TABLOIDSIANRTANI.COM, Semarang --- Kabupaten Semarang telah menghasilkan berbagai produk pertanian organik seperti beras dan sayur-mayur. Bahkan beberapa produk sudah mengantongi sertifikat resmi dari LSO independent. Namun kendala yang masih mengganjal, pemasaran produk berkualitas tersebut belum mendapat harga yang pantas dan selayaknya. Pedagang atau penebas menghargai produk organik sama dengan produk non organik.
Hal tersebut disampaikan Bupati Semarang, H. Ngesti Nugraha, SH, MH, ketika menerima kunjungan kerja Tim Task Force Maporina Provinsi Jawa Tengah.
Pada kesempatan tersebut Bupati Ngesti mengatakan beberapa kelompok tani memang sudah berhasil menjalin kemitraan dengan pembeli atau buyer, mereka bermitra berdasarkan kontrak kerja yang disetujui bersama.
Sehingga ketika ketua Tim Task Force Maporina Jawa Tengah, Fx. Supardiman, menyampaikan himbauan untuk membentuk Maporina di kabupaten Semarang, bupati yang sangat besar perhatiannya terhadap kemajuan pertanian tersebut langsung menanggapi dengan baik.
“ Segera kita jadwalkan pembentukan dan pengukuhan Maporina Kabupaten ya pak Edy “ kata Bupati kepada Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang Moh Edy Sukarno, yang duduk disampingnya.
Tim Task Force Maporina Jawa Tengah diterima Bupati Semarang di ruang kerjanya yang berada di Jl. Diponegoro Ungaran beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut Bupati yang sangat konsern dengan pertanian tersebut dengan fasih memaparkan upaya pengembangan pertanian organik di wilayahnya.
“Masa depan pertanian kita adalah pertanian organik. Tuntutan masyarakat, yang semakin maju dan mampu, akan ketersediaan bahan pangan yang sehat semakin besar, sehingga disamping padi dan sayur-mayur kami juga telah merambah ke pengembangan ternak ayam dan bebek organik” jelasnya.
Dengan terbentuknya Maporina ( Masyarakat Petani dan Pertanian Organik Indonesia) di Kabupaten Semarang diharapkan akan semakin memperkuat jaringan pelaku pertanian organik dari hulu sampai ke hilir.
Perkuatan dari proses produksi sampai pengolahan dan pemasaran hasil, akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan pelaku utama dan tercukupinya pangan sehat bagi masyarakat luas.
Kabupaten Semarang merupakan daerah yang sangat berpotensi bagi pengembangan pertanian organik. Sebab kabupaten ini memiliki lahan pertanian yang luas dan lengkap, sebagai daerah produksi, serta dengan ibukota provinsi sebagai pasar hasil pertanian organik.
Sebagai gambaran dapat disebutkan bahwa luas keseluruhan wilayah Kabupaten Semarang adalah 95.020,674 Ha atau sekitar 2,92?ri luas Provinsi Jawa Tengah.
Ketinggian wilayah Kabupaten Semarang berkisar pada 500 – 2000m diatas permukaan laut (dpl), Rata-rata curah hujan 1.979 mm dengan banyaknya hari hujan adalah 104.
Kondisi tersebut terutama dipengaruhi oleh letak geografis Kabupaten Semarang yang dikelilingi oleh gunung dan sungai diantaranya : Gunung Ungaran, Gunung Telomoyo, Gunung Merbabu, dan 8 pegunungan yang tersebar.
Sedangkan sungai dan rawa yang ada di kabupaten ini adalah Kali garang, Kali Tuntang, Kali Senjoyo, serta adanya Rawa Pening yang luas. Rawa ini menggenang ditepian lima kecamatan.
Keadaan Topografi wilayah Kabupaten Semarang dapat diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kelompok, yaitu ; wilayah datar dengan tingkat kemiringan kisaran 0 – 2% seluas 6.169 Ha, wilayah bergelombang dengan tingkat kemiringan kisaran 2 – 15% seluas 57.659 Ha., wilayah curam dengan tingkat kemiringan kisaran 15 – 40% seluas 21.725 Ha., wilayah sangat curam dengan tingkat kemiringan >40% seluas 9.467,674 Ha.
