TABLOIDSINARTANI.COM, Aceh --- Dalam upaya menghadapi tantangan kekeringan ekstrim, BSIP Aceh menggelar FGD untuk berbagi taktik terbaik. Melibatkan para ahli dan pemangku kepentingan, acara ini bertujuan untuk merumuskan strategi yang efektif dalam mengatasi dampak kekeringan yang semakin meningkat.
Dengan ancaman perubahan iklim yang dapat memicu kekeringan ekstrim seperti fenomena El Nino, sorotan tertuju pada Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BPSIP) Aceh. Mereka telah merangkul masa depan dengan mengadakan acara FGD yang menarik, bertajuk "Sinkronisasi Program Pembangunan Pertanian Menghadapi Perubahan Iklim Global di Provinsi Aceh" pada tanggal 24 Agustus.
Tema yang diusung dalam acara tersebut, "Strategi Adaptasi dan Mitigasi Menghadapi Perubahan Iklim Global pada Sektor Pertanian di Provinsi Aceh," telah menarik perhatian 42 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk perwakilan dari Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Akademisi Universitas Syiah Kuala, serta pemangku kepentingan lainnya seperti Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Besar, Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian, Penyuluh, dan Ketua Kelompok Tani.
Ketua Panitia, Husnaini mengatakan Acara FGD ini dimeriahkan oleh narasumber yang sangat berkualitas. Di antaranya, Nona Evy Maulina, SP., MM, perwakilan dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Aceh; Muhajir, S.Si, M.Si, dari Stasiun Klimatologi Aceh; serta Dr. Taufan Hidayat, S.Si., M.Si, yang juga seorang Akademisi di Universitas Syiah Kuala dan menjabat sebagai Ketua Perhimpi Aceh.
Kegiatan ini dipandu dengan penuh semangat oleh moderator yang ahli, yaitu Dr. Didi Darmmadi, SP., M.Si. Dengan susunan narasumber yang kompeten, Husaini yang juga Koordinator Program BPSIP Aceh mengharapkan FGD ini akan memberikan wawasan yang berharga dalam menghadapi tantangan perubahan iklim di sektor pertanian.
FGD ini memiliki tujuan yang sangat penting. Selain menghimpun data dan informasi mengenai dampak perubahan iklim global di Provinsi Aceh, terutama kekeringan ekstrim akibat fenomena El Nino pada sektor pertanian, kegiatan ini juga bertujuan untuk memberikan rekomendasi teknis dan strategi adaptasi kepada para pelaku pertanian di Provinsi Aceh.
Dengan demikian, FGD ini menjadi forum yang berharga untuk merumuskan langkah-langkah konkret dalam mengatasi tantangan perubahan iklim dan memastikan keberlanjutan produksi pertanian di daerah tersebut.
Kepala BSIP Aceh, Firdaus, SP., M.Si, dalam sambutannya menekankan pentingnya pelaksanaan FGD ini dalam menghasilkan rekomendasi teknis dan strategi adaptasi yang mampu mengatasi risiko yang timbul akibat kekeringan yang telah lama terjadi.
Menurutnya, langkah-langkah mitigasi yang dapat segera diterapkan termasuk penanaman varietas tanaman yang tahan kekeringan, yang kemudian dapat direkomendasikan untuk daerah-daerah yang terdampak kekeringan.
Selain itu, ia juga menyebut pentingnya pemanfaatan sumber-sumber air dan prediksi kekeringan yang akan datang.
Muzakkir, seorang penyuluh dari kota Sabang, menambahkan bahwa kegiatan FGD ini memiliki manfaat besar karena mampu memperluas pengetahuan dan wawasan peserta.
Ia juga menegaskan bahwa pemahaman tentang iklim ekstrim merupakan bagian penting dari upaya teknologi budidaya guna meningkatkan produktivitas.
Dengan demikian, FGD ini menjadi panggung penting untuk berbagi pengetahuan dan strategi guna menghadapi tantangan kekeringan yang semakin serius.