Sabtu, 14 Desember 2024


Hasilkan Bibit Apel Okulasi, Belajarlah dari Haryanto

31 Jul 2021, 15:35 WIBEditor : Yulianto

Haryanto di lokasi pembibitan tanaman apel | Sumber Foto:Soleman

TABLOIDSINARTANI.COM Malang ---Apel menjadi ikon Kota Malang dan Kota Batu. Karena itu ketika medengar apel Indonesia, pasti yang terpikir adalah dua daerah tersebut. Bahkan di wilayah Kota Batu banyak terdapat wisata petik buah apel.

Sebagai sentra apel, di Kota Batu juga ditunjang keberdaan Lembaga Penelitian Hortikultura yang giat meneliti pembentukan pohon, pemeliharaan buah dan perbanyakan tanaman apel secara vegetatif. Tanaman apel dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan generatif.

Adalah Haryanto pemilik usaha pembibitan berbagai jenis tanaman ini masih mengembangkan apel sebagai komoditas yang tetap terjaga keberlangsungannya. Dalam membuat pembibitan, Haryanto memilih yang bagus dengan cara split atau memisahkan anakan dari indukan di dekat pohon, kemudian dipindahkan ke polibag. Jika sudah terlihat mulai subur dipelihara terus.

“Kalau umur tergantung baik tidaknya bisa dilihat. Ada juga kadang dengan mencangkok atau stek batang, tapi hasilnya kurang bagus cepat mati apabila dipindahkan, teknik menunduk juga bisa dilakukan juga tapi masih kalah bagus dengan split akar yang alami dari indukannya,” tuturnya.

Penyediaan Batang Bawah

Haryanto menjelaskan, perbanyakan  dengan cara okulasi perlu adanya batang bawah. Ciri-ciri batang yang baik biasanya berwarna coklat kehitaman, kuat, kokoh, percabangannnya banyak dan cepat membentuk percabangan baru. Daun bergerigi halus berbentuk bulat panjang meruncing, keadaan daun kaku. Sedangkan buahnya kecil-kecil berbentuk bulat berwarna hijaun rasanya masam. Perakaran banyak dan cepat membentuk perakaran baru, serta tahan hama penyakit.

Untuk penyediaan batang bawah kata Haryanto, dapat diperbanyak dengan merundukkan cabang/batang ditanah, memisahkan anakan atau demham stek/turus. Merundukkan cabang atau batang di tanah akan menghasilkan bibit lebih banyak, karena pelengkungan horizontal menyebabkan tunas-tunas samping tumbuh disepanjang cabang. “Caranya, tanaman apel direbahkan tanpa merusak akar, mendatar dengan tanah,” ujarnya.

Tapi Haryanto mengingatkan, sebelumnya tanah dibawahnya digemburkan terlebih dahulu, cabang-cabang dilekatkan diatas tanah dengan menggunakan kaitan bambu yang dilekatkan ditanah. Kemudian cabang-cabang ditutup tanah kira-kira setebal 1 cm dan tebal tanah berangsur ditambah sesuai pertumbuhan tunas-tunas samping. Sesudah tunas-tunas samping berakar cukup kuat dibagian bawahnya baru dipisahkan dengan memotong cabangnya,” katanya.

Perbanyakan batang bawah dengan cara memisahkan anakan-anakan yang tumbuh disekitar pohon induknya, menurut Haryanto, dapat dirangsang tumbuhnya dengan memotong pohon induk beberapa centimeter di atas tanah. Tonggak pohon induk ditimbun tanah, sehingga akan tumbuh tunas-tunas sebagai anakan disekitarnya. Anakan-anakan sebaiknya dibiarkan tumbuh sampai akarnya cukup kuat untuk dipisahkan,”sarannya.

Penyiapan bayang bawah juga bisa dengan cara stek. Usaha untuk memperbaiki perakaran stek dilakukan dengan zat pengatur tumbuh. Caranya dengan menempelkan pangkal stek ke dalam zat pengatur tumbuh, setelah lebih dulu dicelupkan pangkal stek ke dalam larutan zat pengatur tumbuh.

Lama pencelupan tergantung dari kekentalan larutan zat pengatur tumbuh yang digunakan. Setelah menggunakan zat pengatur tumbuh, stek ditanam dalam kantong plastik berukuran 20 x 30 cm. Zat pengatur tumbuh untuk mendorong perakaran stek, dimana stek-stek direndam 24 jam dalam larutan sebelum ditanam.

Bahan stek diambil dari tanaman yang sehat, daun berwarna hijau, tidak menunjukkan gejala abnormal maupun terserang hama penyakit dan umurnya 1,5–2 tahun. Bahan diambil dari cabang primer, bagian yang tengah diambil dengan panjang 15 cm, jumlah mata tunas 8-10 mata tunas, dipotong horizontal 1 cm diatas mata tunas pada bagian ujung dan bagian pangkal 0,5 cm di bawah mata tunas miring 45 derajat.

Sebelum  penanaman dilakukan, media tumbuh disemprot dulu dengan fungisida, kemudian stek ditanam pangkalnya sedalam 3 cm pada kantong plastik. Media tanah terdiri campuran pupuk kandang lapisan tanah atas dan pasir,” katanya.

Haryanto menjelaskan, jika difokuskan untuk pembibitan sebaiknya diberikan pupuk penyubur yang arah pertumbuhannya bukan ke buah. Hal ini bertujuan agar cepat keluar anakannya. Bisa juga dengan dilukai sedikit akarnya dengan harapan akan muncul tunas baru.

Media tanam untuk penjualan bibit berupa campuran tanah, sekam dan kotoran kambing yang masih berbentuk butiran utuh. Biasanya untuk percepatan menggunakan pupuk daun, sehingga dalam 2 bulan sudah bisa diokulasi. “Tapi hasilnya memnag kurang bagus. Jadi tergantung kebutuhan sedangkan 3 sampai 4 bulan waktu yang tepat untuk dilakukan okulasi,” tuturnya.

Bagaimana persiapan okulasi itu sendiri. Haryanto memberikan saran. Baca halaman selanjutnya.

 

Reporter : Soleman
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018