Secara Hidrologi, kekayaan sumber daya air yang tersedia di Kab. Semarang meliputi Sumber Air Dangkal / Mata Air dengan kapasitas air sebesar 7.331,2 l/dt, tersebar di 15 Kecamatan. Sumber Air Permukaan / Sungai, dengan jumlah aliran sungai sebanyak 51 sungai, dengan panjang keseluruhan 350 KM dan memiliki debit total sebesar 2.668.480 l/dt.
Cekungan Air, merupakan aquaifer dengan produktifitas air sedang dan tinggi. Cekungan-cekungan air tersebut banyak dimanfaatkan untuk obyek wisata kolam pancing dan rumah makan.
Sedangkan satu-satunya waduk yang dimiliki Kabupaten Semarang adalah Waduk Rawa Pening yang memiliki volume air + 65 juta m3 dengan luas genangan 2.770 Ha pada ketinggian muka air maksimal, sedangkan dengan ketinggian permukaan air minimal memiliki volume + 25 juta m3 dengan luas genangan 1.760Ha.
Dengan keadaan gepgrafi yang bermacam ragam tersebut, Kabupaten Semarang menjadi penghasil produk pertanian yang handal.
Dari kabupaten ini muncul beras “Banyubiru” kelas premium dari tepian rawa pening. Produksi sayur mayur dan bunga potong yang berlimpah dari lereng gunung Ungaran dan Merbabu.
Pada kesempatan berdiskusi dengan Tim Task Force, Bupati menyampaikan masalah yang dihadapi di wilayahnya. Masalah yang juga muncul didaerah lain adalah tanah pertanian yang semakin berkurang, karena alih fungsi lahan. Masalah lain adalah anak-anak muda kurang tertarik terjun di bidang pertanian. Karena bidang ini tidak dapat memberi insentif yang layak bagi mereka.
“Ditambah fenomena yang disaksikan millennial didesa mereka, waktu masa panen harga anjlog, bilamana ada kenaikan harga barang sudah tidak ada“ kata Bupati.
Bupati menambahkan terkadang keadaan diperburuk dengan kegagalan panen karena serangan tikus, sehingga petani harus berhutang untuk membiayai usaha taninya. kemudian jangan heran kalau petani terpaksa menggunakan benih padi yang telah ditanam 4 -5 kali.
Tak hanya mengeluh, ternyata Bupati yang berasal dari pedesaan ini telah mengupayakan solusi. Yang pertama adalah edukasi dan pendampingan bagi petani, agar dapat bercocok tanam dengan benar. Untuk itu Pemda Kabupaten Semarang memfasilitasi para Penyuluh Pertanian dengan sepeda motor lengkap dengan BBM dan biaya perjalanan.
Pengembangan dan pemeliharaan saluran irigasi dan jalan usajha tani juga terus dilakukan. Termasuk pembinaan dan pendampingan petani millenial, terus dilakukan agar bidang pertanian menjadi lahan mata pencaharian yang menarik.
“ Peluang pendanaan untuk kegiatan-kegiatan tersebut disamping dari APBN dan APBD dapat diperoleh juga dari CSR pihak ke3 dan juga dari dana BUMDes “ kata Ngesti.
Perihal tawaran bantuan Maporina untuk melaksanakan Demfarm Penggunaan Pupuk Organik, Bupati menyambut baik dan mengarahkan agar dicoba untuk tanaman padi dan sayuran.
Bupati Ngesti juga menandaskan bahwa agar ada rekayasa sosialnya sehingga kegiatan pertanian organik dilokasi percontohan tetap berlanjut, setelah program bantuan selesai.
Selanjutnya Tim Task Force yang terdiri dari Fx. Supardiman, Catur Wahyudi, Edy Darmanto, Yohanes Wasisto, Etty Santoso dan Djoko W, menyerahkan berkas dokumen AD/ART dan kepengrusan Maporina provinsi Jawa Tengah.
Kemudian Tim bertolak ke kecamatan Tuntang dan kecamatan Bandungan. Mereka telah ditunggu Gapoktan “Mandiri” yang bergerak dalam usaha tani padi, dan Gapoktan “Guyub Makmur” di desa Banyukuning, yang beraktivitas dalam usaha tani sayuran dan bungapotong.