TABLOIDSINARTANI.COM – Meskipun pekerjaan mayoritas masyarakatnya petani dan nelayan, masih banyak lahan sawah yang dimilikinya dibiarkan tidak ditanami padi.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau membuat demplot selama lima tahun terakhir untuk mengenalkan kepada mereka paket inovasi teknologi sempurna yang bisa menghasilkan padi 6 ton per ha di lahan masam.
Pendampingan usaha tani di kampung Poyotomo dan Parit Bugis Kabupaten Bintan Kepulauan Riau dilakukan BPTP Kepri mulai dari perlakuan benih (seed treatment), pencucian lahan, persemaian, penanaman, pemupukan, pengendalian Hama Penyakit Tanaman (HPT), dan panen.
Demplot dan pendampingan paket teknologi budidaya padi sawah berlahan masam dilakukan BPTP Kepri secara terus menerus sejak tahun 2015 dengan perbaikan teknologi setiap tahun. Diawali dengan pengenalan varietas unggul padi Balitbangtan (tahun-1), pendampingan inovasi teknologi (tahun-2 sd tahun ke-3) dan tahun-4 melakukan beberapa perbaikan komponen teknologi budidaya padi, sehingga mendapatkan hasil lebih optimal.
Kepala BPTP Balitbangtan Kepulauan Riau Dr. Ir. Sugeng Widodo, MP mengatakan permasalahan utama budidaya padi di lahan sawah Kepri adalah ketersediaan benih bermutu. Kebanyakan masih menggunakan varietas lokal, kalaupun menggunakan varietas Balitbangtan tidak terjamin sertifikasinya. “Hal inilah yang menyebabkan produktivitas padi sawah belum optimal/masih rendah,” ungakapnya.
Ketergantungan benih bermutu menurutnya harus segera diatasi secara mandiri oleh Provinsi Kepri, karena bila mengandalkan dari luar wilayah Kepri, sangat mahal biaya transportasinya. Permasalahan lainnya terkait dengan komponen teknologi adalah pengelolaan lahan dari keracunan Fe. Oleh sebab itu pencucian lahan terutama pengelolaan manajemen air menjadi prioritas teknologi yang harus dikuasai petani.
Melalui asupan paket teknologi sempurna ini, produksi padi sawah di Kabupaten Bintan dengan menggunakan varietas inpara 2 sebesar 6 ton/ha dan inpara 3 sebesar 4 ton/ha.
Pengembangan budidaya padi sawah di Kabupaten Bintan jelas Kepala BPTP Kepri secara perlahan menunjukan harapan dengan pertambahan luas pertanaman oleh petani.
Keberhasilan pengembangan budidaya padi dengan pertambahan luas tanam berkat kerja bersama BPTP Kepulauan Riau, Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Bintan, Petani, Penyuluh, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kesehatan Hewan.
“Inovasi teknologi budidaya padi sawah yang telah diterapkan dan akan terus dilaksanakan perbaikan teknologi sesuai perkembangan di lahan petani,” tambahnya.
Inovasi teknologi budidaya padi sawah Kabupaten Bintan meliputi, pertama, pengolahan tanah pada musim pertama dilaksanakan dengan tanpa olah tanah (TOT) dan musim kedua olah tanah dangkal. Pada musim pertama pengolahan lahan dengan (TOT) pada lahan bukaan baru meliputi tebas, pembersihan, pengairan, pengeringan, pemupukan dasar dan penaburan dolomite/kapur, penyemprotan herbisida. Pengairan selama 7 hari dan dikeringkan 2-3 hari dikeringkan diulang selama 3 kali; lalu dikeringkan 3 hari, dibiarkan beberapa hari, agar terjadi proses fermentasi untuk membusukkan sisa tanaman.
Pemberian pupuk organik dilaksanakan setelah satu bulan pencucian lahan (kering basah) kondisi tanah sudah macak-macak. Setelah musim kedua pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan olah tanah dangkal hand traktor “kura-kura bahasa petani”. Perlakuan lainnya sama dengan TOT.
Kedua, persiapan lahan persemaian dimulai dengan membuat bedengan dengan lebar 1,0 – 1,2 m dan panjang sekitar 20 m. Luas persemaian untuk 1 ha lahan adalah 400 m2 (atau 4 ?ri luas tanam), dan drainase harus baik serta ditambah pupuk kandang/kompos serta sedikit kapur. Persemaian dilakukan ± 15 hari sebelum tanam. Persemaian dilakukan pada lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah.
