TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Tantangan pembangunan pertanian, khususnya peningkatan produksi kian berat. Selain lahan yang kian terbatas, produktivitas tanaman mulai mengalami pelandaian. Belum lagi ancaman perubahan iklim yang kian sulit ditebak dan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Disisi lain, pemerintah terus berupaya menggenjot produksi pangan.
Karena itu, upaya mempertahankan produksi pangan tidaklah mudah. Salah satunya alternatifnya adalah dengan bioteknologi. Sebenarnya pengembangan bioteknologi, khususnya teknologi rekayasa genetik di Indonesia sudah berjalan cukup lama. Pada tahun 2001, salah satu perusahaan multi nasional mengadakan ujicoba kapas transgenik di Sulawesi Selatan.
Namun perkembangan komoditas kapas hasil rekayasa gentik tersebut tak berjalan lama. Pro kontra yang terjadi di masyarakat, termasuk isu lingkungan, membuat uji coba PRG (produk rekayasa genetik) tersebut dihentikan. Pemerintah Indonesia sendiri saat itu memilih sikap kehati-hatian terhadap pengembangan produk hasil bioteknologi.
Asisten Deputi bidang Prasarana dan Sarana Pangan Agribisnis, Kemenko Perekonomian, Ismariny mengatakan, saat ini tantangan pembangunan pertanian semakin berat. Karena itu peran bioteknologi menciptakan varietas unggul baru dapat memberikan solusi terhadap pertanian. Pasalnya dengan PRG dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas pangan.
”Segi ekonomi dari permintaan bioteknologi juga berdampak besar. Dengan PRG akan menghasilkan varietas tanaman yang tahan hama dan penyakit, serta meningkatakn pendapatan petani,” katanya saat webinar Mengenal Lebih Dekat Benih Bioteknologi yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani di Jakarta, Rabu (6/3).
Karena itu, peran swasta mampu mendorong pecepatan investasi varietas bioteknologi. Apalagi di sisi lain, impor produk PRG sudah banyak masuk ke Indonesia seperti kedelai. Padahal jika Indonesia juga bisa mengembangkan kedelai hasil PRG, maka produktivitas yang kini hanya rata-rata kurang dari 1 ton/ha, bisa dioptimalkan. ”Memang tantangan perkembangan bioteknologi adalah isu lingkungan, ekonomi, agama, sosial dan terkait regulasinya,” katanya.
Sementara itu, Presiden Konsorsium Bioteknologi Indonesia, Mastur mengatakan, kontribusi benih cukup tinggi bagi peningkatan produksi pertanian. Namun dengan tantangan pembangunan pertanian kian besar dengan adanya penurunan produksi pangan akhir-akhir ini, harus dicari jalan keluarnya segera.
Salah satunya dengan cara mendorong menerapkan teknologi maju melalui bioteknologi. Dari hasil berbagai penelitian bioteknologi terbukti dapat meningkatkan produktivitas, mutu dan efisiensi usaha tani. “Peran bioteknologi modern sangat strategis dalam menghasilkan berbagai terobosan. Saatnya petani dapat memanfaatkan teknologi tersebut, sehingga produksi pangan kita dapat ditingkatkan dan petani lebih sejahtera,” katanya.
Saat ini ada sejumlah varietas produk bioteknologi yang telah dilepas. Diantaranya, Tebu NXI4T (PTPN XI, 2013), Kentang Biogranola (Kementan, 2021), Jagung DK95-NK603 (PT Bayer, 2022), Jagung NK7328s-GA21, Jagung NK212s-GA21 dan Jagung NK6172-GA21 (PT Syngenta, 2022). Kemudian, Jagung NK7328s-Bt11xGA21, Jagung NK212s-Bt11xGA21, Jagung NK6172-Bt11xGA21K603 dan Jagung NK306-Bt11xGA21K603 (PT Syngenta, 2023).
Berdasarkan PP 21 Tahun 2005, Mastur mengatakan, semua Produk Rekayasa Genetik (PRG) sebelum diedarkan harus dikaji keamanan hayati berupa keamanan pangan,pakan dan atau lingkungan. Jadi, harus melalui proses yang ketat. Dari mulai penelitian di laboratorium, uji terbatas lapangan, pengkajian keamanan hayati, pelepasan varietas, serta pengawasan dan pengendalian.
”Ada tim khusus melepas PRG, serta ada instrument pengawasan PRG. Bahkan dalam 3 tahun harus dicek kembali. Jangan sampai ada indikasi merusak lingkunag atau tidak. Jadi bisa dijamin keamanannya karena instrumennya ketat,” tuturnya.
Beberapa alasan
Biotech dan Seeds Lead Croplife Indonesia, Agustine Christela Melviana menambahkan, mengapa benih bioteknologi perlu diadopsi Indonesia? Ada beberapa alasan yakni sudah diperkenalkan dan dikembangkan selama 30 tahun lamanya. Kemudian, sudah digunakan secara luas oleh petani di berbagai belahan dunia.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) dan Akademi Sains Nasional AS Bahan pangan PRG sama amannya dengan tanaman yang tumbuh secara konvensional. “Benih bioteknologi, khususnya tanaman Produk Rekayasa Genetika (PRG) juga aman untuk dikonsumsi dan tidak ada perbedaan dengan non-PRG, baik untuk masyarakat maupun lingkungan,” katanya.
Manfaat lain benih bioteknologi adalah dapat meningkatkan produktivitas pertanian, sehingga petani bisa menanam lebih banyak walaupun lahan lebih kecil dari tahun-tahun sebelumnya. Selama 1996-2020, pengguna global penggunaan benih bioteknologi dapat meningkatkan hasil produksi panen pada kapas 14,5 persen dan jagung sebanyak 17,7 persen.
Stela mengatakan, penggunaan benih bioteknologi juga menghabiskan lebih sedikit waktu untuk melakukan penyiangan, termasuk penyiangan dengan tangan. Penggunaan input agrikultur lainnya, seperti penyemprotan menjadi berkurang. “Petani bisa meluangkan waktu untuk diri sendiri, keluarga, pekerjaan lain, maupun bersantai,” katanya.
Better Life Farming Leas PT Bayer Indonesia, Dani Adi Prasetya mengatakan, dalam mendukung program ketahanan pangan nasional, Bayer dan Kementerian Pertanian Republik Indonesia melakukan kerjasama percepatan adopsi teknologi benih jagung bioteknologi varietas DK95R. Hasil uji coba lapangan di NTB, NTT dan Sulawesi Selatan, penggunaan benih tersebut memberikan efisiensi dalam biaya, waktu dan tenaga Kerja. “Hasilnya juga lebih maksimal,” ujarnya.
Bagi sahabat SINAR TANI jika ingin mendapatkan materi webinar dan e sertifikat bisa diunduh di link bawah ini.
LINK MATERI: WEBINAR Mengenal Lebih Dekat Benih Bioteknoiogi
LINK E SERTFIKAT : WEBINAR Mengenal Lebih Dekat Benih Bioteknologi