, faktor eksternal juga banyak berpengaruh.
Pada RPJMN tahap kedua (2010-2014), pemerintah menetapkan pertanian tetap memegang peran strategis dalam perekonomian. Peran tersebut melalui kontribusi dalam penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan, bioenergi, penyerapan tenaga kerja, sumber devisa negara, sumber pendapatan dan pelestarian lingkungan.
Ambil satu contoh peran strategis yakni pemenuhan kebutuhan pangan. Upaya inipun tidak ringan. Apalagi jumlah penduduk Indonesia mencapai 250 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% per tahun. Sementara tingkat konsumsi beras 102 kg/kapita/tahun.
Karena itu pemerintah melalui Kementerian Pertanian menetapkan target swasembada beras, jagung, kedelai, daging sapi dan gula. Namun Menteri Pertanian, Suswono mengakui, meski dua komoditi seperti padi dan jagung telah berhasil mencapai swasembada.
“Tapi kenyataannya belum menjamin kemampuan individu di tingkat rumah tangga untuk dapat memperoleh bahan pangan dalam jumlah cukup,” katanya dalam acara Dies Natalis Universitas Sebelas Maret, Surakarta, beberapa waktu lalu.
Meski pembangunan pertanian menghadapi tantangan yang tidak ringan, tapi menurut Suswono, selama periode 2004-2013, pembangunan pertanian mencatat berbagai keberhasilan. Salah satunya, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras tahun 2007, serta swasembada jagung tahun 2009.
Mantapnya produksi beras yang merupakan pangan utama dalam negeri sangat membantu menstabilkan harga pangan. “Hal itu membuat Indonesia bisa terhindar dari krisis pangan yang melanda banyak negara. Padahal pada saat krisis keuangan global, harga komoditas pangan meningkat, termasuk di negara-negara produsen,” katanya.
Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066
Editor : Ahmad Soim