Pertanian Cerdas Iklim ala Petani | Sumber Foto:Istimewa
TABLOIDSINARTANI.COM, Purworejo --- Mendukung pertanian berkelanjutan yang dapat memastikan ketahanan pangan dalam kondisi perubahan iklim, sudah saatnya pertanian bertransformasi dengan cara Pertanian yang Cerdas Iklim. Kelompok Tani (Poktan) di lokasi Program Strategic Irrigation Modernisation and Urgent Rehabilitation Proyek (SIMURP) pun berupaya mengimplementasikannya. Seperti yang dilakukan Poktan Sridadi dari Desa Pogung Juru Tengah, Kecamatan Bayan, Kab Purworejo.
"Dalam Pertanian Cerdas Iklim ini, kami bersama anggota kelompok melakukan penerapan teknologi Pupuk Organik, Pestisida Nabati, Tanam Jajar Legowo," sebut Ketua Poktan Sridadi, Mahmudi.
Dalam pembuatan dan penggunaan pupuk organik, Poktan Sridadi memanfaatkan limbah pertanian yang berada disekitar lahan. Seperti diketahui bahwa Pupuk Organik yang berasal dari bahan organik (tumbuhan mati, kohe, bagian hewan, limbah organik lainnya) melalui proses rekayasa berbentuk padat atau cair. Pupuk Organik diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Berbekal dari hasil pembelajaran melalui Demplot di Kelompoktani beberapa teknologi telah diterapkan di lahan padi masing-masing. Seperti diketahui pupuk organik adalah sebagai penyeimbang dan penyedia sebagian hara, khususnya unsur mikro. Pupuk organik sebagai pembenah tanah mampu memperbaiki struktur tanah sehingga kondisi lingkungan tanah optimum untuk pertumbuhan tanaman.
Pupuk organik juga berperan dalam meningkatkan aktivitas, keragaman, dan jumlah mikroorganisme tanah selain itu pupuk organik dapat memperbaiki sifat kimia tanah sehingga siklus dan penyediaan hara menjadi lebih baik. Pupuk organik mampu menyerap air sehingga kondisi tanah tetap lembab terutama pada musim kemarau.
Penerapan teknologi selanjutnya adalah Teknologi Jajar Legowo dengan penggunaan bibit unggul, penggunaan bibit usia muda dengan 2 – 3 bibit/lubang, penggunaan sistem lorong 2:1, 4:1 atau disesuaikan kondisi lapangan/spesifik lokasi dan sosial budaya. Penerapan sistem tanam legowo disarankan menggunakan jarak tanam (25x25) cm antar rumpun dalam baris; 12,5 cm jarak dalam baris; dan 50 cm sebagai jarak antar barisan/lorong atau ditulis (25x12,5x50) cm. Hindarkan penggunaan jarak tanam yang sangat rapat, misalnya (20x20) cm, karena akan menyebabkan jarak dalam baris sangat sempit.
Seperti diketahui perubahan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pertumbuhan dan hasil padi adalah pengaturan tata letak rumpun dan populasi tanaman per satuan luas. Sistem tanam jajar legowo 2:1 (jarak tanam 25-50 cm) x 12,5cm dapat meningkatkan hasil panen antara 10-20% melalui peningkatan populasi sebesar 30% jika dibandingkan dengan sistem tanam tegel (25 cm x 25 cm).
Jajar Legowo mengatur letak rumpun sehingga individu tanaman mendapatkan tangkapan radiasi surya terutama daun untuk photosintesis. Tanaman juga mendapat ruang tumbuh yang maksimal untuk penyerapan hara oleh akar tanaman. Selain itu, pemeliharaan tanaman seperti penyiangan, aplikasi pupuk, serta penanggulangan hama dan penyakit lebih efektif.
Pengendalian OPT
Dalam Pengendalian Organisme Penggangu Tanaman (OPT), Poktan Sridadi mengutamakan penggunaan pestisida nabati. Saat ini sebagai salah satu pengendalian dalam pertanian cerdas iklim CSA adalah penggunaan Pestisida Nabati ataupun Biopestisida yang memenuhi prinsip-prinsip pertanian ramah lingkungan.
Bahan-bahan alami potensial tersedia melimpah dan mudah diperoleh di sekitar lingkungan kegiatan pertanian. Beberapa bahan berbasis sumberdaya lokal dapat digunakan sebagai pestisida nabati misalnya kunyit, daun randu, biji srikaya, daun kenikir, daun/biji mimba, daun/biji mindi, biji mahoni, babandotan, dan brotowali.
Penerapan pestisida nabati pada tanaman pertanian dilakukan sejak umur 2 minggu setelah tanam dengan dosis 10 ml/L. Aplikasi dilakukan secara periodik 1-2 minggu sekali dan apabila populasi OPT tinggi dapat dilakukan lebih sering frekuensinya dan dosis yang digunakan ditingkatkan menjadi 20-25 m/L.
Hasil penerapan teknologi CSA atau pertanian cerdas iklim dapat dirasakan oleh para petani di kelompok tani Sridadi dari hasil demplot yang dilakukan menggunakan varietas Impari 32 dengan menerapkan teknologi CSA menghasil provitas yang cukup signipikan sekitar 7,7 ton/ha yang sebelumnya hanya 6,3 ton/ha.
Keberhasilan ini tentunya memberikan motivasi kepada petani sekitar dengan teknologi ini bisa ditularkan kepada anggotan poktan lainnya. Sesungguhnya dengan inovasi teknologi Pertanian cerdas iklim ini berupaya untuk meningkatkan pendapatan petani yang pada akhirnya akan berujung dengan peningkatan kesejahteraan petani. Petani yang sejahtara dapat menjamin kesimbangan antara produksi, konservasi dan kelestarian lingkungan, yaitu produksi meningkat, lahan tetap tersedia dan bahaya lingkungan aman