Ketiga, penyemaian benih dilakukan perendaman benih terlebih dahulu. Perendaman tergantung tebal tipisnya kulit gabah, kulit gabah tipis direndam selama 24 jam sedangkan kulit gabah tebal selama 48 jam. Perendaman benih ini bertujuan untuk mensortir benih padi yang hampa serta untuk memacu pertumbuhan kecambah.
Setelah direndam selama 24 jam benih kemudian ditiriskan, kemudian dicampur dengan fungisida (seed treatment) selanjutnya dibungkus rapat (peram) selama satu malam (12 jam). Benih padi yang berkecambah kemudian disebar di persemaian secara hati-hati dan merata. Hal ini bertujuan agar benih yang tumbuh tidak saling bertumpukan. Pemupukan dan pengendalian hama penyakit persemaian dilakukan setelah ± bibit berumur 1 minggu dengan jumlah pupuk 6 kilo gram NPK dan 2 kg karbufuran, lebih sempurna lagi bila dilakukan penyemprotan dengan pestisida virtako.
Keempat, penanaman bibit berumur 19 hari setelah semai dengan dua varietas padi Balitbangtan. Pola tanam yang diterapkan yaitu jajar legowo 2 : 1, legowo 4 : 1 dengan jarak tanam 25 cm per tanaman. Penanaman bibit padi 1 – 3 batang per lubang tanam, tergantung kondisi lahan dan OPT yang dominan.
Kelima, pemupukan dasar dilakukan dengan pupuk kandang sebanyak 2.000 sd 3.000 kg/ha diberikan pada dua minggu sebelum tanam. Pemupukan pertama saat padi berumur 7 hari setelah tanam (HST) dengan dosis pupuk SP36 (150 kg/ha), urea 100 (kg/ha), KCl (50 kg/ha) ditambah Karbufuran (8 kg/ha); pemupukan kedua empat minggu setelah tanam (28 HST) dengan dosis pupuk, Urea (100 kg/ha) dan KCL (50 kg/ha), kemudian pemupukan ketiga pada umur padi 7 minggu setelah tanam (49 HST) dengan dosis pupuk sebesar Urea (100 kg/ha) dan KCL (50 kg/ha).
Keenam, pengairan sawah dengan menggunakan sistem intermitten drainase. Pertama pada 1-5 HST dibiarkan kering selama 5 hari agar perakaran kuat; kedua lahan sawah diairi dengan waktu 5-10 HST (selama 5 hari), setelah itu dikeringkan selama 4 hari untuk pemupukan pertama setelah tanam; masukan air selama 7 hari keringkan 2-4 hari lakukan sampai pemupukan ketiga. Saat bunting dan pengisian bulir air dibiarkan tergenang untuk mendukung pengisian bulir, akan tetapi apabila hujan berturut-turut (3-4 hari) agar dikeringkan silahkan diulangi sampai bulir terisi merata. Setelah bulir terisi merata dengan buntut malai padi sudah mulai kuning air dikeringkan (khusus dari kampung Poyotomo Desa Sri Bintan curah hujan tinggi dan jenis tanah rawa kering). Menjelang 15 hari sebelum panen agar air dikeringkan untuk membantu percepatan pematangan padi sawah.
Ketujuh, penyiangan dilaksanakan menggunakan tiga cara yaitu: 1). Penyiangan manual; 2). Penyiangan cara Mekanis; dan 3). Penyiangan dengan menggunakan Herbisida. Pada umumnya petani di Bintan melakukan penyiangan gulma dengan tangan kosong atau tanpa alat bantu dan menggunakan herbisida selektif. Penyiangan dengan tangan hanya efektif untuk gulma-gulma yang semusim atau dua musim. Pengendalian gulma menggunakan herbisida harus memperhatikan ketepatan seperti jenis herbisida, dosis, waktu aplikasi, dan sasaran.
Kedelapan, beberapa jenis hama yang menyerang padi yaitu penggerek batang, orong-orong, hama putih palsu, sundep, tikus dan beluk; sedangkan penyakit yang menyerang adalah jamur yang menyerang pelepah dan daun. Pencegahan pertama adalah dengan menggunakan seed treatmen pada benih, penggunakan pestisida sistemik berbentuk karbufuran pada saat persemaian, dan pemupukan pertama dan kedua setelah tanam. Pengendalian menggunakan pestisida dan fungisida dilakukan setelah terdeteksi dipertanaman ada serangan hama dan penyakit.
Kesembilan, panen dilakukan pada saat pertanaman sudah matang optimal, agar mencegah kerusakan dan kehilangan hasil seminimal mungkin, yakni bila bulir padi sudah cukup dianggap masak. Panen dilaksanakan dengan menggunakan alat mesin perontok padi milik kelompok tani.